tag:blogger.com,1999:blog-59963450361804715622024-03-05T09:17:18.359+04:00The Curious Traveler"The World is a book, and those who do not travel read only a page" said St. Augustine. "It is solved by walking" says an Algerian Proverb. Good quotes but, Nah. I don't need a reason or excuse to travel, because I love it. I become alive when I travel. But at the end I'm just a girl from a small town in Java, mesmerized by diversity, cultures, and the wonder of nature.Unknownnoreply@blogger.comBlogger61125tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-25340346374021642222015-04-23T17:23:00.000+04:002018-02-01T18:53:11.397+04:00Côte d'Azur di Perancis Selatan: Nice, si Cantik<div style="text-align: justify;">
<i>Côte d'Azur, alias "pesisir biru terang", adalah bagian selatan Perancis yang menghadap laut mediterania, membentang mulai dari sekitar Saint-Tropez hingga Monaco. Sering disebut French Riviera dalam bahasa inggris, daerah ini terkenal dengan pantainya yang indah, airnya yang biru jernih, bukit-bukitnya yang hijau, dan desa-desa tuanya yang bak negeri dongeng. Tidak heran kalau Côte d'Azur adalah tempat liburan kaum jetset serta para bangsawan dari seluruh dunia. Tak sedikit pula yang memiliki rumah di sini. Ini catatan perjalanan saya dan suami (udah kawin nih sekarang) seminggu melintasi </i><i>Côte d'Azur di musim semi (bagian 1).</i><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengunjungi Côte d'Azur di akhir musim semi sebenarnya banyak enaknya. Yang pertama, kita nggak kompetisi dengan para jetset dan turis kaya-raya yang banyak mengunjungi Côte d'Azur, sehingga harga-harga lebih masuk akal (bukan murah ya). Yang kedua, hawanya nyaman, karena saat summer, temperatur di sini sering terlalu menyengat sehingga kurang enak buat jalan-jalan. Yang ketiga, pastilah rada sepi sehingga kita nggak terlalu umpek-umpekan dengan para turis baik di pantai maupun di jalanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tujuan pertama kami di Côte d'Azur adalah <b>Nice</b>, kota terbesar di Côte d'Azur<i><i><i><i><i>. </i></i></i></i></i>Dalam bahasa perancis, "Nice" dibaca "nis" bukan "nais" ya.<i><i><i><i> </i></i></i></i>Nice, menurut saya, adalah kota kedua paling cantik di Perancis setelah
Paris (maklum, saya cinta banget sama Paris, hehehe). Nggak heran, kota
ini memang sering disebut Nice la Belle, Nice si Cantik. Yang jelas,
cuacanya lebih asyik ketimbang Paris; lebih hangat dan sunny.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaHVlJNRKRCHWeI4e8GjUJXyHfHlzS6I2hjXmJsCWiOcnqedhZFPmhn5_E7UM4fgfIA_BDATFHeudu2WSo5e7EbVJjNkVUM4LkH0nIIzfIlk5vXYmTrgZr7Jg2sUv_xdDn_CY4Z1NiPug/s1600/IMG_2122.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1361" data-original-width="1600" height="544" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaHVlJNRKRCHWeI4e8GjUJXyHfHlzS6I2hjXmJsCWiOcnqedhZFPmhn5_E7UM4fgfIA_BDATFHeudu2WSo5e7EbVJjNkVUM4LkH0nIIzfIlk5vXYmTrgZr7Jg2sUv_xdDn_CY4Z1NiPug/s640/IMG_2122.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu taman di Promenade du Paillon</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Dari Paris, kita bisa naik kereta cepat TGV selama 5.5 jam (buat jaraknya yang sekitar 1000 km, cepet banget kan!) atau naik pesawat (1.5 jam). Karena saya pecinta kereta, tentu saja saya memilih naik TGV. Sesampainya di stasiun Nice Ville, kami pun menyewa mobil untuk muter-muter selama perjalanan. Rental mobil lumayan murah, cuma sekitar 110 Euro per minggu untuk mobil kecil macam Fiat 500.<i><i><i><i><i> </i></i></i></i></i>Kita bisa request online untuk mengambil mobil rental langsung dari parkiran stasiun, jadi praktis banget lah.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiuXhj_IGLGQSOC-T02lHpYVVTKQ52VcR94V99CqhfdA1e2uV3QlnWpmK9-Z3v8VL1Pjp6Soz_NAGQ34ERs08a_mX9IvS9w9s_fje5B0e2EmTY-QY4XYrwkZDld3LjjhoE5t3VuvBOprE/s1600/IMG_2103.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1280" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiuXhj_IGLGQSOC-T02lHpYVVTKQ52VcR94V99CqhfdA1e2uV3QlnWpmK9-Z3v8VL1Pjp6Soz_NAGQ34ERs08a_mX9IvS9w9s_fje5B0e2EmTY-QY4XYrwkZDld3LjjhoE5t3VuvBOprE/s320/IMG_2103.JPG" width="320" /></a>Jalan-jalan di Nice kami mulai dengan menyusuri <b>Promanade des Anglais</b><i>, </i>jalanan Nice yang mengitari pantai, dihiasi palem dan trotoar super lebar. Di satu sisi jalan, kita bisa melihat bangunan-bangunan cantik Nice, sedangkan sisi satunya adalah pantai indah berpasir putih yang selalu dipenuhi orang berjemur maupun sekedar duduk-duduk.<br />
<br />
Dari Promenade des Anglais, kami berjalan ke arah <b>Vieux Nice</b> alias kota tua Nice. Konon katanya tempat ini tidak banyak berubah sejak tahun 1700, tetap cantik bewarna-warni. Kota tua ini sekarang dipenuhi restaurant dan butik (serta turis, pastinya). Salah satu bagian kota tua yang paling terkenal adalah Cours Saleya, tempat pasar antik di hari Senin serta pasar bunga, buah dan sayuran di hari lainnya . Kami berjalan-jalan sekedar melihat-lihat, lalu makan siang di sini. Setelah itu, tak lupa kami mampir ke <b>Fenocchio</b>, gerai es krim paling legendaris di Nice. Berbekal es krim di tangan, kami pun menuju ke arah pantai untuk break sejenak sebelum melanjutkan jalan-jalan.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn8pbhD5KeSMfKc8D3XCtwJTjHOiK7_R9xopga30HQn9FgEyLESolOstY6engML07A4CuDTebiyh6z7lwgpwq4s_gqHTlZqQbgukSrMrEIihhknOldPDmutZ5Te3Kvfn-fpwIaDYYZwFE/s1600/IMG_2113.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1280" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn8pbhD5KeSMfKc8D3XCtwJTjHOiK7_R9xopga30HQn9FgEyLESolOstY6engML07A4CuDTebiyh6z7lwgpwq4s_gqHTlZqQbgukSrMrEIihhknOldPDmutZ5Te3Kvfn-fpwIaDYYZwFE/s320/IMG_2113.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Venus de Milo, Niki de Saint Phale, 1964</td></tr>
</tbody></table>
Nice adalah kota yang terkenal sangat <i>artsy</i>; Pusat seni paling terkenal di sini adalah Museum kesenian modern dan kontemporer yang nickname bahasa perancisnya <b>MAMAC (Musée d'art moderne et d'art contemporain)</b>. Walaupun saya suka nggak <i>ngeh</i> kalau sudah masalah kesenian modern, tetap saya bertekad ke sana. Siapa tahu kali ini ngeh. Tapi, setelah sekitar 1.5 jam mengitari museum ini, saya masih tetap nggak <i>dong</i>. Malah jadi makin heran, apa sih batasnya antara karya seni dengan karya ajib? Ah, mungkin saya aja yang kurang cerdas mencerna, saudara-saudara. Paling enggak saya jadi tahu siapa gerangan Niki de Saint Phalle, artis kontemporer yang menyumbangkan banyak karyanya ke MAMAC ini.<br />
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLLJisLP0YD62OT5NTjTOmK5oOeZYXRi8DftFREKmoiBVVLI8SpXn1e6XvcbC3YGGgA67uHtI5ivgvW4BawIiU33k8U4HmG3ON9tsLdgSM5GHjn2xZU5TP1XFpBvwzu0bjTqvS6WOHp74/s1600/IMG_2120.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLLJisLP0YD62OT5NTjTOmK5oOeZYXRi8DftFREKmoiBVVLI8SpXn1e6XvcbC3YGGgA67uHtI5ivgvW4BawIiU33k8U4HmG3ON9tsLdgSM5GHjn2xZU5TP1XFpBvwzu0bjTqvS6WOHp74/s320/IMG_2120.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Taman air di Promenade du Paillon, bisa buat lari-lari loh</td></tr>
</tbody></table>
Buat menyegarkan otak yang dipakai terlalu serius mencerna kesenian modern, kami berjalan menyusuri <b>Promenade du Paillon</b>, rute pejalan kaki dari MAMAC ke arah pantai. Promenade dalam bahasa perancis arti literalnya "tempat untuk jalan-jalan menikmati suasana". Dan, promenade yang satu ini memang cantik banget, benar-benar membuat saya makin jatuh cinta lah sama Nice. Promenade du Paillon ini baru banget; diresmikan tahun 2013 lalu. Dihiasi hamparan rumput luas, taman yang cantik, dan tanaman dari berbagai penjuru dunia, promenade ini juga dilengkapi taman untuk anak-anak, taman-taman air (yang memang didesain untuk main air) dan kios musik untuk orkestra kota Nice. Sore yang cerah itu, Promenade du Paillon dipenuhi orang yang berjalan-jalan
ataupun piknik serta anak-anak berlarian di taman dan bermain dengan
air.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoe4M0W2x1WqCT8DNF7tUjPDHG5oRrAKeC0_1kzj2WSesyPyVds3SDifOuvWyHwvY0-Grkl2t6NTXcD5qmZ9z4CtN_HPjsCMjWDWnnFmrSbKm_qGvIKiYEwKWSIKcIGKQCVBUjqsgtFV4/s1600/IMG_2097.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1149" data-original-width="1600" height="229" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoe4M0W2x1WqCT8DNF7tUjPDHG5oRrAKeC0_1kzj2WSesyPyVds3SDifOuvWyHwvY0-Grkl2t6NTXcD5qmZ9z4CtN_HPjsCMjWDWnnFmrSbKm_qGvIKiYEwKWSIKcIGKQCVBUjqsgtFV4/s320/IMG_2097.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Place Masséna</td></tr>
</tbody></table>
Promenade du Paillon berakhir di <b>Place Masséna</b>, square bersejarah yang dikitari bangunan-bangunan neoklasik. Dari situ, ke arah pantai, kita akan disambut <b>Jardin Albert-Ier</b> (baca: premier), taman publik tertua di Nice yang dibangun di abad ke-19. Taman indah ini cocok buat leyeh-leyeh setelah mengitari Promenade du Paillon, berlindung dari sengatan matahari sambil menikmati suara burung dan pemandangan pantai.<br />
<br />
Dengan ini, lengkap dan resmi sudah Nice menjadi kota favorit saya di Perancis (setelah Paris yaaa). Kota ini bukan cuma kota yang indah dikunjungi turis, tapi kota yang hidup, yang juga indah ditinggali!<br />
<i><i><i><i><i><span style="color: #231f20; font-family: "lpmillerdailyone"; font-size: 8pt; font-style: normal; font-variant: normal;"><br style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-align: -webkit-auto; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;" /></span></i></i></i></i></i>
<i><i><i><i><i><span style="color: #231f20; font-family: "lpmillerdailyone"; font-size: 8pt; font-style: normal; font-variant: normal;"><br style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-align: -webkit-auto; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;" /></span></i></i></i></i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-28401811642935972302015-04-11T18:21:00.000+04:002018-01-10T19:29:22.531+04:00Marseille, Pelabuhan Tua di Perancis Selatan<div style="text-align: justify;">
Marseille (dibaca "marsey") adalah kota terbesar kedua di Perancis, terletak di pesisir selatan menghadap ke laut mediterania. Selama ribuan tahun hingga kini, kota ini adalah salah satu pusat perdagangan dan pelabuhan terbesar di Eropa. Karena itu, kota ini juga dihuni banyak pendatang, menjadi melting pot berbagai kebudayaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLu9Tg9aUFDFqPbaqu4E3-bllGrkE4mbMZmpQ6DtQe2cyOAVmMZcnEMTzL03kWRCasatlgii7nZrQSAhqI-R5J3Y23jYU1soCZiIGj6dVHg0PiX6S2JTXDAGrCx3PcqrJThmNawWh1DCw/s1600/mars1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLu9Tg9aUFDFqPbaqu4E3-bllGrkE4mbMZmpQ6DtQe2cyOAVmMZcnEMTzL03kWRCasatlgii7nZrQSAhqI-R5J3Y23jYU1soCZiIGj6dVHg0PiX6S2JTXDAGrCx3PcqrJThmNawWh1DCw/s640/mars1.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Vieux Port, Marseille</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Marseille mudah sekali dicapai dari Paris karena ada kereta cepat TGV (train <span lang="fr">à</span> grande vitesse) yang menghubungkannya. Jarak yang sekitar 800 km bisa ditempuh dalam waktu 3.5 jam saja, plus harga tiketnya pun sangat terjangkau (paling murah 36 Euro). Dengan TGV dari Paris, kita akan langsung tiba di Gare St.Charles di tengah Marseille, lalu tinggal melanjutkan dengan metro ke tujuan utama. Saya paling suka naik kereta, karena nggak perlu ribet check-in sejam sebelumnya serta stasiun kereta letaknya selalu di pusat kota. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzSJRhBNE-X3S0ty5W4y_oBNpDZWgQaweRNZcMl7PjK5-dWRWZemQESUv7IPprJCn9I53_Dn0PzOdVgFxvuvy6309PspbFUSCHpdpgiRcwst6-4jiqFRTfvKzgqtEI2mnhEp0hcE7l124/s1600/mars5.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzSJRhBNE-X3S0ty5W4y_oBNpDZWgQaweRNZcMl7PjK5-dWRWZemQESUv7IPprJCn9I53_Dn0PzOdVgFxvuvy6309PspbFUSCHpdpgiRcwst6-4jiqFRTfvKzgqtEI2mnhEp0hcE7l124/s400/mars5.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sudut utara Vieux Port, Marseille</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Di Marseille, saya memilih hotel yang terletak di <b>Vieux Port</b> alias pelabuhan tua. Tempat ini adalah jalan utama sekaligus salah satu tempat terindah di Marseille, dengan pemandangan lepas ke laut dan kapal-kapal yang bersandar, dihiasi caf<span class="st">é</span> dan restaurant serta area yang sangat lebar untuk pejalan kaki. Sedangkan tinggi menjulang di kejauhan, terlihat simbol kota Marseille, basilika Notre Dame de la Garde. Oh iya, pelabuhan modern Marseille yang sekarang aktif digunakan untuk perdaganagn sudah bukan di sini lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Vieux Port, kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam menikmati suasana, berjalan kaki atau duduk di salah satu caf<span class="st">é</span>, menanti matahari terbenam. Di sini juga banyak restaurant seafood yang enak. Cobalah makanan khas Marseille yang paling terkenal: sup seafood<b> Bouillabaisse </b>(baca: buyabes) atau <b>supions</b> (cumi dimasak dengan parsley dan lemon).<b> </b>Salah satu restaurant yang boullabaisse-nya terkenal banget di Vieux Port adalah restaurant <b>Chez Madie les Galinettes.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Zs9IQj6eKzxRST3zT3Iq7a7BrCF-s1xxGHaIvgs505q5elgGe61sHczYxJZW1i4mlh7qx159e91_WpNeBTFjo9hC6Vkv8jscFc7nNzq3Xqb2MriJL2WDoYyV7Kwnk8D9jD7Ton7JlzQ/s1600/IMG_1995.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1280" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Zs9IQj6eKzxRST3zT3Iq7a7BrCF-s1xxGHaIvgs505q5elgGe61sHczYxJZW1i4mlh7qx159e91_WpNeBTFjo9hC6Vkv8jscFc7nNzq3Xqb2MriJL2WDoYyV7Kwnk8D9jD7Ton7JlzQ/s320/IMG_1995.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Toko sabun marseille yamg cute banget</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Di sebelah utara Vieux Port, cukup dengan berjalan kaki, kita bisa menemukan <b>Le Panier</b>. Tempat ini dulunya adalah pasar (dulu bangeeeet), dan sekarang dipenuhi bangunan serta toko kuno yang lucu-lucu. Cocok buat berjalan-jalan sampai tersesat. Jangan lupa beli barang satu atau dua (atau buanyak) sabun marseille yang terkenal banget. Perhatikan baik-baik kandungannya; sabun marseille yang asli terbuat dari minyak zaitun (olive), tanpa campuran minyak yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nggak lengkap datang ke Marseille tanpa mengunjungi simbolnya, basilika <b>Notre Dame de la Garde</b> ("Our Lady of the Guard", wanita kami sang penjaga). Dinamakan demikian, karena di puncak basilika ini ada patung Maria yang secara simbolik menjaga Marseille. Patung ini terhitung baru (dibuat tahun 1870), sementara katedralnya sendiri asalnya memang sebuah benteng dari abad ke-15. Karena posisinya yang tinggi di bukit, tempat ini strategis untuk mengamati jika ada musuh menyerang. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeRzLiJmEvwKGS-se-xBQki9NZLwQk0duyfM_5IisZljRFEgPBq2xxHcc4uH2bYbqUPs9M0b6LJjNIOwwWuxVDH_GfHCEq10mPQNpcy2ye9ThifrDpMJ36z-AIcw4UjNTLlfwLi7Ipf0A/s1600/mars3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeRzLiJmEvwKGS-se-xBQki9NZLwQk0duyfM_5IisZljRFEgPBq2xxHcc4uH2bYbqUPs9M0b6LJjNIOwwWuxVDH_GfHCEq10mPQNpcy2ye9ThifrDpMJ36z-AIcw4UjNTLlfwLi7Ipf0A/s400/mars3.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Basilika Notre Dame de la Garde dengan patung Maria di puncaknya</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mencapai Notre Dame de la Garde, kita bisa berjalan kaki menanjak sekitar 30 menit. Tapi saya sih naik bis umum aja, cukup 10 menit dari Vieux Port. Begitu sampai, kita langsung disambut pemandangan luar biasa dari katedral ini, ke arah seluruh Marseille sekaligus jauh ke arah Laut Mediterania. Kebetulan hari itu adalah paskah, tapi pengunjung tetap diperbolehkan masuk asal jangan berisik (ya iyalahhh!) Jadi saya bisa menikmati suasana misa yang syahdu, sekaligus mengagumi arsitektur basilika ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikfrKzscycoMHsEEtjlKqCrcQkQy6wehd5uMmnKR5baIhunDeMPjcu3rh4ZYr2ziPteQw9yo94UMP26rfx_aoFXQBXZM3oamkLx2-67ARnrUC_wstgUWjXzJVD7FOkFKzv-mF_K4zqFnY/s1600/mars4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikfrKzscycoMHsEEtjlKqCrcQkQy6wehd5uMmnKR5baIhunDeMPjcu3rh4ZYr2ziPteQw9yo94UMP26rfx_aoFXQBXZM3oamkLx2-67ARnrUC_wstgUWjXzJVD7FOkFKzv-mF_K4zqFnY/s400/mars4.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu calanque</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Selain kota dan pelabuhan tuanya, banyak sekali hal menarik yang bisa dilihat di teluk dan laut sekitar Marseille. Sebelum pulang ke Paris, sore itu saya bergabung dengan pengunjung lain dari Vieux Port untuk mengikuti boat tour. Kami melihat pemandangan cantik Marseille dari arah laut, melintasi <b>Musee des Civilisations de l’Europe et de la Mediterranee</b> dengan bangunan-nya yang ultra modern, <b>Chateau d'If</b> yang menjadi setting roman Count of Montecristo-nya Alexandre Dumas, lalu berlayar ke arah <b>Les Calanques</b>. Calanque adalah teluk-teluk sempit yang terbentuk dari tebing-tebing kapur yang sangat terjal. Pemandangannya super spektakular ditambah dengan airnya yang biru jernih, sehingga tempat ini selalu menarik para pecinta alam, terutama yang suka memanjat tebing, berenang, maupun kayaking. Karena di calanque hampir tidak ada tanah, biota-nya sangat unik sehingga tempat ini juga menjadi lokasi Taman Nasional. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke Paris, saya berjanji bakal kembali lagi ke Perancis selatan yang cantik, orang-orangnya lebih ramah, serta cuacanya bersahabat ini. <span class="st">À bientôt</span>, Marseille!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-29119215582737910952014-12-05T20:04:00.000+04:002018-01-09T12:25:10.267+04:00Mont Saint-Michel<i>Setelah pindah ke Paris di akhir tahun 2013, traveling saya jadi lebih banyak fokus ke Perancis dan sekitarnya. Negeri ini indaaaah banget! Saya juga punya blog baru, <a href="http://selamatpagiparis.blogspot.fr/" target="_blank">Selamat Pagi Paris</a>, yang khusus membahas hidup di Paris dengan segala tetek-bengeknya. </i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Mont Saint-Michel, yang berupa pulau kecil dihiasi bangunan kuno di tengah lautan ini, adalah salah satu tujuan wisata yang paling terkenal di Perancis. Pulau yang terletak di daerah Normandy ini sebenarnya adalah sebuah kompleks biara katolik kuno yang dibangun sejak abad ke-8. Karena hanya berjarak 600 m dari pantai, pulau ini gampang dicapai dengan berjalan kaki melewati pasir saat air surut. Tapi karena sekarang sudah ada jembatan permanen, pulau kecil ini bisa diakses meskipun pasang naik. Oh iya, daerah ini terkenal sering banget hujan plus angin kencang, jadi siap-siap bawa jaket tahan air serta payung anti badai. </div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmVE8cUDj6QzwsnGYZIi66v1EIN-SbtzCyrFYIlLV5Af2rPQyTmKpPWIdfAnx51zR4uUqvtDngQaMk0T962OuMTtupoAiQpiWyz1PLVdwvZYF4GdsLSQbtEsYWIQnwDcnlRJAKxcvWfWE/s1600/_DSC9279.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="422" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmVE8cUDj6QzwsnGYZIi66v1EIN-SbtzCyrFYIlLV5Af2rPQyTmKpPWIdfAnx51zR4uUqvtDngQaMk0T962OuMTtupoAiQpiWyz1PLVdwvZYF4GdsLSQbtEsYWIQnwDcnlRJAKxcvWfWE/s640/_DSC9279.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<i><br /></i>
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
Menurut legenda, pada abad ke-8 malaikat Gabriel (jibril) menampakkan diri pada Uskup Avranches, menyuruhnya untuk membangun gereja di pulau berbatu ini. Selanjutnya selama ratusan tahun, gereja ini berkembang menjadi sebuah kompleks biara yang dilengkapi tembok pertahanan. Para penganut katolik pun berdatangan ke tempat ini sebagai bagian dari sebuah perjalanan religius. Pada abad ke-15, tentara Inggris berkali-kali menyerang kompleks ini namun gagal, sehingga reputasinya pun makin mentereng. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Untuk mencapai Mont Saint-Michel dari Paris, kita bisa naik kereta TGV
dari Paris ke Rennes (2 jam), lalu dilanjutkan dengan bis (1.5 jam).
Atau, bisa juga menyewa mobil dan menyetir ke sini (sekitar 4 jam). Buat
saya sih, lebih enak menyetir ke sini dan juga lebih murah, apalagi
kalau lebih dari 2 orang. Pastikan punya SIM internasional dan nyetir
hati-hati ya, di sini polisinya galak!</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizmQsn5K1QW_jxXVK0_AO8drVzIFOntMlqDjumKC7Y9pwX-cwZTywBtDC_fx6rM8JOhs4YA0zFd93NVclr3EG7EFBt1GRYgJUjXCBT79zZR5svO7mCYBV2w319xF-5XcoFaPOWV1RH1rM/s1600/_DSC9244.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizmQsn5K1QW_jxXVK0_AO8drVzIFOntMlqDjumKC7Y9pwX-cwZTywBtDC_fx6rM8JOhs4YA0zFd93NVclr3EG7EFBt1GRYgJUjXCBT79zZR5svO7mCYBV2w319xF-5XcoFaPOWV1RH1rM/s400/_DSC9244.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu sudut Mont Saint-Michel</td></tr>
</tbody></table>
Untuk
akomodasi di sini, tergantung budget banget. Kalau budget-mu buanyak,
bisa tinggal di hotel yang benar-benar terletak di Mont Saint-Michel
alias di pulaunya<i>. S</i>alah satu hotel yang paling terkenal di sini adalah <b>Auberge Saint Pierre</b>.
Keuntungannya, kita bisa menikmati suasana yang tenang dan syahdu di
saat para turis sudah pulang. Repotnya, kita nggak bisa bawa banyak
barang, cukup satu tas kecil aja (kecuali mau ngangkat-ngangkat koper
melewati pantai dan tangga curam sempit di pulau kuno ini). Maklum, di
kita cuma bisa parkir di pantai, sekitar 1.5km dari pulau, dan harus
naik bis atau berjalan kaki ke pulau ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya
lebih memilih tinggal di luar pulau, tapi bisa menikmati pemandangan
Mont Saint-Michel dari kejauhan. Di sini banyak airbnb yang lumayan
bagus, dengan harga yang lebih terjangkau ketimbang menginap di dalam
pulau.<br />
<i></i><br />
<i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZMry_KDqXjjiIxZRaYIk9mpTkAQPYDrrnVsuuiDSB0OD94qH9o8fELuGWcqJC03gMuAcpvpmwq4bqGazdcp6nLBW9gZLDCojVaobMAc-gtusoh5z0SlOdOl3AG69At2HJM2-oo6qyIkk/s1600/_DSC9188.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1060" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZMry_KDqXjjiIxZRaYIk9mpTkAQPYDrrnVsuuiDSB0OD94qH9o8fELuGWcqJC03gMuAcpvpmwq4bqGazdcp6nLBW9gZLDCojVaobMAc-gtusoh5z0SlOdOl3AG69At2HJM2-oo6qyIkk/s400/_DSC9188.JPG" width="263" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Uyek-uyekan turis di Mont St.Michel</td></tr>
</tbody></table>
Tentu saja di Mont Saint-Michel tempat pertama yang harus dikunjungi adalah kompleks biaranya, terutama Abbaye de Mont-Saint-Michel. Walaupun digunakan selama ratusan tahun, namun Abbaye ini sudah ditinggalkan para pendeta sejak abad ke-19. Sekarang, bangunan raksasa ini menjadi monumen bersejarah, dan tentu saja, dipenuhi turis. Dari Abbaye ini, selain mengagumi arsitekturnya, kita juga bisa melihat pemandangan panoramik ke arah laut maupun ke arah Normandy.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain Abbaye, Mont Saint-Michel juga dipenuhi dengan jalanan-jalanan kecil dengan toko serta restaurant yang lucu-lucu. Walaupun bangunannya asli, tapi karena tempat ini turistik banget (katanya sih dikunjungi 3 juta turis tiap tahunnya), saya merasa tidak ada satupun hal yang autentik di sini. Semuanya dibuat untuk turis serta harganya rada lebay! Karena itu, saya cuma menyarankan menghabiskan satu hari di sini. Lebih bagus kalau bisa menggabungkan trip ke sini dengan trip ke Bretagne (Brittany) yang lebih terasa keasliannya dan nggak terlalu jauh jaraknya. Catatan saya tentang perjalanan ke Bretagne bisa dilihat di sini.</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-26951845714627330032014-09-02T20:05:00.000+04:002018-01-09T20:33:11.606+04:00Santorini, Pulau Bulan Madu<div style="text-align: justify;">
Terletak di tengah laut Aegea, Yunani, Santorini adalah sebuah pulau kecil yang sangat cantik, dengan rumah-rumahnya yang putih menghiasi tebing dan bunga-bunga bougenville bewarna-warni. Pemandangan dari tiap sudut pulau ini juga sangat indah, lepas memandang laut Aegea yang biru dan tenang. Ditambah dengan iklimnya yang lembut, pas lah kalau tempat romantis ini menjadi tujuan bulan madu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyHYQ9ls7JqhpTy492dNL0z4FsSNQmADZIV8jmNJP2BDlCYhxjbrKxzcPOP0LWMDDLPA0ahbBPdRzRQwBmB-PqjIeL-7iL5bB483M3lE8DyI3abHNn5KQPkTkcTE5Hj0m1jL0nWgPlelw/s1600/santorini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1110" data-original-width="1600" height="442" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyHYQ9ls7JqhpTy492dNL0z4FsSNQmADZIV8jmNJP2BDlCYhxjbrKxzcPOP0LWMDDLPA0ahbBPdRzRQwBmB-PqjIeL-7iL5bB483M3lE8DyI3abHNn5KQPkTkcTE5Hj0m1jL0nWgPlelw/s640/santorini.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, sebenarnya, saya memang ke Santorini untuk bulan madu. Akhirnya kawin juga saya *nyerah pada nasib* Jadi trip kali ini beda banget, lebih banyak leyeh-leyeh dan nyantai-nyantai, sambil memandang wajah suami baru *gwaaaaaaa* (masih takjub, kenapa akhirnya bisa settle sama mas ganteng ini ya? hahahaha)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Santorini, atau nama yunani-nya Thira, sebenarnya adalah sisa sebuah kawah gunung berapi yang meletus dahsyat sekitar pertengahan milenia kedua SM. Ledakan ini membelah kawah menjadi beberapa pulau, termasuk Santorini. Konon, ledakan ini pulalah yang memusnahkan peradaban kuno Minoa di Kreta (lihat artikel saya tentang <a href="http://curious-traveler.blogspot.fr/2013/08/kreta-pulau-sang-monster-minotaur.html" target="_blank">Kreta, Pulau sang Monster Minotaur</a>), serta mempengaruhi iklim dunia. Tapi jangan kuatir pemirsa, gunung berapinya sudah musnah. Untuk sementara aktivitas vulkanik di daerah sini cukup tenang, walaupun sempat ada gempa besar juga di tahun 1956. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDhQx_pAKjOeXn03L1MLt8tAMerQ5lMBeD5KMUNRWa-8sYCdK1QawiCoRrMwcHsuNn7QLK5vz-aBdsUv1LKFpwo0u8oB31ZwOhsBYw-quj2NFTBLxdc4y8OWM5HPwyWzA76iqs8Cw9oJ4/s1600/_DSC0212.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1060" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDhQx_pAKjOeXn03L1MLt8tAMerQ5lMBeD5KMUNRWa-8sYCdK1QawiCoRrMwcHsuNn7QLK5vz-aBdsUv1LKFpwo0u8oB31ZwOhsBYw-quj2NFTBLxdc4y8OWM5HPwyWzA76iqs8Cw9oJ4/s640/_DSC0212.JPG" width="420" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sunset dilihat dari Imerovigli</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mencapai Santorini, banyak sekali penerbangan dari Eropa maupun dari Athena ke ibukotanya, Fira. Tentu saja, karena sangat terkenal, pulau ini sangat turistik. Tapi jenis turisnya lebih "upmarket", lebih kalem, dan nggak terlalu heboh (dibandingkan dengan turis inggris yang hobi pesta dan berisik di Kreta, misalnya). Oh iya, Santorini enak dikunjungi saat musim panas (Mei-September), sedangkan bulan lain sudah mulai dingin dan kurang nyaman buat jalan-jalan santai pakai kolor (itu sayaaaah..!).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Santorini, saya menyarankan memilih tinggal menghadap ke kaldera (sebelah barat pulau), supaya bisa menikmati sunset yang spektakuler. Beberapa daerah yang saya sarankan: Firostefani, Imerovigli, dan Oia. Pilihan hotelnya tentu saja sesuaikan budget masing-masing. Akomodasi di Santorini ada untuk semua budget, mulai dari yang lumayan murah sampai yang harganya selangit nggak masuk akal dengan jacuzzi pribadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk muter-muter, paling enak tentu saja menyewa mobil. Walaupun ada transportasi umum, tapi kurang fleksibel. Di sini gampang banget cari persewaan mobil (hotel biasanya menghubungkan dengan agen) serta harganya pun terjangkau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ngapain aja di Santorini? Nah, kalau saya sih menyarankan: bangun tidur, sarapan santai sambil menikmati pemandangan, lalu jalan-jalan sebentar. Setelah makan siang, baca buku lalu tidur siang di pantai. Sorenya jalan-jalan dan nonton sunset sambil berpegangan tangan (hoooo). Lanjutkan makan malam, jalan sedikit di Fira/ Oia (sambil makan es krim) dan bobok nyenyak. Demikian selanjutnya. Waohhh indah bangeeet....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buat jalan-jalan di Santorini, beberapa aktivitas di bawah ini bisa dilakukan. Nggak usah <i>ngoyo</i>, hiruplah udara bersih dan nikmatilah pemandangan laut Aegea yang spektakuler banyak-banyak. Hidup di sini selo dan indah....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Mengunjungi situs bersejarah Akrotiri of Thera<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPwGwjKRIpS2rLqmSHucmHVbF6MyPdP_67LHZITWymtYMvZQTt-GmFDiIz8sbUwQiKtZP8loVQqeLl2KvA28Xak9Xiqgaq5AczHaVZ-2TEJ_NpS6MdBNVJVa2fffXOLN2hGlLAWBC2fiM/s1600/_DSC0468.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1139" data-original-width="1600" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPwGwjKRIpS2rLqmSHucmHVbF6MyPdP_67LHZITWymtYMvZQTt-GmFDiIz8sbUwQiKtZP8loVQqeLl2KvA28Xak9Xiqgaq5AczHaVZ-2TEJ_NpS6MdBNVJVa2fffXOLN2hGlLAWBC2fiM/s400/_DSC0468.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sisa-sisa pemukiman Akrotiri dari 3500 tahun lalu</td></tr>
</tbody></table>
</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena Yunani adalah rumah salah satu peradaban tertua di dunia, rasanya kok rugi juga kalau nggak mengunjungi situs bersejarah. Di sini kita bisa melihat sisa-sisa peradaban Akrotiri di Thera, yang terkubur oleh letusan gunung berapi (sekitar 1600-1400 SM, tahun tepatnya tidak diketahui). Mulai digali tahun 1967, peninggalannya masih utuh dan sering dibandingkan dengan Pompeii. Kita bisa melihat bahwa ribuan tahun lalu, peradaban ini sudah memiliki rumah bertingkat tiga, saluran air, perabotan, serta karya seni yang canggih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Hiking dari Fira ke Oia</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Melewati bukit-bukit dengan pemandangan super dramatis ke laut Aegea, hiking ini benar-benar recommended banget! Walaupun lumayan jauh dan biasanya ditempuh dalam 3-4 jam, kita bisa memilih rute yang pendek, berhenti di Imerovigli atau tempat lainnya. Kadang ada juga yang menawarkan naik keledai; walaupun lucu, buat saya, lebih nyaman berjalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Jalan-jalan di Oia</b></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrFz9WN8UQ0x36tOQu96iSykG7bbXjgflunHKWlBZERtf1bab-7fzFlsucuwNSCXEbsfs6gSWTT7FK7J_z2XiPT-bMDTsgNM1H87CY7twfpNXZ5HvzbRfquwkCN4DBLiFpZKh-w1hWNKA/s1600/santorini2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1166" data-original-width="1600" height="291" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrFz9WN8UQ0x36tOQu96iSykG7bbXjgflunHKWlBZERtf1bab-7fzFlsucuwNSCXEbsfs6gSWTT7FK7J_z2XiPT-bMDTsgNM1H87CY7twfpNXZ5HvzbRfquwkCN4DBLiFpZKh-w1hWNKA/s400/santorini2.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandangan Oia</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sudah pernah melihat foto rumah-rumah putih Santorini? Hampir pasti kalau foto itu diambil di Oia! Tempat ini memanglah simbol kecantikan Santorini. Saya sarankan banget jalan-jalan melintasi tempat cantik ini, tetap autentik walaupun kadang terasa terlalu turistik. Di sore hari, tempat ini juga dipenuhi pengunjung yang ingin melihat sunset. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4. Hang-out di pantai</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada banyak pantai di Santorini dengan karakter masing-masing. Karena pulau ini adalah pulau vulkanik, pantainya lebih banyak yang berpasir hitam (Perissa, Perivolos, Kamari, Vlychada,..) dan ada yang berpasir merah (Red Beach). Karena di Santorini jarang ada awan, sinar matahari tuh menyengatnya terasa fokus banget. Wajib pakai sunblock!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Trip dengan kapal ke arah kaldera</b></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitbSB8ML67FdlNfB2PDavhlRZ63-uroSZej2ImOYe3sH3azVd8J8q_AMO8ApkxY_lmrc4XAhtHN_XFHZGibDem5uwz33h0-ljec6mIXShKgxbtZmjajmu2yBilCa1wnoenzoN0q-xm7iI/s1600/_DSC0388.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1178" data-original-width="1600" height="293" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitbSB8ML67FdlNfB2PDavhlRZ63-uroSZej2ImOYe3sH3azVd8J8q_AMO8ApkxY_lmrc4XAhtHN_XFHZGibDem5uwz33h0-ljec6mIXShKgxbtZmjajmu2yBilCa1wnoenzoN0q-xm7iI/s400/_DSC0388.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Red Beach, Santorini</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya trip ini dimilai dengan mengunjungi beberapa pantai cantik yang sulit diakses lewat darat, dilanjutkan ke sumber air panas dekat dengan Palia Kameni, lalu menikmati sunset yang indah di tengah kaldera. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>6. Makan seafood di Amoudi Bay</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Amoudi Bay ini tidak jauh dari Oia. Di sini ada beberapa restaurant seafood; kita bisa makan berbagai jenis ikan, cumi, dan udang segar yang dimasak a la Yunani, sambil menikmati pemandangan yang indah luar biasa. Saya jatuh cinta banget sama makanan yunani yang sederhana dan segar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-63243772110038743212013-08-27T17:42:00.000+04:002018-01-09T20:37:15.927+04:00Kreta, Pulau Monster Minotaur<i>Kali ini saya berlibur ke Kreta, sebuah pulau Yunani di tengah laut mediterania. Pulau ini adalah rumah berbagai peradaban tua, termasuk peradaban Minoa yang merupakan peradaban tertua di Eropa (2700-1420 SM)</i>. <i>Terus terang ini salah satu traveling saya yang paling malas-malasan,
kerjanya cuma tiduran di pantai, muter-muter pakai mobil terbuka, dan
makan!</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0qkTmDAakTcQSmPidCuvjK_fyxnGst6hsjkYMKUHwOqYyw2s7y3UCjiRDQA3bmV1YawvATM5DIBQl16d4Klu9kLet0NOz3P591hAyX3O1ClesIVjd-xCx9XGR1-5y_fh7UV44MUopvKI/s1600/crete4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="420" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0qkTmDAakTcQSmPidCuvjK_fyxnGst6hsjkYMKUHwOqYyw2s7y3UCjiRDQA3bmV1YawvATM5DIBQl16d4Klu9kLet0NOz3P591hAyX3O1ClesIVjd-xCx9XGR1-5y_fh7UV44MUopvKI/s640/crete4.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Waktu masih kecil, saya suka baca majalah Bobo (generasi saya, siapa sih yang enggak?). Nah, entah kenapa, salah satu cerita di majalah Bobo yang saya ingat banget adalah legenda klasik Yunani tentang monster Minotaur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
</div>
Ceritanya, pada zaman dahulu, ada seorang raja yang anaknya dibunuh oleh orang Athena pada suatu pesta. Karenanya, raja yang bernama Minos ini sangat membenci orang Athena. Setiap tahun, ia melampiaskan dendamnya dengan mengirimkan tujuh pemuda<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizM0btw__1xJUATt4mlK94InYMUE0RqwZhWW2cPgnpw21G4p24VAf4orH-MygbqfynfrjEfvRPZO4cVTSfUdb3pEm0rTprLvdJRIdyu1dI7BYcEITr-meUWi1PogpaodUpkXR93OVdjwk/s1600/crete2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1060" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizM0btw__1xJUATt4mlK94InYMUE0RqwZhWW2cPgnpw21G4p24VAf4orH-MygbqfynfrjEfvRPZO4cVTSfUdb3pEm0rTprLvdJRIdyu1dI7BYcEITr-meUWi1PogpaodUpkXR93OVdjwk/s400/crete2.jpg" width="263" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Vas dari tahun 500SM bergambar Theseus dan Minotaur</td></tr>
</tbody></table>
dan tujuh gadis Athena ke dalam labirin di bawah istananya, untuk dimakan monster berkepala kerbau bernama Minotaur. Suatu saat, ada seorang pemuda Athena bernama Theseus yang hendak dikorbankan dalam upacara tahunan ini. Namun karena ganteng banget, putri raja Minos yang bernama Ariadne malah jatuh cinta padanya. Ia membantu Theseus membunuh Minotaur dan mengakhiri upacara tahunan yang ajip ini.</div>
<br />
<br />
Demikianlah cerita pendeknya (kelanjutannya masih
puanjaaang, karena legenda Yunani nih selalu nyambung ke mana-mana).
Nah, latar belakang legenda ini adalah kerajaan Minoa, yang letaknya ya
di pulau Kreta ini!<br />
<br />
<br />
Walaupun penuh sejarah, namun kebanyakan orang datang ke Kreta untuk menikmati pantai dan alamnya yang indah. Untuk mencapai Kreta, ada banyak penerbangan langsung dari Eropa ke airport di Heraklion, ibukota Kreta. Sedangkan untuk mengitari pulau ini, paling gampang menyewa mobil atau motor. Jalan rayanya mulus dan mudah di-navigasi, serta pemandangannya wowwww banget! Saya menyarankan paling tidak menghabiskan seminggu di Kreta, untuk menikmati suasana dan alamnya dengan santai, tidur siang, lalu mencoba makanan yunani yang sehat dan enak! <br />
<br />
Beberapa tempat yang harus dikunjungi di Kreta:<br />
<br />
<b>1- Istana Knossos</b><br />
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkQXqS7CroixReyG3vrAyhK5rxF0z9MHW7weQvIz2-3n49MSN4as5Rn-W7HlrF9TzayWhJePSGSC_9_MjkAdq6csoSfyecgnOJnrpfhuuAGyIWeh5zhTITvBT90XxJBJf_g1xxrNPAQT8/s1600/crete3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1312" data-original-width="1600" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkQXqS7CroixReyG3vrAyhK5rxF0z9MHW7weQvIz2-3n49MSN4as5Rn-W7HlrF9TzayWhJePSGSC_9_MjkAdq6csoSfyecgnOJnrpfhuuAGyIWeh5zhTITvBT90XxJBJf_g1xxrNPAQT8/s320/crete3.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Istana Knossos</td></tr>
</tbody></table>
Situs bersejarah bekas pusat pemerintahan kebudayaan Minoa. Diyakini, kompleks istana ini dibangun sekitar tahun 2000 SM dan ditinggalkan pada akhir masa zaman perunggu, mungkin karena letusan gunung Thera atau serangan kaum Mycean. Pada masanya, kompleks ini sudah memiliki sistim pengairan yang canggih, melayani hingga 100,000 orang pada masa kejayaannya.</div>
<br />
<b>2- Museum Arkeologi Heraklion</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Salah satu museum paling penting di Eropa, memiliki koleksi kebudayaan Minoa terlengkap di dunia.</div>
<br />
<b>3- Katedral Agios Minas</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Walupun di Kreta banyak gereja orthodok yunani yang bagus-bagus, inilah "pusatnya" alias tempat resminya Archbishop Kreta. Diberi nama sesuai dengan nama santa pelindung Heraklion, Santa Minas.</div>
<br />
<b>4- Samaria Gorge</b><br />
Buat yang suka trekking, ini adalah
canyon terpanjang di Eropa. Trekking di sini nggak terlalu susah, karena
jalannya sudah "jadi". <br />
<br />
<b>5- Pantai-pantainya yang bagus banget</b><br />
Susah untuk menyebutkan mana yang paling bagus, karena semuanya keren. Tapi yang paling terkenal mungkin adalah Pantai Elafonisi, Pantai Vai, Balos Lagoon, ... Semuanya berair jernih banget dan langit selalu biru bersih tak bercela di musim panas.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img align="left" data-attachment-id="2507" data-comments-opened="0" data-image-description="<p>The main beach of Agia Pelagia</p>
" data-image-meta="{"aperture":"0","credit":"","camera":"","caption":"","created_timestamp":"0","copyright":"6944220607","focal_length":"0","iso":"0","shutter_speed":"0","title":"","orientation":"0","keywords":"Array"}" data-image-title="The main beach of Agia Pelagia" data-large-file="https://creti.co/blog/wp-content/uploads/2015/08/The-main-beach-of-Agia-Pelagia.jpg" data-medium-file="https://creti.co/blog/wp-content/uploads/2015/08/The-main-beach-of-Agia-Pelagia-400x267.jpg" data-orig-file="https://creti.co/blog/wp-content/uploads/2015/08/The-main-beach-of-Agia-Pelagia.jpg" data-orig-size="800,533" height="423" src="https://creti.co/blog/wp-content/uploads/2015/08/The-main-beach-of-Agia-Pelagia-393x262.jpg" style="height: 260px; margin-left: auto; margin-right: auto; width: 393px;" title="The main beach of Agia Pelagia" width="640" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Aglia Peraglia (credit: creti.co)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-39402258391555379572013-06-30T13:04:00.000+04:002018-01-05T17:00:32.445+04:00Tiga Hari Melintasi Swiss dan Liechtenstein <i>Perjalanan ini campuran antara kerja, menengok teman, dan jalan-jalan penasaran. Capek, gempor, sekaligus puas karena melintasi 4 kota dalam tiga hari: Schaffhausen, Zurich, St. Gallen, dan Vaduz. </i><br />
<i>Saya menggunakan sepenuhnya transportasi publik </i><i><i>(kereta dan bis)</i> selama perjalanan ini . Maklum, traveling-nya bareng sama anggota Green Party Europe yang pecinta lingkungan, jadi harus selalu mengurangi polusi. Selain itu, naik kereta melintasi Swiss adalah cara terbaik untuk melihat pemandangan klasik pegunungan yang kayak dalam mimpi itu tuh. Sip banget! </i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQwFYm0RBvrBbjAeXyDqGcdQJkrzw1qFWbkYhmwlh_Odoy2xEZWLGOAfVkKCOraSVpM_S1eGtGd_4Rt47y91AYf92LWKOxHagCrZHVQCrn386ASdpdrYilyw-IVCc3s1_VkvJedZDHZVo/s1600/swiss3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="422" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQwFYm0RBvrBbjAeXyDqGcdQJkrzw1qFWbkYhmwlh_Odoy2xEZWLGOAfVkKCOraSVpM_S1eGtGd_4Rt47y91AYf92LWKOxHagCrZHVQCrn386ASdpdrYilyw-IVCc3s1_VkvJedZDHZVo/s640/swiss3.jpg" width="640" /></a></div>
<i><br /></i>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8ZnqtsHQHe5t0i12Rc4UXZRY55GRYQU_KqSJuHDNjrEXBOZY2uQ6Bx5ucLrq7cxAId8pJ5et7MNjvAjIECJhvBaibP4mUxLgCIKP-rr22VXykhLmtfKFunYxZtYkMXZps18v5UPllHTI/s1600/rhine.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8ZnqtsHQHe5t0i12Rc4UXZRY55GRYQU_KqSJuHDNjrEXBOZY2uQ6Bx5ucLrq7cxAId8pJ5et7MNjvAjIECJhvBaibP4mUxLgCIKP-rr22VXykhLmtfKFunYxZtYkMXZps18v5UPllHTI/s400/rhine.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rhine Falls</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Hari pertama,<i> </i>saya memulai perjalanan dengan menuju <b>Rhine Falls</b>, dekat <b>Schaffhausen, Swiss</b>. Terletak di<i> </i>Swiss utara, air terjun ini adalah yang terbesar di Eropa. Walaupun tidak terlalu tinggi, tapi lebarnya mencapai 150 m dan debit airnya sangat tinggi. Untuk mencapai Rhine Falls, kita bisa berhenti di stasiun kereta Schaffhausen, selanjutnya naik bis atau kereta lokal (cuma sekitar 10 menit). Setelah mengagumi Rhine Falls, saya menyempatkan juga berjalan-jalan ke Schaffhausen, dengan kota tuanya yang berasal dari abad ke-11.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlHBSFmt08pU-KsYTPO_HZzM19IG-TXC5P6hGPlQNOpOcpqKiDmshpemleQXsVEIZ1t0HIoSfMtW-U39TUt-Bqdk3YOH12kY_6b1RxXhLGaieiagM2vA7fb_x6od6Rdw8qySNzfRvJZeE/s1600/swiss2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlHBSFmt08pU-KsYTPO_HZzM19IG-TXC5P6hGPlQNOpOcpqKiDmshpemleQXsVEIZ1t0HIoSfMtW-U39TUt-Bqdk3YOH12kY_6b1RxXhLGaieiagM2vA7fb_x6od6Rdw8qySNzfRvJZeE/s320/swiss2.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lake Zürich</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Dari Schaffhausen, saya melanjutkan perjalanan ke <b>Zürich, </b>nggak sampai 1 jam dengan kereta. Kali ini tujuannya bukan cuma jalan-jalan, tapi juga ketemu dengan beberapa teman. Zürich adalah kota terbesar di Swiss, selalu ditajuk berbagai organisasi sebagai salah satu kota dengan kualitas hidup terbaik di dunia. Karena pajak yang rendah dan peraturan finansialnya menarik, banyak sekali perusahaan besar yang mendirikan headquarternya di sini. Selain itu, kotanya aman serta cantik, mengelilingi sebuah danau besar yang indah dan bersih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Zürich saya bertemu dengan seorang teman lama yang berasal dari Finlandia, sebut saja namanya Miika. Bocah yang lumayan ganteng, lagi pintar dan baik hati ini, berkerja di sebuah perusahaan lumayan bergengsi di Zürich. Tapi dia sama sekali nggak bahagia. Dia merasa gagal serta kesepian, sampai kupingnya selalu berdenging setiap kali memasuki kantornya. Ternyata, menurut psikiater, ia mengalami stress akut dan mempengaruhi kesehatan jiwanya. Karena ini, Miika berencana balik kampung ke Finlandia, untuk melakukan pekerjaan yang benar-benar ia cintai: menjadi guide petualangan musim dingin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl-R-rlSVjyXhUxF_MYdWsnKxaKBpLuHlnypzYHIbcNFaSsz-gFQGFn8Mnre57AN5nG5cRR01GRnG6T5qYjib_l1aaX0KckCcD-Tfqy9-7kn6MHxNNp2jcVsXba6J2Pnl5VNf8nNe-vQE/s1600/swiss1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1060" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl-R-rlSVjyXhUxF_MYdWsnKxaKBpLuHlnypzYHIbcNFaSsz-gFQGFn8Mnre57AN5nG5cRR01GRnG6T5qYjib_l1aaX0KckCcD-Tfqy9-7kn6MHxNNp2jcVsXba6J2Pnl5VNf8nNe-vQE/s320/swiss1.jpg" width="211" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Katedral di Abbey of St.Gall</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata di kota yang sempurna ini manusia ya cuma manusia, ada yang bahagia dan ada yang sedih (teringat Jakarta yang ruwet dengan saya yang bahagia makan sate ayam di pinggir jalan). Untunglah walaupun rada stress, Miika sempat menemani kami berjalan-jalan di kota tua Zürich dan mengitari sebagian danaunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Zürich, kami menuju <b>Saint Gallen</b>, untuk mengunjungi Abbey of Saint Gall, sebuah kompleks roman katolik bersejarah yang kini menjadi UNESCO World Heritage Site. Abbey ini didirikan pada abad ke-8, dan memiliki salah satu perpustakaan zaman pertengahan terkaya di dunia. Koleksi perputakaannya sangat kuno, bahkan sekitar 400 buku umurnya sudah lebih dari 1000 tahun (haihhh). Saya juga sempat mampir ke University of St.Gallen, terkenal dengan program international MBA dan MM-nya yang selalu masuk top ranking dunia. Sekilas dari tongkrongannya aja, di sini bisa kelihatan tipe anak siapa yng belajar di sini (anak milyuner!)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan tiga hari ini saya tutup dengan mengunjungi sebuah negara mikro, <b>Liechtenstein</b>. Walaupun bukan yang terkecil di Eropa, namun luasnya cuma sebesar Bandung. Tapi jangan salah, Liechstein ini kayanya bukan main, pendapatan perkapitanya paling tinggi kedua di dunia loh! Maklum, seperti negara kecil cerdas lain di Eropa, mereka menggunakan taktik pajak rendah dan peraturan finansial yang mudah untuk menarik perusahaaan besar dan investor lain. Saking suksesnya, jumlah perusahaan di Liechstein malah lebih banyak dari jumlah penduduknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwhrbWKS2zPlpELh9agARzTOkigV1yL0Zh6FYhCZMnrZ_uI_FlP_5rka5FzSZdz6nZlO1TPpiSNg8v9ieL_hUAYAE9eJAt2UYJQN6Z8E9q3dMlqGo-pON1u-xMnG_UW1AmmDmnTVqZ1wk/s1600/liech.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwhrbWKS2zPlpELh9agARzTOkigV1yL0Zh6FYhCZMnrZ_uI_FlP_5rka5FzSZdz6nZlO1TPpiSNg8v9ieL_hUAYAE9eJAt2UYJQN6Z8E9q3dMlqGo-pON1u-xMnG_UW1AmmDmnTVqZ1wk/s320/liech.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Vaduz Castle, dilihat dari pusat kota</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Dari Zürich, ibukota Liechtenstein, <b>Vaduz</b>, bisa dicapai dengan bis selama 1.5- 2 jam. Di Vaduz, kita bisa mengunjungi <b>Castle Vaduz</b>, tempat kediaman kepala negara, Prince of Liechtenstein. Pemandangannya indah, tapi kita tidak bisa masuk karena kastil ini masih benar-benar digunakan sebagai tempat tinggal resmi. Selain itu, ada juga <b>National Museum of Liechtenstein</b>, yang menceritakan sejarah negara kecil yang menarik ini, serta <b>Katedral St. Florin, </b>katedral utama di Liechtenstein yang agama resminya adalah katolik roma. Walaupun turistik, tidak banyak yang bisa dilihat di Vaduz. Kayaknya kebanyakan turis cuma penasaran seperti saya, kepingin "tick the box" sudah pernah manjajakkan kaki ke negara mini ini. Saya sih merasa tempat ini sepi buanget!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di akhir hari itu, saya balik ke Zürich untuk mengambil penerbangan kembali. Walaupun cuma sak nyuk, lumayan puas karena sempat mengunjungi banyak tempat. Hal lain yang membekas dari Swiss adalah: ampun deh, biaya hidup muahal buangetttt! Menurut beberapa indikator, hotel dan makanan di Swiss 25% lebih mahal dari New York atau 45% lebih mahal dari Paris. Untuk yang pingin jalan ke Swiss, siap-siap ngirit ya... Negara yang indah, ada harganya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Update terbaru:</b> teman saya Miika, setelah pulang kampung dan bekerja sebagai guide petualangan musim dingin di Finlandia, akhirnya bertemu dengan cinta. Sekarang ia sudah menikah dan hidup bahagia. Oh so sweeeet!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><b><br /></b></b></div>
<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-58516022219644285842013-06-22T17:41:00.000+04:002018-01-05T17:00:43.982+04:00Heidelberg, Kota Romantis dan Penuh Inspirasi di Tepi Sungai Neckar<div style="text-align: justify;">
Entah gimana saya kok bisa nyasar ke Heidelberg, karena sebelumnya saya nggak pernah dengar tentang kota ini. Tapi, karena kebetulan lagi "lewat" dekat sini menuju ke Swiss, seorang teman menyarankan untuk mengunjunginya. Ternyata kotanya cantik banget, bahkan penuh dengan turis Jepang dan Cina... Hahaha, ternyata saya aja yang kurang pengetahuan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRKcKJRAMelBhZOGdAKlmJFoR4KkK1DiNm_5hHX6thnI8_X-rTuchB26RsDHc9X1gpC6sNfQT4CkP-xD5eYOFlTpsGPmMICGnoN1HXJeGDyOuDhweOdDlP3I-OZm1j-e9nSSzQ4_vOfsE/s1600/heidelberg1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="422" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRKcKJRAMelBhZOGdAKlmJFoR4KkK1DiNm_5hHX6thnI8_X-rTuchB26RsDHc9X1gpC6sNfQT4CkP-xD5eYOFlTpsGPmMICGnoN1HXJeGDyOuDhweOdDlP3I-OZm1j-e9nSSzQ4_vOfsE/s640/heidelberg1.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Heidelberg adalah kota tua yang indah di tepi sungai Neckar di Jerman Selatan, sudah sejak lama menjadi sumber inspirasi beberapa
seniman terkenal, termasuk Goethe, Mark Twain dan pelukis William
Turner. Sedari abad ke-14, Heidelberg juga terkenal dengan universitas-nya yang bergengsi. Hampir separuh penduduknya adalah pelajar, sehingga suasana kota ini sangat easy going namun juga intelektual. Selain itu, Heidelberg juga terkenal dengan pemandangannya yang romantis, kota tuanya yang bergaya barok, serta reruntuhan kastil Heidelberg (Heidelberg schloss) di puncak bukit dengan pemandangan yang spektakuler. </div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM8em3IKRVwwFIS4Ev1lYnZMvdFlHfR1BL2Pys1y1Qsc28kaqv6U-HMo3VQDd_a_gYtJ8lkUUMHAQpvGPusJqizOu33Ad5BxAQEXxiWhiqsQTCah9vxWMFl5ZX-i3zddL3gW7jDMlzuy4/s1600/heidelberg4.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1060" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM8em3IKRVwwFIS4Ev1lYnZMvdFlHfR1BL2Pys1y1Qsc28kaqv6U-HMo3VQDd_a_gYtJ8lkUUMHAQpvGPusJqizOu33Ad5BxAQEXxiWhiqsQTCah9vxWMFl5ZX-i3zddL3gW7jDMlzuy4/s320/heidelberg4.jpg" width="211" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tong anggur, Heidelberg Schloss</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Karena hanya punya waktu sehari di Heidelberg, pagi-pagi saya mulai dengan mengunjungi <b>Heidelberg Schloss</b>, yang sering disebut adikarya arsitektur Renaissance di pegunungan Alpen. Kastil ini sebagian besar sudah berupa reruntuhan, tapi menurut Mark Twain <i>"meskipun ditinggalkan, dilepaskan mahkotanya, didera badai, tetaplah ningrat dan indah"</i>. Tentu saja, seperti kastil-kastil besar di Eropa lainnya, kastil ini sangat tua (sudah dibangun sejak abad ke-13) dan melalui berbagai cerita sejarah yang dramatik. Kastil ini pernah terbakar habis akibat tersambar petir dua kali, rusak karena perang dua kali, lalu dibangun kembali, hingga akhirnya ditinggalkan menjadi puing seperti sekarang. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di kastil ini saya mengambil guided tour; menarik banget karena guide-nya lumayan lucu menceritakan kebiasaan-kebiasaan penghuni kastil zaman dulu. Misalnya: penghuni kastil dulu kurang suka minum air, karena zaman itu air sungai sangat tercemar dan mereka belum ngeh mendidihkan air minum. Walhasil, mereka memilih minum anggur. Pantas saja, di kastil ini tersimpan <i>wine barrel </i>alias tong anggur terbesar di dunia, sanggup menampung lebih dari 200,000 liter anggur. Waduh, jangan-jangan si kastil bisa bolak-balik hancur itu gara-gara pada mabuk semua kah..? hahahaha....</div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUyVWQbIUz-Br8SHEG9VSgyMs6zfS2wCgTuNcJbLkVIMVZD_AlgECvCxPR6e-Q-xGTfj2npZ-AMrdbOYE30-J1fRWHTl4fLaVa06r1odxPRRMW51cKLEQEbzkdKBKAZCgGXje05ezWzA8/s1600/heidelberg3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUyVWQbIUz-Br8SHEG9VSgyMs6zfS2wCgTuNcJbLkVIMVZD_AlgECvCxPR6e-Q-xGTfj2npZ-AMrdbOYE30-J1fRWHTl4fLaVa06r1odxPRRMW51cKLEQEbzkdKBKAZCgGXje05ezWzA8/s320/heidelberg3.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kota tua Heidelberg</td></tr>
</tbody></table>
Dari Heidelberg Schloss, saya pun melanjutkan makan siang di <b>kota tua Heidelberg (Altstadt)</b> yang cantik, dengan jalanan yang ramah pejalan kaki dan bangunan-bangunan bersejarah (serta rombongan turis cina). Dari situ saya menyeberang sungai Neckar lewat <span style="color: black;"><b>Alte Brücke</b> (jembatan tua) dan mulai melintasi <b>Philosophenweg</b>, "jalan para filsuf". Konon, disebut demikian karena sejak berabad-abad, para profesor dan intelektualis sering berjalan di sini untuk berdiskusi maupun menenangkan diri. </span><br />
<span style="color: black;"><span style="color: black;">Jalan setapak ini melintasi bukit,
perkebunan anggur, dan taman, dengan pemandangan luar biasa ke arah kota
tua Heildelberg dan sungai Neckar. Di sini sudah nggak ada turis cina, cuma beberapa pejalan kaki yang kelihatan serius banget.</span></span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHANlFJRMZYSQf5qNOO8gSeYx-kPZA7dAbO6JvFHuv_6fRVwDmQdR48gubzqZ0mmJUY4KURviIfEbWXfdYz7aixhlI4g1Cp9CVBQjRjRy7H5aMDwwsUmSuhj3OopAjjshf9MhEbnwvhZY/s1600/heidelberg2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1034" data-original-width="1600" height="412" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHANlFJRMZYSQf5qNOO8gSeYx-kPZA7dAbO6JvFHuv_6fRVwDmQdR48gubzqZ0mmJUY4KURviIfEbWXfdYz7aixhlI4g1Cp9CVBQjRjRy7H5aMDwwsUmSuhj3OopAjjshf9MhEbnwvhZY/s640/heidelberg2.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandangan penuh inspirasi dari Philosophenweg</td></tr>
</tbody></table>
<span style="color: black;"><span style="color: black;">Karena waktu itu saya lagi putus cinta, kayaknya Philosophenweg ini benar-benar tempat yang pas buat merenungkan nasib asmara saya yang pedih banget. Termenunglah saya sore itu, di bawah matahari senja yang indah, memandang Heidelberg dan sungai Neckar yang romantis, menganalisis kehidupan cinta saya yang berantakan. Ketika saya beranjak dari Philosophenweg sore itu, kesimpulan filosofis yang paling bijak sudah diambil: life goes on, saya cari lagi yang lebih ganteng dan baik hati dooooong!</span></span><br />
<span style="color: black;"><span style="color: black;"><br /></span></span>
<span style="color: black;"><span style="color: black;">Terimakasih Heidelberg atas inspirasinya!</span></span><br />
<br />
<span style="color: black;"><span style="color: black;">Update terbaru: ini kisah nyata loh, di tahun yang sama saya resmi tunangan dengan mas-mas ganteng yang sekarang jadi suami saya.</span></span><br />
<span style="color: black;"><br /></span>
<span style="color: black;"><br /></span>
<span style="color: black;"><br /></span>
<span style="color: black;"><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-27326298703762643812013-06-19T11:21:00.000+04:002018-01-05T17:01:18.662+04:00Schleswig-Holstein; Nyaris Tanpa Turis di Jerman Utara<i>Inilah jalan-jalan ke Jerman yang paling berkesan, soalnya diantar oleh Mama dan Papa S, pasangan yang sudah menghabiskan lebih dari 50 tahun hidupnya di daerah ini!</i><br />
<br />
<b>Schleswig-Holstein adalah negara bagian Jerman yang paling utara, berbatasan langsung dengan Denmark dan North Sea. Di sini tidak ada daerah yang benar-benar jadi tujuan wisata internasional, jadi kemana-mana kita bertemu dengan penduduk setempat maupun pengunjung lokal, bukan turis. Schleswig-Holstein sebagian besar terdiri dari dataran rata dengan padang rumput, ternak; benar-benar imajinasi klasik tentang pedesaan Eropa utara.</b><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh473Bu1S0bQircEOgNeLiph0PNEbC08MlQOS2C6-KsNfCSLGC479I9V6lnt1mVIGTQYYst1iSH8YFFUXcRVfrqHNYt3qG1u8u-9oxBnXnt8tUBC0Pm-Lju7QLTjmDn5LfKsJ43yLb9YDE/s1600/8747182651_a51d498662_z.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh473Bu1S0bQircEOgNeLiph0PNEbC08MlQOS2C6-KsNfCSLGC479I9V6lnt1mVIGTQYYst1iSH8YFFUXcRVfrqHNYt3qG1u8u-9oxBnXnt8tUBC0Pm-Lju7QLTjmDn5LfKsJ43yLb9YDE/s640/8747182651_a51d498662_z.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Friedrichstadt, "Little Amsterdam" -nya Schleswig-Holstein</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiVlfivY4e9dZUQsNyoctQi4KAP07Xm7iFD49CSCmiOPg1EAfguaTixfNsI-r9CAHl_zg_LZIj50AcBYIDMjCUVLHr0j4-4BB-8XwrUJ1Wnnko9eWd20HpHGO5NZH3JMQCWLOZJzyygbg/s1600/8747179015_89d22b8ba7_z.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiVlfivY4e9dZUQsNyoctQi4KAP07Xm7iFD49CSCmiOPg1EAfguaTixfNsI-r9CAHl_zg_LZIj50AcBYIDMjCUVLHr0j4-4BB-8XwrUJ1Wnnko9eWd20HpHGO5NZH3JMQCWLOZJzyygbg/s320/8747179015_89d22b8ba7_z.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bunga viola mulai mekar di kebun Mama S</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Pagi itu, Mama dan Papa S menyiapkan sarapan dengan roti, keju, madu rapeseed dan selai raspberry buatan sendiri. Kami mengobrol sambil memandangi kebun kecil mereka di belakang rumah yang mulai berbunga di awal musim semi. Papa S membuka oleh-oleh kerupuk udang dari saya yang sudah dia mimpi-mimpikan sejak lama, sambil bernostalgia saat pertama takjubnya beliau melihat kerupuk udang mekar di penggorengan (hahaha...) Udara masih dingin menggigit, dan Mama Papa S akan mengajak saya menyusuri pantai St. Peter-Ording, pantai yang menghadap North Sea. Saya mulai menggigil membayangkannya....</div>
<br />
Mama S pun meyetir mobil hybrid-nya, sementara Papa S sibuk memberikan arah dan siap dengan peta (maklum, generasi yang nggak percaya sama GPS). Kami melintasi padang-padang hijau yang luas, kadang bersemu kuning buga rapeseed, lumbung gandum, sapi, kambing, serta kuda yang merumput dengan tenang. Sepanjang mata memandang, selalu terlihat kincir angin (windmill) berbagai ukuran untuk membangkitkan tenaga listrik, juga sel tenaga surya besar-besar yang dipasang di atas kandang ternak atau lumbung. Jerman memiliki target untuk memenuhi 35% kebutuhan energinya dari energi terbarukan pada 2020: objektif yang sangat agresif sekaligus membuat saya kagum. Bayangkan kalau sel tenaga surya sebanyak ini dipasang di negara kita yang panas sepanjang tahun, nggak kayak Jerman yang mendung melulu. Kita pasti nggak terlalu bergantung pada minyak dan gas ya...<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhac5J2J-jyDU_Afk3U4_xyeDl3NbU2PlDQi8vtmPyAkkbw9YEN4WUJn4lvN5oSSKrTc4o5RrVWWR027-SInkKRMeQTQHC4VCL3x4-Rp9hlQNm_vmJJjpY6P2xH_J-Sq5XQnsOx8TaGqvI/s1600/8748305940_1abec8c882_c.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhac5J2J-jyDU_Afk3U4_xyeDl3NbU2PlDQi8vtmPyAkkbw9YEN4WUJn4lvN5oSSKrTc4o5RrVWWR027-SInkKRMeQTQHC4VCL3x4-Rp9hlQNm_vmJJjpY6P2xH_J-Sq5XQnsOx8TaGqvI/s400/8748305940_1abec8c882_c.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai St. Peter-Ording</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Dengan jaket tebal pinjaman Mama S, kami berjalan menyusuri pantai St.Peter-Ording yang berpasir putih dan bersih tak bercela, dengan latar belakang sand dunes serta hutan. Katanya sih, di musim panas, pantai ini penuh sesak dengan orang berjemur dan olahraga air. Bahkan di hari itu yang notabene dingin menggigit (sekitar 5 C) dan angin yang berhembus keras, ada beberapa orang yang wind-surfing di laut. Hebat!!! Saya cuma terbengong - bengong aja melihatnya, sambil merapatkan jaket pinjaman, brrrrr....</div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoFzdJvN5selfC6xIsc4RZoi_uLgpEp94DLBNcHwqEq_3Zldp3zeiP3F7ySBhnG-gsqu7WAxC9eMYdxn9PDUi1h9I5jW5-Qjkl2IJeck_HmGM989Ogu0jvCaV-nT49ZFGqQUIzmKNUNc4/s1600/8748304728_4297168301_z.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoFzdJvN5selfC6xIsc4RZoi_uLgpEp94DLBNcHwqEq_3Zldp3zeiP3F7ySBhnG-gsqu7WAxC9eMYdxn9PDUi1h9I5jW5-Qjkl2IJeck_HmGM989Ogu0jvCaV-nT49ZFGqQUIzmKNUNc4/s320/8748304728_4297168301_z.jpg" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Flood meter di Tönning;<br />
tahun 1962 sempat banjir 5.2 meter!<b><br /></b></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dari St. Peter-Ording, Mama dan Papa S mengajak saya mengunjungi berbagai kota kecil dan desa cantik di Schleswig-Holstein. Saya curiga, tempat-tempat ini ada sejarahnya dengan masa pacaran mereka., soalnya mereka kelihatan nostalgic banget. Ada <b>Tönning</b>, fishing village yang terletak di tepi sungai Eider dekat muaranya ke North Sea. Juga <b>Wesselburen</b>, kota kecil dengan rumah-rumah kunonya yang terpelihara, mengelilingi gereja yang berumur lebih dari 800 tahun di tengahnya. Kami juga menghabiskan banyak waktu mengelilingi <b>Friedrichstadt</b>, the "Little Amsterdam", karena sejarahnya yang dibangun oleh orang-orang Belanda yang terusir dari negaranya karena konflik agama. Kota kecil ini otomatis memiliki arsitektur yang bergaya Belanda, termasuk juga penduduknya yang sebagian besar keturunan Belanda. Dari situ kami melanjutkan ke <b>Storchendorf</b>- Bergenheusen, desa kecil di mana penduduknya sangat bangga dengan burung-burung bangau yang membangun sarang di atap rumah mereka. Malahan, ada beberapa menara yang sengaja dibangun supaya burung-burung bangau gampang membuat sarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHMESfgLcCNNOS8hJSJXGSapb2Ob4stGwed9jXzl6qsVEnp-avTl1drr516Rpjm8Vz4wbFOZGiS9JZPvuFKw-l3nGfiZKU6r-t_bT_EPRRq0IGnhs31t33cdS7CuhIvL1lHL_tTd-pNsQ/s1600/8748302402_77c9a82acb_z.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHMESfgLcCNNOS8hJSJXGSapb2Ob4stGwed9jXzl6qsVEnp-avTl1drr516Rpjm8Vz4wbFOZGiS9JZPvuFKw-l3nGfiZKU6r-t_bT_EPRRq0IGnhs31t33cdS7CuhIvL1lHL_tTd-pNsQ/s320/8748302402_77c9a82acb_z.jpg" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bangau di atap rumah- Storchendorf</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Malam itu kami makan di Kleiner-Heinrich restaurant, Glückstadt-- rumah makan favorit Mama Papa S. Benar-benar restaurant gaya tradisional, old-fashioned, yang cantik dan hangat. Saya yang sudah sejak pagi terus-terusan melihat sapi gemuk di padang rumput dan membayangkan enaknya makan daging sapi free-range, langsung memesan beef steak. Dan ternyata memang benar, enak sekali; beda banget rasanya dengan daging sapi ternakan. What a meal, and what a day! Terimakasih Mama Papa S, hug and kiss!<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-47050793015024083272013-06-03T19:48:00.001+04:002018-01-05T17:01:18.682+04:00Sehari di Hamburg, Kota Pelabuhan yang Cantik<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">
Hamburg adalah kota kedua terbesar di Jerman, terletak di tepi sungai Elbe dengan pelabuhannya yang kedua terbesar di Eropa. Walaupun awalnya bukan tujuan utama saya ke Jerman, tapi ternyata kotanya keren banget. Hamburg juga dipenuhi turis, bahkan kapal-kapal pesiar besar ternyata bersandar di sungai Elbe...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBtxb9td2Pt-SR4nU_QMN6pYyFCpQzkhQG3NB8AFu9EvXYRfCXWPFbV2fzGE4vj6ArBF53YHEefQfDyhtYcG8kmbsQ5bBiunndTpW2YB3RLLazy3OJeYvi1AjE4VkNgqN4Z8BZS6SzpLI/s1600/_DSC6657.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBtxb9td2Pt-SR4nU_QMN6pYyFCpQzkhQG3NB8AFu9EvXYRfCXWPFbV2fzGE4vj6ArBF53YHEefQfDyhtYcG8kmbsQ5bBiunndTpW2YB3RLLazy3OJeYvi1AjE4VkNgqN4Z8BZS6SzpLI/s400/_DSC6657.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Binnenalster, danau di tengah Hamburg</td></tr>
</tbody></table>
Pagi itu, matahari musim semi bersinar sangat cerah. Semua orang di Hamburg kelihatannya super excited, setelah melalui musim dingin dan musim semi yang kelabu. Hari kami mulai dengan berjalan-jalan di <b>Hamburg Botanical Garden</b>, taman seluas 25 hektar yang dipelihara oleh Hamburg University. Taman yang sangat indah dan bersih ini terdiri dari beberapa bagian yang semuanya cantik-cantik. Salahsatunya adalah taman Jepang, yang saat itu dipenuhi oleh bunga-bunga sakura yang bermekaran . Romantis banget...<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsNHn0DxjLHIH5jLuQTuuLEJlp9ppLfOJDN8TkRDGpkOkRi8TXcTFID54_eQLN7kpT-26Cizk6KHSiZ1X19FBTdLgPYXBAsNxc1y_MVbgJAeJLHs8UZJgtA9pTipyyjQhYmXX2JR3ER2U/s1600/_DSC6637.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsNHn0DxjLHIH5jLuQTuuLEJlp9ppLfOJDN8TkRDGpkOkRi8TXcTFID54_eQLN7kpT-26Cizk6KHSiZ1X19FBTdLgPYXBAsNxc1y_MVbgJAeJLHs8UZJgtA9pTipyyjQhYmXX2JR3ER2U/s200/_DSC6637.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bike 30 minutes for free!</td></tr>
</tbody></table>
Selanjutnya, karena cuma punya beberapa jam saja di Hamburg, kami memutuskan untuk berkeliling dengan sepeda. Seperti kota besar Jerman yang lain, Hamburg punya penyewaan sepeda umum di mana-mana. Lebih asyiknya, khusus di Hamburg, penyewaan 30 menit pertama gratis! Untuk menyewa sepeda ini, kita harus punya nomor telepon lokal serta smartphone; semua proses penyewaan dilakukan online. Nice!!<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiuF7y_KY-HaXFbDUpx5ZdQz9Z0G4_ls_02RakBR0AkNgerOazsXgxseqfZuilSfxqdBsGoViNq3EGwu2hmZn8wiA-W-DvCLlEKJd939kxQxThxa2v3REsTrnxujrgIBX_A1UTnrHrrWs/s1600/_DSC6645.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiuF7y_KY-HaXFbDUpx5ZdQz9Z0G4_ls_02RakBR0AkNgerOazsXgxseqfZuilSfxqdBsGoViNq3EGwu2hmZn8wiA-W-DvCLlEKJd939kxQxThxa2v3REsTrnxujrgIBX_A1UTnrHrrWs/s320/_DSC6645.JPG" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hamburg Rathaus</td></tr>
</tbody></table>
Kami bersepeda menuju <b>Rathaus</b> (balai kota), kantor walikota dan pemerintah Hamburg yang dibangun tahun 1897. Kami lalu melanjutkan bersepeda ke <b>Binnenalster</b>, danau buatan di tengah kota Hamburg yang dulunya adalah sungai Alster yang dibendung. Danaunya sangat bersih dan cantik, membuat suasana kota menjadi sangat indah. Setelah duduk-duduk menikmati suasana, kami lanjutkan bersepeda ke <b>St.Michaelis Church</b>, gereja paling terkenal di Hamburg yang dibangun di tahun 1786. Di St.Michaelis, kita bisa naik ke towernya yang setinggi 132 m dan menikmati landscape Hamburg in a bird-eye-view. <br />
<br />
Dari situ, kami menuju <b>Hafen City</b>, daerah pelabuhan tua di tepi sungai Elbeyang kini dipugar kembali. Kami melewati Speicherstadt, warehouse district terbesar di dunia dari abad ke-19 yang dibangun di atas fondasi kayu, lalu menuju <b>Elbphilharmonie</b>, salah satu gedung konser kontemporer tercanggih di dunia yang dibuka awal tahun 2017 lalu.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixuJFJ8vYd_4Fn9ZVaXyZuqgYiK_lCmCWx4eBN5fQT0LI8-6vKdSB75TxXwcxxgVqX0Tmwq7pYJDmP0JlcxeRJm7a5s1Tv5Le2I_8oM1n0KG8vqJf6qIrfw2wNvBiKZhg2CIwmsWCFZQU/s1600/_DSC6678.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixuJFJ8vYd_4Fn9ZVaXyZuqgYiK_lCmCWx4eBN5fQT0LI8-6vKdSB75TxXwcxxgVqX0Tmwq7pYJDmP0JlcxeRJm7a5s1Tv5Le2I_8oM1n0KG8vqJf6qIrfw2wNvBiKZhg2CIwmsWCFZQU/s320/_DSC6678.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hamburg dari St.Michaelis church tower</td></tr>
</tbody></table>
Dari Hafen City, kami menuju <b>Port of Hamburg</b>. Pelabuhan ini umurnya hampir sama dengan umur kota Hamburg sendiri, lebih dari 8 abad! Sejak dulu, Port of Hamburg menjadi jantung kehidupan dan perkembangan Hamburg, jadi benar-benar wajib dikunjungi.<br />
<br />
Walaupun Port of Hamburg adalah pelabuhan yang sangat sibuk, dengan lebih dari 9 juta kontainer diproses per tahun, tapi bersih dan rapi banget, malah sangat romantis! ("agak" beda dengan Tanjung Priok ya...). Penduduk Hamburg sangat mencintai daerah ini, bahkan sebagian besar milyuner Hamburg memilih rumah di daerah ini karena pemandangan sungai Elbe yang indah dan hawanya yang bersih.<br />
<br />
Sore itu kami habiskan menyusuri sungai Elbe dengan ferry, sepanjang Port of Hamburg. Bukan hanya dihiasi dengan bangunan tua yang cantik, namun juga karena sangat bersih, pelabuhan ini benar-benar sangat menawan. Bye bye Hamburg, cuma sehari tapi lumayan mengesankan!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheVRCFdpOLaRV1ts-M3_crPR7i5tAkvJx3hCuzYr83TFezRU42f4phifvOToymDijd9wC54s0ArPS98ffpTDcuBgjnpl5UO01ekGyifb0OgV47j5MQmca-HVHu0_Lln9KrK8hyiletHAw/s1600/_DSC6692.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheVRCFdpOLaRV1ts-M3_crPR7i5tAkvJx3hCuzYr83TFezRU42f4phifvOToymDijd9wC54s0ArPS98ffpTDcuBgjnpl5UO01ekGyifb0OgV47j5MQmca-HVHu0_Lln9KrK8hyiletHAw/s400/_DSC6692.JPG" width="400" /></a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-34691677538857721762013-05-11T21:50:00.003+04:002018-01-12T14:04:02.925+04:00Berlin: Tembok, Museum, dan Dugem<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Berlin, ibukota Jerman, terkenal sebagai kota yang terbuka, toleran, dan begitu kaya sejarah. Tahun 1989, sejarah mencatat revolusi yang sangat simbolik terjadi di sini: runtuhnya tembok Berlin. Tapi selain itu, Berlin juga terkenal sebagai kotanya para party-goers; konon katanya kota paling hedonis di Eropa!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah cuaca, saya memang selalu beruntung. Matahari bersinar cerah waktu saya tiba di Berlin, sehingga udara musim semi tidak terlalu dingin menggigit ("<i>You, lucky pig!</i>" kata teman jerman saya dengan panggilan berlin yang sangat bersahabat).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXHZCPwL9Ss4WDi0wjf4Q3O-EzvAr_AaOUCkF9rYZGB2lnrcY5-mDwQxfrGTWqNqEVnAKy1SlPOrzJq4D368fXzynYEaoUVL1OLSdQhVis293WMJfD3xYUofX5k8RY45j-w6z1p9bNZts/s1600/_DSC6814.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1061" data-original-width="1600" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXHZCPwL9Ss4WDi0wjf4Q3O-EzvAr_AaOUCkF9rYZGB2lnrcY5-mDwQxfrGTWqNqEVnAKy1SlPOrzJq4D368fXzynYEaoUVL1OLSdQhVis293WMJfD3xYUofX5k8RY45j-w6z1p9bNZts/s640/_DSC6814.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Katedral Berlin, dilihat dari Lustgarten </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kesan pertama, lalu lintas di Berlin benar-benar jauh berbeda dengan ibukota tercinta kita, Jakarta. Walaupun jalannya sempit-sempit, tapi lancar. Mobil di jalanan sedikit sekali*. Pastinya lah, karena transportasi umum nya bagus sekali, sehingga orang malas nyetir sendiri. Makanya, cewek-cewek di sini jarang sekali yang pakai high heels. Hampir semuanya pakai sepatu yang enak dipakai jalan, jadi mereka bisa luwes naik turun kereta atau bis. Walaupun katanya orang Jerman dandanannya wagu, tapi menurut saya para cewek di Berlin tuh so effortlessly stylish loh. Selain itu, banyak sekali yang memilih bersepeda. Nggak peduli pakai jas
atau anak punk, mereka nggak malu-malu naik sepeda. Seperti kota besar
Eropa lainnya, Berlin punya sistim penyewaan sepeda online yang tersedia
hampir di setiap pojok jalan pusat kota. So cool!</div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><br /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgogtJWucS9_k8a5gifjqmY-2PXxyEJyBBKSevzb4yOkocRLZjOZgauzQ0JHYxQLe0bf8hWFG8kVNmeUjKEe8FkA9uUVnHUPmc6gj2FeDXnUpWaYTXmIpBqOipr5awEFaRr6SNM4ujAG_c/s1600/_DSC6716.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgogtJWucS9_k8a5gifjqmY-2PXxyEJyBBKSevzb4yOkocRLZjOZgauzQ0JHYxQLe0bf8hWFG8kVNmeUjKEe8FkA9uUVnHUPmc6gj2FeDXnUpWaYTXmIpBqOipr5awEFaRr6SNM4ujAG_c/s400/_DSC6716.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ishtar Gate di Pergamon Museum </td></tr>
</tbody></table>
Seperti biasa, I'm a sucker for museums.<br />
Pas banget karena Berlin punya sebuah kompleks museum yang disebut <b>Museumsinsel</b> (museum island/ pulau museum), yang termasuk sebagai UNESCO World Heritage Site. Yang cinta sejarah dan nggak gampang ngantuk di museum, untuk mengunjungi museum-museum di sini sambil menghayati, kayaknya butuh 2-3 hari...<br />
Oh iya, saya sarankan untuk membeli 'Berlin Pass' yang berlaku 1,2, atau 3 hari, untuk bisa mengunjungi semua museum di Museumsinsel gratis, free public transport dalam region Berlin, plus diskon untuk tempat menarik lainnya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Museumsinsel ini di antaranya terdiri dari <b>Pergamon Museum</b>, yang salah satu koleksi bintangnya adalah Ishtar Gate, yang dibangun raja Nebukadnezar dari Babilonia pada tahun 575 SM. Lantai kedua Pergamon Museum didedikasikan untuk Islamic Art, dengan koleksi karya seni dari abad ke 8 hingga ke 19 M.</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya ada <b>Altes Museum</b>, yang koleksinya terutama berasal dari masa Romawi, Yunani, dan <br />
Cyprus. Koleksi paling menarik di sini, menurut saya adalah hasil galian kota Troya oleh Heinrich Schlieman, termasuk beberapa perhiasan emas yang spektakuler. Lumayan kontroversial, karena belum ada yang 100% yakin kalau kota kuno yang digali oleh Schlieman ini benar-benar kota yang dimaksud oleh pengarang Homer dalam legenda Troya yang terkenal itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMGFhnpCSyj7NrqdXytboPNbB20l4BP4Na70Qs3p8MW15Rp84eHx6Kj9TPP2Il3C7VlNpxHI8WSplBiaMtE1Pa_Q5UlM-h2Hprd1eoCYrxdAjIowd1YpiV3WYWAvHzYVn6hZxICh0Ngy4/s1600/_DSC6817.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMGFhnpCSyj7NrqdXytboPNbB20l4BP4Na70Qs3p8MW15Rp84eHx6Kj9TPP2Il3C7VlNpxHI8WSplBiaMtE1Pa_Q5UlM-h2Hprd1eoCYrxdAjIowd1YpiV3WYWAvHzYVn6hZxICh0Ngy4/s400/_DSC6817.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Altes Museum, Berlin</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Lalu ada <b>Neues Museum</b>, dengan koleksinya yang sangat terkenal, yaitu patung ratu Nefertiti dari Mesir. Patung berumur lebih dari 2800 tahun tersebut terlihat sangat realistik, cantik dan anggun sekali. Selain itu, Neues Museum juga mengkoleksi peninggalan kuno dari Mesir lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Nah, sekarang mungkin semua heran- kok bisa semua peninggalan luar bisa berharga dan kuno dari negara lain ini berakhir di Jerman? Jawabannya: passion, dedikasi, kekuasaan, dan uang! Pertanyaan selanjutnya: ngapain juga ke Berlin tapi melihat peninggalan bangsa lain?</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, untuk memahami sejarah bangsa Jerman, sebelum melihat monumen lain di Berlin, wajiblah mengunjungi <b>German Historical Museum</b> yang cuma sengesotan dari Museumsinsel. Di sini kita bisa melihat sejarah Jerman, mulai dari zaman prasejarah, kekaisaran, hingga terbentuknya republik, masa di bawah Nazi, terbaginya menjadi Jerman Barat dan Timur, hingga kini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semua museum di atas sangat teratur dan ditata sangat runut (german style!). Kita juga bisa menggunakan audio guide tanpa biaya tambahan (kecuali di German Historical Museum, ekstra 3 Euro), sehingga sejarah dari koleksi tersebut sangat jelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGo4h2hiKi1VW8vdWJ43mzClsKnINCE_Ya0ceZ5HtETFjr8atdaqtC3XNd9nZuq-FTN9WESB1wCw2zA-CYGDsx7WsXYxylqUwXlr9Nr4QQVh03lgUInk1UIVuGahMipnkXaW0lAK8rCSg/s1600/_DSC6824.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGo4h2hiKi1VW8vdWJ43mzClsKnINCE_Ya0ceZ5HtETFjr8atdaqtC3XNd9nZuq-FTN9WESB1wCw2zA-CYGDsx7WsXYxylqUwXlr9Nr4QQVh03lgUInk1UIVuGahMipnkXaW0lAK8rCSg/s400/_DSC6824.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bradenburg Gate: dipenuhi turis dan entertainer jalanan</td></tr>
</tbody></table>
Gempor menyusuri museum, dekat dengan German Historical Museum, kita bisa leyeh-leyeh sejenak di cafetaria nya Humboldt University yang murah meriah, menikmati organic & fair trade coffee/ tea. Gaya kan...</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dari situ, saya lanjut menyusuri <b>avenue Unter den Linden </b>yang dipenuhi tempat bersejarah, di antaranya <b>Bebelplatz</b> (tempat Nazi membakar buku-buku yang tidak disetujui rezimnya), <b>Berlin State Opera</b>, dan <b>Hotel Adlon</b> (dari dulu sudah terkenal tempat menginapnya para raja, semakin terkenal setelah Michael Jackson mengayun bayinya dari jendela untuk pamer). Di ujung Unter den Linden, ada <b>Bradenburg Tor </b>(Bardenburg gate). Dulu saat Jerman masih terpecah, Bradenburg Gate yang menghubungkan Berlin Barat dengan Berlin Timur ini ditutup. Saat tembok Berlin diruntuhkan, ribuan orang tumpah ruah merayakan di sini, dan sekarang menjadi simbol perdamaian serta persatuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXv544WYI7gc2TKPlh5A0FMmOBGwNm_o-cDV1yxzNfIiEPiaia-vZUAEgTjPhO_XbrLyRSQDbFmZINpGXrLhpF70ktHlHcUWsiOYkgWNflWfozfcNnevP3qDM0kAptrkDThyaqM21GALY/s1600/_DSC6776.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXv544WYI7gc2TKPlh5A0FMmOBGwNm_o-cDV1yxzNfIiEPiaia-vZUAEgTjPhO_XbrLyRSQDbFmZINpGXrLhpF70ktHlHcUWsiOYkgWNflWfozfcNnevP3qDM0kAptrkDThyaqM21GALY/s320/_DSC6776.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">The Holocaust Memorial yang bentuknya kotak-kotak </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Masih bisa ditempuh dengan jalan kaki, dekat dengan Bradenburg Tor adalah <b>Holocaust-Mahnmal</b><i> </i>(holocaust memorial)<i>, </i>monumen kubisme untuk menghormati para korban holocaust, juga <b>Reichstag</b>, gedung Parlemen German dengan cupola gelasnya yang spektakuler. Dari situ kita bisa bersepeda ke <b>Check Point Charlie</b>, gardu militer perbatasan sektor Amerika pasca perang Dunia II, serta <b>The Wall Museum</b>, di mana kita bisa melihat sebagian tembok Berlin yang masih dibiarkan utuh sebagai monumen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijDYkRQ7EEXD_SSCMmyeojibi9TbRQwJ2ybTid3elzZVUCq7vp69c5zdYE-k6nycwR06dxCOjdX0y8J3lZVyfvJCDuSeqfFe8ZG9urm_AzReFjEBvrAEl6dzWmqLFAQ9m1Wi2GWEERzLk/s1600/_DSC6838.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1060" data-original-width="1600" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijDYkRQ7EEXD_SSCMmyeojibi9TbRQwJ2ybTid3elzZVUCq7vp69c5zdYE-k6nycwR06dxCOjdX0y8J3lZVyfvJCDuSeqfFe8ZG9urm_AzReFjEBvrAEl6dzWmqLFAQ9m1Wi2GWEERzLk/s320/_DSC6838.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bagian tembok Berlin yang dijadikan monumen</td></tr>
</tbody></table>
Teman saya juga bercerita, waktu masa kecil, saat Tembok Berlin runtuh, mereka ramai-ramai menjual puingnya kepada turis. Saking larisnya, puing itu cepat habis dan mereka pun menjual puing tembok sembarangan kepada turis. Hahahaha.... german scam!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengkonfirmasi reputasi Berlin sebagai kota paling hedonis di Eropa, saya agak kesulitan. Maklum, setelah seharian jalan, malamnya capek juga. Rencana untuk gaul ke <b>Berghain</b>, club techno super terkenal di Berlin dengan door policy yang ajib, juga nggak kesampaian karena semuanya kecapekan. Tapi lumayan juga, kami sempat mampir ke sebuah jazz club terkenal, <b>Quasimodo</b>. Crowd di Berlin sangat casual dan nyantai, semua orang sangat toleran dan cool...!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP4DWZ6qdaeehFhbaT6wLICepZggizkbHoP_8K0YVNU_TxPvxhtO3wkD2vJnIQCLSXdurm7fj8QKglt-1jf2iWX9RcD5awtKNQAoS9Hr6MtEfO9lIZ7QUBC2R_W87z3Y_gaepr5HKVOGc/s1600/_DSC6823.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP4DWZ6qdaeehFhbaT6wLICepZggizkbHoP_8K0YVNU_TxPvxhtO3wkD2vJnIQCLSXdurm7fj8QKglt-1jf2iWX9RcD5awtKNQAoS9Hr6MtEfO9lIZ7QUBC2R_W87z3Y_gaepr5HKVOGc/s320/_DSC6823.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Demonstrasi cinta rumput di Unter den Linden</td></tr>
</tbody></table>
Sebelum meninggalkan Berlin, sore itu saya bersepeda ke sebuah taman (yang banyak sekali bertebaran di Berlin) untuk sunbathing. Gaya banget kan, sok bule. Ternyata kalau hawa pas dingin, berjemur di bawah matahari itu memang enak banget! Jadilah saya dan teman-teman bergabung sunbathing dengan Berliners lainnya, dengan gayanya masing-masing (termasuk beberapa gay couples dan yang berjemur topless).</div>
<div style="text-align: justify;">
This is Berlin, everyone is welcome! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
* dengan area 20% lebih luas, penduduk Berlin cuma 3.5 juta vs Jakarta 10 juta lebih. Jadi wajar nggak ya kalau Jakarta macet, apalagi tanpa ada public transport yang memadai? Salah siapa? *sigh*</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-26661254098548075582012-12-29T17:34:00.000+04:002018-01-05T17:01:18.652+04:00Alhambra, Istana Negeri Dongeng di Andalusia<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<b><i>"... Alhambra, rumah para pecinta kedamaian dan juga para kesatria;...</i></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><i>Katakanlah, sebuah benteng, dan juga sebuah rumah yang penuh kebahagiaan</i></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><i>Sebuah istana yang kemegahannya dibagikan</i></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><i>di antara langit-langit, lantai, dan keempat dindingnya;"</i></b></div>
<b></b><br />
<div style="text-align: center;">
<i>(petikan puisi yang tertulis di salah satu dinding Alhambra)</i><b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpwacLysUU8cJauu_W0-oOnwLnCUrgS4rS_x3GSTJldD21IXYVKsK3AVWTvQKQPhbbXRe8pj2jEJjJ1yLCc48FmeINeY1vzpPgnjBM8zq-A_uX6jn-9yV0AzJ2vpw5ygkv1DnlaSnhKPs/s1600/alhambra1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="593" data-original-width="960" height="394" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpwacLysUU8cJauu_W0-oOnwLnCUrgS4rS_x3GSTJldD21IXYVKsK3AVWTvQKQPhbbXRe8pj2jEJjJ1yLCc48FmeINeY1vzpPgnjBM8zq-A_uX6jn-9yV0AzJ2vpw5ygkv1DnlaSnhKPs/s640/alhambra1.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Patio de la Acequia, Generalife</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Keindahan istana Alhambra di Granada, Andalusia, Spanyol, telah menginspirasi para penyair, sastrawan, dan artis, selama berabad-abad. "Mutiara yang tersusun di atas emerald", demikian para penyair Moor menggambarkan keindahan istana yang terletak di atas perbukitan yang hijau ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah memimpikan tempat ini sejak lama, akhirnya kesampaian juga saya mengunjungi Granada pada musim gugur ini...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengunjungi Alhambra, kurang berkesan jika kita tidak tahu sedikit sejarahnya. Istana ini dibangun pada abad ke-14 oleh dinasti Nasrid, pada periode terakhir Islam di Semenanjung Iberia. Saat itu Cordoba sudah ditaklukkan Spanyol, dan Granada adalah satu-satunya kota di Andalusia yang masih dikuasai dinasti Islam. Pada akhir abad ke 15, Sultan Muhammad XII menyerahkan Granada pada Spanyol, setelah melalui berbagai perang yang panjang, baik dengan Spanyol maupun perebutan kekuasaan melawan ayahnya sendiri. Ia lalu mengasingkan diri ke Maroko. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiORe1v4mUktVpUaSVOektez4_hLk6LqVDebbkLYAlpKx4ItMz7z5B7SAiuc4Bx7bGEyi9qZH7Zk2cGaq2q2uNe8Id50MmTyX8n2C_xeh16oZ5ebM40FOI8NbRSAknH-49A7DpiaUGDOwc/s1600/alhambra5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="621" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiORe1v4mUktVpUaSVOektez4_hLk6LqVDebbkLYAlpKx4ItMz7z5B7SAiuc4Bx7bGEyi9qZH7Zk2cGaq2q2uNe8Id50MmTyX8n2C_xeh16oZ5ebM40FOI8NbRSAknH-49A7DpiaUGDOwc/s400/alhambra5.jpg" width="257" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hall of the Kings, Istana Nasrid</td></tr>
</tbody></table>
Meskipun melewati sejarah yang berliku mulai dari kemakmuran, kejayaan, hingga diakhiri kekalahan yang pahit, namun keindahan Alhambra tidak pudar dikagumi siapapun penguasanya. Beberapa saat setelah gempa bumi merusak Alhambra cukup parah pada tahun 1821, raja Spanyol Ferdinand VII memerintahkan arsitek José Contreras untuk memerbaiki dan memugar Alhambra. Nggak main-main, si arsitek berkutat dengan teliti di proyek ini sampai ia meninggal, dan anak sampai cucunya (yang juga arsitek) melanjutkan perbaikan Alhambra ini hingga tiga generasi!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengunjungi Alhambra, benar-benar diperlukan seharian penuh dengan stamina prima. Maklum, istana berikut taman yang mengitarinya, luasnya 142,000 meter persegi. Lokasinya di atas bukit, jadi untuk mencapai Alhambra dari pusat Granada, harus berjalan sekitar 1 km. Tanjakannya lumayan, tapi pemandangannya indah banget. Naik bis atau taksi juga bisa, buat yang males jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Oh iya, tiket Alhambra hanya dijual dengan jumlah terbatas dan sebagian hanya untuk jam-jam tertentu. Oleh karena itu, saya sarankan beli tiketnya online dan baca info jam bukanya baik-baik sebelum mengunjungi, di sini: <a href="http://www.alhambradegranada.org/">www.alhambradegranada.org</a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Alhambra terdiri dari beberapa bagian, namun bagian yang tercantik dan paling utama dikunjungi <b>Istana Nasrid</b>, yaitu istana asli pada masa dinasti Islam sebelum penguasa selanjutnya menambahkan bangunan lain. Bagian tercantik berikutnya adalah istana musim panas <b>Generalife</b>, dari nama arab <i>Jennat al-Arif</i>, "istana sang arsitek", beserta taman-taman yang mengitarinya. Konon nama <i>al-Arif</i>, atau "sang arsitek" ini merujuk kepada Tuhan, arsitek alam semesta.</div>
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoxOl6-qBulX587newQfybaHJFKr8LOdd147iDboNK8NDTUaz971di7cj3JLmhSN-6205qeLj6vpW50fgkwdxIBJ549Zk0hrobPS_IvNMjAsQKaf9Cr_lfjPiXoVFdHB03UvSqAT_VPi4/s1600/alhambra2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="636" data-original-width="960" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoxOl6-qBulX587newQfybaHJFKr8LOdd147iDboNK8NDTUaz971di7cj3JLmhSN-6205qeLj6vpW50fgkwdxIBJ549Zk0hrobPS_IvNMjAsQKaf9Cr_lfjPiXoVFdHB03UvSqAT_VPi4/s400/alhambra2.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Detail dekorasi di Palace of the Lions, Alhambra</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Bangunan dengan arsitektur nasrid yang menakjubkan ini didesain dengan prinsip bahwa setiap detail, seberapapun kecilnya, harus dipenuhi dengan dekorasi. Alhasil, ke manapun kita melihat, setiap sudut dipenuhi dengan detail dekorasi yang sangat indah. Tipe dekorasi yang terbanyak digunakan adalah motif floral bertautan, motif, serta kaligrafi. Kalimat-kalimat di dinding Alhambra diambil dari ayat-ayat kitab suci Al-Quran maupun puisi karya sastrawan pada masa itu, termasuk Ibn Zamrak. Ada sekitar 10,000 tulisan di dinding-dinding Alhambra. Sehingga, setiap melangkah, kita seakan membuka lembaran sebuah buku.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Selesai mengunjungi Alhambra, jangan lupa sisihkan tenaga untuk berjalan ke <b>Mirador de San Nicolas</b>. Melintasi kota tua Granada (Albaicin) dengan jalannya yang sempit, menanjak dan berbatu, di sinilah kita bisa melihat pemandangan mengagumkan saat matahari terbenam menerangi Alhambra, dengan pegunungan Sierra Nevada di latarnya. Spektakuler! </div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut saya, inilah salah satu tempat terindah yang pernah saya kunjungi. Diam-diam saya teringat kata-kata Alexander Dumas, <i>"Aku mulai bertanya-tanya, apakah ada hal yang lebih membahagiakan dalam hidup dibanding dengan mengunjungi Granada? Mungkin ada, yaitu kembali mengunjunginya lagi." </i></div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgREh59_iJ58wYmX8u36D-ipzrco7FMnr5UYGdnVM6q97k8rFdBhyiLMGt8jZDZ8lgxRLcUPNA2q06Ny5_mufCOX4V66nC03N95Ex-qFJuEI9-gPGaXjx42vp39TvIl9vuxymik7nV5FF0/s1600/alhambra3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="633" data-original-width="960" height="422" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgREh59_iJ58wYmX8u36D-ipzrco7FMnr5UYGdnVM6q97k8rFdBhyiLMGt8jZDZ8lgxRLcUPNA2q06Ny5_mufCOX4V66nC03N95Ex-qFJuEI9-gPGaXjx42vp39TvIl9vuxymik7nV5FF0/s640/alhambra3.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Alhambra dilihat dari Mirador de San Nicolas</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Catatan akhir, rada pahit:</b> sebenarnya, setelah Granada saya berencana mengunjungi Sevilla. Tapi apa daya, karena passport saya dicopet, terpaksa saya harus membelokkan tujuan ke Madrid untuk mendapat surat jalan pengganti passport di kedutaan Indonesia. Untunglah dompet uang saya utuh, karena memang nggak saya bawa jalan-jalan. Kebetulan passport saya bawa jalan, sebagai bukti identitas untuk mengambil tiket pesanan. Bungkus passport-nya memang rada cakep, dari kulit, merk LV pula...belinya aja di Tanah Abang! Apes deh.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-11713886624371497682012-12-25T20:00:00.000+04:002018-01-05T17:01:18.639+04:00Spanyol: Cordoba, Mengenang Peradaban Muslim di AndalusiaDi Spanyol selatan, pada abad ke-8 Masehi, Cordoba adalah ibukota kekhalifahan Al-Andalus. Kota ini selanjutnya berkembang menjadi salah satu kota terbesar dunia masa itu dengan kebudayaan, politik, dan ekonomi yang sangat maju. Ilmu kedokteran, matematika, astronomi, dan botani berkembang melampaui negara-negara lainnya di Eropa. Tiga agama (islam, kristen, dan yahudi) hidup saling berdampingan dan terlibat dalam pemerintahan. <br />
<br />
Meskipun selanjutnya Cordoba mengalami kemunduran dan akhirnya ditaklukkan oleh raja Spanyol Ferdinand III pada masa reconquista pada abad ke 13, namun peninggalan peradaban Islam di Cordoba hampir semuanya utuh. Di sinilah saya ingin mengenang, sekaligus belajar, dari sejarah kota yang indah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX_p6oqePbXYlLlUm8nLCN13JIhUK_AKyyvqrTKpKh7mOWGnMsHmF0YD60FwpcHOjdk_mfmjy9GfpZMyxuVGuvOaYNSK5UMvmzPxxoGlcBhZr1gpH9TIoIRNh2FVBCCXXZFlJXgHOtXDg/s1600/cordoba1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="636" data-original-width="960" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX_p6oqePbXYlLlUm8nLCN13JIhUK_AKyyvqrTKpKh7mOWGnMsHmF0YD60FwpcHOjdk_mfmjy9GfpZMyxuVGuvOaYNSK5UMvmzPxxoGlcBhZr1gpH9TIoIRNh2FVBCCXXZFlJXgHOtXDg/s640/cordoba1.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di musim gugur yang dingin di Cordoba, saya memasuki halaman <b>La Mezquita</b> yang dihiasi pohon jeruk yang tengah berbuah dengan lebatnya. Bangunan yang menjadi simbol Cordoba ini, memiliki cerita yang sangat dramatik. Konon tempat ini awalnya adalah kuil penyembahan dewa Janus yang kemudian diubah menjadi gereja, lalu dibeli dan dibangun kembali oleh khalifah Abd Al-Rahman I pada abad ke-8. Saat itu La Mezquita disebut Masjid Agung Cordoba. Bangunan indah ini dikagumi oleh seluruh penduduk Andalus dan selama tiga abad menjadi jantung kota Cordoba. Setelah <i>reconquista </i><i> </i>(pengusiran seluruh muslim dan yahudi dari Spanyol), Ferdinand III mengubah tempat ini menjadi katedral.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBGvXng1jtRWQ9OeSMk83B2x_P93MDdP5NQN6Z2jWu7PoHS7Vj6jrghig1Gr3O8_EnzdpwPNopfN7D6e7qjCxkpjtAi2st-tEllzVR13gjtY19EJm2etSv3_KXDTyncdANcG8LaV94aSg/s1600/cordoba2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="564" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBGvXng1jtRWQ9OeSMk83B2x_P93MDdP5NQN6Z2jWu7PoHS7Vj6jrghig1Gr3O8_EnzdpwPNopfN7D6e7qjCxkpjtAi2st-tEllzVR13gjtY19EJm2etSv3_KXDTyncdANcG8LaV94aSg/s400/cordoba2.jpg" width="235" /></a>Karena saya datang pagi sekali, La Mezquita masih sunyi dari pengunjung, sehingga menambah kesyahduan tempat ini. Disinari cahaya pagi dan lampu yang remang, terlihatlah bagian dalam La Mezquita yang dihiasi ratusan pilar (lebih dari 850 buah) dari jasper, onyx, marmer, serta granit. Pilar-pilar ini memiliki lengkungan ganda di bagian atasnya, berwarna merah dan putih. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagian tercantik La Mezquita, menurut banyak orang, adalah mihrab yang dihiasi mozaik, ukiran detail, motif floral serta kaligrafi ayat-ayat suci bewarna emas. Namun tidak kalah menakjubkan adalah kubah yang persis berada di depan mihrab, dihiasi oleh motif geometrik yang sangat indah. Interior unik ini menunjukkan pengaruh campuran berbagai kebudayaan yang menghasilkan gaya khas arsitektur Islam. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tapi mungkin, hal yang menjadikan La Mezquita sangat unik adalah bagian tengahnya yang berupa sebuah katedral cantik bergaya renaissance. Bagian ini terlihat sangat kontras karena gaya arsitekturnya sangat berbeda, di tengah bangunan seluas 24,000 meter persegi dengan arsitektur bergaya timur tengah! Kok bisa? Beginilah ceritanya...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak Cordoba jatuh ke tangan Ferdinand III pada tahun 1263, La Mezquita dialihgunakan menjadi katedral. Namun, arsitektur La Mezquita sendiri tidak banyak diubah, karena tetap diakui keindahan dan nilai arsitekturnya yang luar biasa. Barulah pada abad ke-16, Bishop Alonso Manrique de Lara mendapat restu dari Charles V, Kaisar Roma saat itu, untuk membangun katedral baru di tengah La Mezquita dengan merusak bagian aslinya. Konon pada saat itu, bahkan penduduk setempat pun menentang dan mengadu pada sang Kaisar untuk berubah pikiran dan menghentikannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Katedral baru tersebut tentulah sangat indah. Namun setelah melihat hasilnya, Charles V sangat kecewa dan berkata: "Seandainya aku tahu, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh bagian kuno ini. Engkau telah membangun apa yang bisa dilakukan di tempat lain; tapi telah merusak hal yang sangat unik di dunia ini!"</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG_48ec5B9KX7Y7aid_YoiGqv-Bps3IHUjFGir7BPY6hQlUCoRvxH24IJAykxkuQheVVyHP-uR8cjFQmOqo33TUOOY0ko25nMCsNZykXnLeBg59Wb3qOIVu3kF4sk4obIGthR8YprmEik/s1600/cordoba4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="636" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG_48ec5B9KX7Y7aid_YoiGqv-Bps3IHUjFGir7BPY6hQlUCoRvxH24IJAykxkuQheVVyHP-uR8cjFQmOqo33TUOOY0ko25nMCsNZykXnLeBg59Wb3qOIVu3kF4sk4obIGthR8YprmEik/s320/cordoba4.jpg" width="212" /></a></div>
Selain La Mezquita, masih ada beberapa tempat bersejarah lain yang wajib dikunjungi di Cordoba, salah satunya <b>Alcázar de los Reyes Cristianos</b>. Berasal dari kata arab <i>al-qasr</i>, alcazar kurang lebih artinya istana atau puri. Alcázar ini dulunya adalah salah satu tempat tinggal utama Isabella I dari Castille, ratu yang menyelesaikan reconquista sekaligus mendanai pelayaran Colombus. Dari sini pulalah Isabella dan suaminya, raja Ferdinand, melancarkan serangan ke Granada, dinasti Moor terakhir yang tersisa di Peninsula Iberia saat itu.<br />
<br />
Sore itu saya menikmati pemandangan La Mezquita dari jembatan romawi yang melintasi sungai Guadalquivir yang tenang, sambil mengenang sejarah Cordoba yang tidak setenang aliran sungai senja itu. Esok harinya, saya akan menuju ke tujuan utama saya di Spanyol: Granada.<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN-f-MbaU9au2k7-JpY6r6wytWW0dQdB-9PJpWH1jSSqpwE7UOd_bGFGEGaOXv99cbbUOyVQgojBc-RLVhBdu7rC3byBRgMyXXN1kzMiSzFgUIAwUxmpry11yEuioVeP7u10ZY0al0yBg/s1600/cordoba3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="636" data-original-width="960" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN-f-MbaU9au2k7-JpY6r6wytWW0dQdB-9PJpWH1jSSqpwE7UOd_bGFGEGaOXv99cbbUOyVQgojBc-RLVhBdu7rC3byBRgMyXXN1kzMiSzFgUIAwUxmpry11yEuioVeP7u10ZY0al0yBg/s640/cordoba3.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-11584536315966497892012-12-24T16:05:00.000+04:002018-01-05T17:01:18.634+04:00Spanyol: Barcelona, Kota para Modernista<b>Perjalanan tak terlupakan ke Spanyol saya mulai dengan si cantik Barcelona. </b><b><b> Dengan arsitekturnya yang eksentrik dan sejarahnya yang berliku,
tidak heran kalau Barcelona mungkin lebih terkenal ketimbang Madrid,
ibukota Spanyol. </b>Walaupun Barcelona secara resmi hanyalah ibukota daerah otonomi Catalan, tapi secara ekonomi lebih kuat.</b><br />
<b>Secara identitas, orang Catalan juga selalu merasa spesial, berbeda dengan daerah Spanyol lainnya. Di Barcelona-lah lahirnya modernisme, aliran seni yang merupakan pencarian jati diri Catalan. Karya para modernista menghiasi Barcelona, termasuk karya seniman modernista paling terkenal: Antoni Gaudi.</b><br />
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbP549EAnteWU5wsp4VuaoUpN_c-qEFfiqWThMtKgenVfRkYQME7386ADDnZzbPV8fgA5r2nySzr4Ox7J8slV9GUCbGvcsPItMDoQ_7at2kD9ScspQzRDeAT85a_vW7Acm0UzyQzzjNdk/s1600/barcelona4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="636" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbP549EAnteWU5wsp4VuaoUpN_c-qEFfiqWThMtKgenVfRkYQME7386ADDnZzbPV8fgA5r2nySzr4Ox7J8slV9GUCbGvcsPItMDoQ_7at2kD9ScspQzRDeAT85a_vW7Acm0UzyQzzjNdk/s320/barcelona4.jpg" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Casa Batlló, karya Gaudi</td></tr>
</tbody></table>
Tiba di Barcelona sore hari, langsung deh saya menyusuri <b>Las Ramblas</b>, jalanan panjang termashyur tempat penduduk Barcelona hang out. Sepanjang jalan yang dihiasi pohon rindang ini, banyak performer pamer kebolehan, mulai dari yang standar seperti menyanyi sampai yang memakai kostum aneh-aneh. Saya mulai memperhatikan beberapa gedung dengan detail arsitektur eksentrik khas modernisme. Saya juga mampir ke <b>La Boqueria market</b>, pasar berumur seabad lebih yang menjadi salah satu tempat paling terkenal di Barcelona. Pasarnya enak untuk dikunjungi, karena seperti pasar lain di Eropa, bersih dan rapi banget.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGqS26MbVowvcWvIfa29wxsfhAv5kjDN1nyNHjSLbsll0vqPPrHYJHyYxJuGQss_jAg3VGBBypBuCTJvangvS8-zwdUnFIy0hhCABJX9xMGSQY1ja9IL1CoUymMWRX4deVjZMH_NsA_mg/s1600/barcelona2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="636" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGqS26MbVowvcWvIfa29wxsfhAv5kjDN1nyNHjSLbsll0vqPPrHYJHyYxJuGQss_jAg3VGBBypBuCTJvangvS8-zwdUnFIy0hhCABJX9xMGSQY1ja9IL1CoUymMWRX4deVjZMH_NsA_mg/s320/barcelona2.jpg" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Eksterior Sagrada Familia: masih dibangun!</td></tr>
</tbody></table>
Setelah cuma muter-muter tanpa beli apa-apa, saya mampir ke salah satu restoran di ujung pasar untuk makan tapas. <b>Tapas</b> adalah hidangan khas Spanyol, berupa makanan kecil-kecil macam snack. Nah, pas banget lah. Karena, malam itu saya diundang makan malam oleh sepasang teman penduduk Barcelona, tapi jam 11 malam! Maklum, orang Spanyol memang begitu kebiasaannya, makan malamnya nggak tanggung-tanggung telatnya. Mana bisa lah saya nahan lapar sampai jam segitu, harus disumpel dulu!<br />
<br />
Esok paginya, saya memulai hari dengan mengunjungi monumen Barcelona yang paling terkenal dan eksentrik: <b>Basilica de la Sagrada Familia</b>. Basilika spektakular yang dirancang oleh Antoni Gaudi ini, mulai dibangun pada tahun 1883 dan sampai sekarang belum selesai. Saat Gaudi meninggal tahun 1926, basilika yang bergaya campuran gotik dan nouveau art ini baru sedikit sekali rampung. Namun, pembangunannya terus dilanjutkan hingga kini. Meskipun demikian, dengan teknologi terbaru pun, basilika ini ditargetkan baru akan selesai sepenuhnya tahun 2032 nanti. Wow banget kan!<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWJPa0orOswbcQwQE5BIZmnjgn-Lp94p_rn7uxCdTwpmPIewFT_XX-m1OQ78evA2vwEmIOyGMNsAjoKgAqy13t_an_a2gvEiGV90sxEzVOh1j_6Ad88Ow0ig2Di0eGREBTnEyrSTAE5Bg/s1600/barcelona3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="636" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWJPa0orOswbcQwQE5BIZmnjgn-Lp94p_rn7uxCdTwpmPIewFT_XX-m1OQ78evA2vwEmIOyGMNsAjoKgAqy13t_an_a2gvEiGV90sxEzVOh1j_6Ad88Ow0ig2Di0eGREBTnEyrSTAE5Bg/s320/barcelona3.jpg" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Interior Sagrada Familia, seperti dongeng</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dari luar saja, Sagrada Familia sudah terlihat sangat berbeda. Unik, nggak ada duanya dibandingkan gereja - gereja yang pernah saya lihat. Apalagi setelah memasuki bangunannya, wow! Benar-benar luar biasa, seperti ada dalam negeri dongeng nouveau art. Apalagi dengan suara nyanyian misa di latar belakang, rasanya seperti ada di dunia yang lain.<br />
<br />
Setelah puas menikmati keindahan Sagrada Familia, saya melanjutkan perjalanan ke <b>Museum Picasso</b>. Museum ini memiliki koleksi karya Pablo Picasso paling besar di dunia, lebih dari 4000 karya sang artis nyentrik. Meskipun Picasso termasuk artis paling berpengaruh di abad ke-20 sekaligus pencipta aliran kubisme, saya bukan termasuk fans berat. Setelah mengitari museum dengan koleksi yang spektakuler ini pun saya masih tetap nggak ngeh, hehehehe... Jadinya saya cuma mengambil foto beberapa karya yang, konon, paling terkenal, untuk adik saya yang fans beratnya Picasso.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyrI_Zad1wO5JoV8qduZeffhW4e1B71zemko7A6zOUah0SdEjtvNRu83GJxg8I-eifB7hVjWjn91WFE1f7jyUxX6m9O6886JIHmMBU7lIlNbPge5cD1swsQZQDIdfcxdjAWRZoI8h57FA/s1600/barcelona5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="636" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyrI_Zad1wO5JoV8qduZeffhW4e1B71zemko7A6zOUah0SdEjtvNRu83GJxg8I-eifB7hVjWjn91WFE1f7jyUxX6m9O6886JIHmMBU7lIlNbPge5cD1swsQZQDIdfcxdjAWRZoI8h57FA/s320/barcelona5.jpg" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gerbang masuk Park Güel</td></tr>
</tbody></table>
Sore hari, saya menuju <b>Park Güell</b> yang terletak di bukit Carmel. Taman ini didesain oleh, siapa lagi kalau bukan, si eksentrik Gaudi. Di sini, Gaudi dengan bebas mengekspresikan gayanya. Nggak heran kalau taman ini dipenuhi bangunan maupun struktur yang kadang bikin garuk-garuk kepala. Saya pun menikmati sore hari hingga matahari terbenam di sini, sambil menikmati pemandangan Barcelona dari atas.<br />
<br />
Daaaan... hari yang indah belum selesai. Malam itu, saya dengan dandanan paling rapi menuju ke <b>The Gran Teatre del Liceu</b>, opera house legendaris di Barcelona. Bangga banget berhasil dapat tiket karena sudah booking sebulan sebelumnya! Pinginnya sih nonton opera, tapi karena malam itu adanya balet ya okelah. Terletak di Las Ramblas, bangunannya bergaya klasik, bukan a la modernista.<br />
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; height: 225px; text-align: right; width: 296px;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT2jMnp3J4M5YTJdoVKa8wR0COPRh6WQSDM6Jhf8hI5ttkJldnTctFsqvXesuE1AspJ6kVsmgUFqP6nNTSawi1I1DwlDcmOpNFqSF3rgF9GqynArdvAUpGf_7JdEvgSg5nut_rC2-Q1HQ/s1600/barcelona8.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="636" data-original-width="960" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT2jMnp3J4M5YTJdoVKa8wR0COPRh6WQSDM6Jhf8hI5ttkJldnTctFsqvXesuE1AspJ6kVsmgUFqP6nNTSawi1I1DwlDcmOpNFqSF3rgF9GqynArdvAUpGf_7JdEvgSg5nut_rC2-Q1HQ/s320/barcelona8.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Paella seafood di Restaurante Salamanca</td></tr>
</tbody></table>
Esoknya, sebelum terbang ke kota tujuan berikutnya, saya menyempatkan untuk makan siang di <a href="https://restaurantesalamanca.es/" target="_blank">Restaurante Salamanca</a>. Restoran yang direkomendasikan oleh pasangan Barcelona kawan saya ini, terkenal dengan <b>Seafood Paella</b>-nya. Dibuat dari bomba rice, seafood segar, dan dibumbui safron, paella nih benar-benar makanan spanyol favorit saya banget deh.<br />
Restauran terkenal terletak di <b>Barceloneta</b>, yaitu bagian Barcelona yang memang terkenal dengan pantai indah dan hidangan seafoodnya. Nggak rugi jauh-jauh ke sana: benar-benar paella seafood paling enak yang pernah saya makan!<span lang="es"> </span><br />
<br />
<span lang="es">Adiós Barcelona! Perjalanan masih panjang buat saya di Spanyol!</span><br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-18064951401249414212012-12-19T19:23:00.000+04:002018-01-05T17:01:18.646+04:00Itali: Venice, Ratu Laut Adriatik<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Kota yang sering disebut paling romantis di dunia ini memang keindahannya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sepuitis apapun cerita tentang Venice, tidak ada yang lebih romantis dari menyusuri liku-liku kota yang dibangun di atas air ini. Kanal-kanal yang berwarna biru toska, bangunan-bangunan cantik yang menghiasinya, suara musik klasik yang samar-samar terdengar, dan sejarahnya yang terbentang lebih dari seribu tahun. Marco Polo, Casanova, dan Vivaldi hanyalah sedikit dari tokoh-tokoh yang lahir dan tinggal di sini.</b></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOTEl_Th1hn6w5Qi2kzI3Qt2S5jz-SvTrP6zdzaZvIG_rqQUN9KtPDEHVb0y1jtxWS8dEjnFb-Tf9UVeGiqBkDC_khAIpCvm2ur7774UL7WCc84BA0aqFvMLKxU1tp5Rb6C4ax7xBiGQM/s1600/venice1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="636" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOTEl_Th1hn6w5Qi2kzI3Qt2S5jz-SvTrP6zdzaZvIG_rqQUN9KtPDEHVb0y1jtxWS8dEjnFb-Tf9UVeGiqBkDC_khAIpCvm2ur7774UL7WCc84BA0aqFvMLKxU1tp5Rb6C4ax7xBiGQM/s640/venice1.jpg" width="424" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sebuah sudut tenang di Venice</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah Venice dimulai sekitar abad ke-5 Masehi. Kota ini berkembang menjadi pusat perdagangan karena letaknya yang strategis dan pada akhir abad ke-13, sudah menjadi salah satu kota terkaya di Eropa. Pada masa ini, keluarga - keluarga yang berpengaruh di Venice berlomba - lomba membangun istana - istana terindah serta mendanai seniman - seniman paling berbakat. Venice kadang disebut Ratu Laut Adriatik, salah satu kota paling romantis di Eropa, bahkan salah satu kota terindah di dunia.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Namun setelah melalui masa keemasan selama berabad-abad, Venice mulai mengalami kemunduran di abad ke-15. Selain karena ditemukannya rute baru ke India dan perang dengan Ottoman, juga karena wabah pes yang membunuh sepertiga warganya di awal abad ke-17.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saya mengunjungi Venice pada bulan November yang sudah termasuk lumayan dingin. Enaknya, walaupun dingin, pada bulan - bulan ini Venice sudah nggak terlalu ramai dan harga - harga pun nggak terlalu mahal. Kalau pas musim panas, cuaca di Venice bisa panas dan lembab banget, belum lagi jumlah turisnya dahsyat.</div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO0oqK0vuC-672_Af9DEb-0H1Vc03w1NtQoly_mFf3qF27ahjG0WWWndilwzFAnypbgZ-xjNzO9fr2QYhtwfIAZf0XsrzMLEmacHF7cgJ-M075Rk_ACMFCZV0gWzuetHuNGP7UAnlooM0/s1600/_DSC5011.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1060" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO0oqK0vuC-672_Af9DEb-0H1Vc03w1NtQoly_mFf3qF27ahjG0WWWndilwzFAnypbgZ-xjNzO9fr2QYhtwfIAZf0XsrzMLEmacHF7cgJ-M075Rk_ACMFCZV0gWzuetHuNGP7UAnlooM0/s400/_DSC5011.JPG" width="263" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perayaan Festa della Madonna della Salute</td></tr>
</tbody></table>
Begitu tiba di stasiun kereta St.Lucia, kami langsung menaiki <i>vaporetto</i> (bis air) menuju ke hotel. Niat untuk menuju ke hotel dengan water taxi dibatalkan karena mahal banget: 80 Euro (lebih dari 1 juta rupiah) padahal deket banget! Teman saya ketawa terbahak-bahak melihat tampang takjub saya "Kamu kira ini Jakarta apa?"<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah menyusuri <b>Grand Canal</b> yang membelah Venice, kami turun dari vaporetto dan menyusuri jalanan Venice menuju ke hotel. Jalan-jalan ini lebih mirip gang senggol,benar-benar nggak bisa dilewati kendaraan apapun termasuk sepeda. Kami melintasi rumah-rumah tua yang indah dengan bunga warna-warni di balkon, jendela-jendela cantik, dan setiap beberapa langkah kami selalu melintasi jembatan menyeberangi kanal kecil berair biru toska. Venice benar-benar dibangun di atas air; setiap bangunan di sini didirikan di atas balok-balok kayu yang terendam air laut, bertumpu pada lapisan tanah keras di dasar laguna.<br />
Hari itu tepat dengan Festa della Madonna della Salute, memperingati kejadian di tahun 1630 ketika para penduduk Venice berdoa pada Santa Maria untuk menyembuhkan wabah penyakit yang merajalela. Kami sempat melewati Basilika Santa Maria della Salute yang berada di Grand Canal, dipenuhi pengunjung yang berdesakan untuk mengikuti perayaan ini. </div>
<br />
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah <b>Piazza San Marco</b>, public square terbesar dan paling <br />
<div style="text-align: justify;">
terkenal di Venice. Piazza ini sempat banjir besar sekitar 2 minggu sebelum saya datang, tapi saat itu sudah kering dan sama sekali nggak ada bekas banjirnya. Acqua alta alias banjir adalah hal yang wajar di sini, terlebih saat badai di laut Adriatik atau hujan kelewat deras.</div>
Ratusan burung merpati beterbangan di Piazza San Marco, mungkin sama jumlahnya dengan turis yang sedang menikmati pemandangan. Di sebelah timur piazza, berdiri San Marco Basilica, di pojoknya berdiri <b>Campanile</b> (tugu jam milik basilika), sedangkan ujung selatan piazza terbuka ke arah laguna.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUEj5-DgY9Lsgc6tbI1-nUIT1dWxCv1m30UdNULg3M7nBy-J7C_qB8pWMSBm0IU0TaCh_GUf17GiVR9r8wF8CMwh2rou8_lPXOfJmI22ZiE00hmjc5ffCPGkB_pWiju0cU_atlqOcJL1U/s1600/sanmarco.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="592" data-original-width="1000" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUEj5-DgY9Lsgc6tbI1-nUIT1dWxCv1m30UdNULg3M7nBy-J7C_qB8pWMSBm0IU0TaCh_GUf17GiVR9r8wF8CMwh2rou8_lPXOfJmI22ZiE00hmjc5ffCPGkB_pWiju0cU_atlqOcJL1U/s400/sanmarco.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Interior San Marco Basilica (credit: www.medievalart.com)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Puas menikmati suasana di piazza, kami pun memasuki <b>San Marco Basilica</b>, gereja yang menjadi lambang kekayaan Venice. Setelah mengunjungi belasan gereja di Eropa, kami agak setengah hati memasuki San Marco Basilica. "Oh, gereja lagi nih..."</div>
Tapi ternyata anggapan itu salah banget. Begitu berada di dalam San Marco Basilica, seketika kami terkagum-kagum melihat interiornya. Tidak seperti umumnya gereja di Itali yang dihiasi dengan lukisan atau fresco di dinding dan atapnya, San Marco Basilica dihiasi dengan mosaic indah yang terbuat dari emas, perunggu, dan berbagai batu mulia. Karena inilah San Marco Basilica sering disebut Chiesa d'Oro: Gereja Emas. <br />
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8N1Db9Iydoi_GzBpFCwTVTFtrYu275BoNJR6PMQKGmmIXG1Cse_srAeMREYeMh3vLgWic7j2W5FpbjUWgN5fH0BKx6QarQBZWM59I42c-dG9_0Fkla8qYrulgsB-crSv7PzMxk42nCRA/s1600/venice2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="636" data-original-width="960" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8N1Db9Iydoi_GzBpFCwTVTFtrYu275BoNJR6PMQKGmmIXG1Cse_srAeMREYeMh3vLgWic7j2W5FpbjUWgN5fH0BKx6QarQBZWM59I42c-dG9_0Fkla8qYrulgsB-crSv7PzMxk42nCRA/s400/venice2.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gondola di Grand Canal Venice</td></tr>
</tbody></table>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJbvaf5S2eocqSBRsqUkaapBqfqxWZ8BcfTou3vAnuaIJMaL-p41nUW2U_2E1nmISiTF6C3gjHtcwlMjVT-YK68cqK0-WKJ-bPME78TodMFM3v9yYO6-qKlywSATX6fkbymYP-BgsqcNs/s1600/venice5.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="636" data-original-width="960" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJbvaf5S2eocqSBRsqUkaapBqfqxWZ8BcfTou3vAnuaIJMaL-p41nUW2U_2E1nmISiTF6C3gjHtcwlMjVT-YK68cqK0-WKJ-bPME78TodMFM3v9yYO6-qKlywSATX6fkbymYP-BgsqcNs/s400/venice5.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Snack di pasar malam Venice</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Persis di belakang San Marco Basilica, menghadap ke laguna, adalah <b>Doge's Palace (Palazzo Ducale)</b>. Istana ini dulunya adalah kediaman Doge, pemimpin utama Venice di masa lalu, pusat pemerintahan, juga gedung pengadilan. Untuk memahami sejarah Venice, tempat ini menarik banget untuk dikunjungi, tapi selain itu arsitektur dan koleksi lukisannya memang cakep banget untuk dikagumi.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, untuk mengitari Venice, kami cukup berjalan kaki ke mana - mana. Kami mengunjungi berbagai gereja (Santa Maria della Salute, San Giorgio Maggiore,..), museum, palazzo (istana pribadi), jewish ghetto, hingga pasar dan kasino. Setiap sudut selalu menarik dan unik, bahkan bolak-balik tersesat sampai gempor pun kami nggak keberatan. Entah bagaimana, semua kanal di Venice airnya berwarna biru toska dan nggak berbau. Kok bisa ya? </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Selain dengan berjalan, ada lagi satu cara menyusuri Venice yang cukup terjangkau, yaitu dengan naik <i>vaporetto</i> (bus air) yang merupakan kendaraan umum. Harga tiketnya sekitar 7.5 euro untuk akses selama 1 jam, atau 20 euro untuk akses seharian penuh. Jalur vaporetto favorit turis adalah #1, karena melintasi semua landmark menarik sepanjang Grand Canal termasuk Ca’ d’Oro palazzo, Gallerie dell'Academia, palazzo Ca'Rezzonico, basilika Santa Maria della Salute dan jembatan Rialto.</div>
<br />
Perlukah naik gondola? Saya sih nggak menyarankan banget. Harganya mahal (80 euro untuk 40 menit), sementar pengalamannya nggak terlalu menarik. Mendingan budgetnya dipakai buat makan di salah satu restoran yang enak, atau nonton konser musik klasik! Setiap hari, selalu ada konser atau resital musik klasik yang menarik di Venice, coba lihat jadwalnya di <a href="http://www.musicinvenice.com/">www.musicinvenice.com</a>. Tapi kalau bisa, cobalah booking jauh-jauh hari untuk mendapatkan tempat di teater legendaris di Venice, Teatro La Fenice.<br />
<br />
Beberapa hari menjelajahi Venice sampai pegel, puas sudah deh. Kami pun menaiki vaporetto, melintasi Grand Canal dengan airnya yang biru toska untuk menuju airport. Tujuan selanjutnya: Barcelona! Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-32036268358334717742012-06-21T08:54:00.000+04:002018-01-05T17:01:18.668+04:00Itali: Florence, Kota Kelahiran Renaissance<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]-->Mendengar kata Itali, semua hal yang indah dan romantis langsung
terbayang di mata. Bangunannya yang cantik, makanannya yang enak-enak,
sejarahnya yang luar biasa, bahkan bahasanya pun nyaman didengar tanpa perlu kita
mengerti. Saya pertama mengunjungi Itali beberapa tahun yang lalu, tapi
kunjungan kali ini benar-benar berbeda karena saya traveling dengan mantan presiden <a href="http://www.jef.eu/" target="_blank">Young European Federalists</a> yang punya teman di setiap kota yang saya kunjungi.
What can be better!<br />
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Trip ke Itali ini saya mulai dengan Florence. Kota indah yang sering juga disebut Firenze ini sangat terkenal dengan sejarahnya, bahkan selalu dianggap sebagai tempat kelahiran Renaissance. Terletak di daerah Tuscany yang juga terkenal dengan keindahan alamnya, di Florence-lah Michelangelo, Botticelli, Dante, dan Machiavelli lahir serta mengukir sejarah. Setiap sudut Florence dipenuhi oleh karya seni dan arsitektur yang luar biasa. Sampai-sampai, ada sindrom yang disebut <i>Florence syndrome</i>, yaitu kondisi di mana seseorang merasa pusing bahkan berhalusinasi dan pingsan, karena terpapar banyak karya seni yang sangat indah (ini serius, cek <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Florence_syndrome">di sini</a> kalau nggak percaya). </b><b>Florence juga adalah salah satu setting novel "Inferno" karya Dan Brown (penulis The Da Vinci Code)</b><br />
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkfzrorIR6otj0_DiXsMkLvrU6IrwTKkqdHZfImq1FTEfVbhpf7vFBqIl0JcMBgv1NYcAKrgXKKZ8DIvFMtH66vQEkUvw8x9b0Mm1hNI2krIPfjNxC01_FF6TBjOzLiV3HBxYQeYS-riY/s1600/8947379385_72959e9119_z.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkfzrorIR6otj0_DiXsMkLvrU6IrwTKkqdHZfImq1FTEfVbhpf7vFBqIl0JcMBgv1NYcAKrgXKKZ8DIvFMtH66vQEkUvw8x9b0Mm1hNI2krIPfjNxC01_FF6TBjOzLiV3HBxYQeYS-riY/s640/8947379385_72959e9119_z.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Florence dilihat dari Boboli Gardens </td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Florence saya mulai dengan mengunjungi <b>Galeri Uffizi</b>, salah satu museum paling tua dan paling terkenal di dunia. Karena Uffizi ini adalah atraksi paling populer di Florence, antrinya
bisa mencapai 5 jam. Saya sarankan untuk membeli tiket online jauh-jauh
hari, sehingga tidak perlu terjebak di antrian yang super panjang. <b>. </b>Walaupun kunjungan saya bertepatan dengan akhir musim gugur, tapi
saya lumayan beruntung; meskipun cuaca selalu mendung tapi nggak hujan
deras.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bangunan museum ini sendiri tadinya adalah kantor untuk pegawai kota Florence; dibangun oleh arsitek terkenal Giorgio Vasari untuk penguasa Florence, Cosimo I de Medici, pada tahun 1560. Sekitar abad ke-17, pewaris terakhir generasi Medici yang menguasai Florence menyumbangkan seluruh karya seni yang ada di dalam Uffizi kepada publik, dengan syarat karya seni tersebut tidak boleh meninggalkan Florence.</div>
<div class="MsoNormal">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2QI03175EmKziMSW9L_fYhmic5IVABHzHUxsKSFqyyNPVl3HJ4SzNELfF5Dtr6YsMyU4Lvale8e2xZwaMMXcCtjd8NZylYqk6JJREzJ-3tcZkaem0C-MN5Bougs_Zkoh7tJ7axxw5sMQ/s1600/8947366215_7b1fe3c359_z.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2QI03175EmKziMSW9L_fYhmic5IVABHzHUxsKSFqyyNPVl3HJ4SzNELfF5Dtr6YsMyU4Lvale8e2xZwaMMXcCtjd8NZylYqk6JJREzJ-3tcZkaem0C-MN5Bougs_Zkoh7tJ7axxw5sMQ/s400/8947366215_7b1fe3c359_z.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ponte Vecchio di atas sungai Arno (hari sedang mendung!)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Koleksi Galeri Uffizi benar-benar luar biasa, baik dari segi jumlah maupun kualitas dan sejarahnya. Di antaranya kita bisa melihat lukisan karya Michelangelo, Raphael, Titian, Leonardo da Vinci, dan Rembrandt. Salah satu bintang di Uffizi adalah karya Sandro Botticelli <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/The_Birth_of_Venus_%28Botticelli%29" target="_blank">"The Birth of Venus"</a>. Huh, hampir saja saya kena Florence syndrome di sini...</div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Dari Uffizi, kami berjalan menyusuri Sungai Arno yang membelah Florence, menyeberangi <b>Ponte Vecchio</b> (old bridge) yang dipenuhi toko permata dan perhiasan. Ponte Vecchio ini juga menyembunyikan sebuah jalan rahasia, <b>Vasari corridor</b>, yang menghubungkan Uffizi dengan<b> Palazzo Pitti</b>.</div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTuLCoYtZ00q8XFbAySQk_M0QZ5sRakUNRW_9nnDQWTVF0K3hRWL_DlrtQgLyRN4VfGJM5c6mCL51kK9XTpse_wFUqLMEpZ8gBiyuySyyRhqY3m_G3ZL22vJgxFgOasTfZhzWLmlPSa74/s1600/_DSC4674.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTuLCoYtZ00q8XFbAySQk_M0QZ5sRakUNRW_9nnDQWTVF0K3hRWL_DlrtQgLyRN4VfGJM5c6mCL51kK9XTpse_wFUqLMEpZ8gBiyuySyyRhqY3m_G3ZL22vJgxFgOasTfZhzWLmlPSa74/s400/_DSC4674.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Palazzo Pitti</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Palazzo atau istana seluas 3.2 hektar ini dulunya adalah kediaman utama keluarga Medici, keluarga paling berkuasa di Florence di abad 15-18. Pengaruh kekuasaan mereka tidak hanya di Florence, tapi pada prinsipnya di seluruh Itali bahkan di dunia; karena selain mendirikan Bank Medici yang merupakan bank terbesar di Eropa pada abad ke-15, keluarga ini juga menghasilkan empat orang Paus yang merupakan orang nomor satu di dunia katolik.</div>
</div>
<div class="MsoNormal">
Palazzo Pitti sekarang juga menjadi museum, dengan koleksi dari Rubens, Titian, Raphael, Caravaggio, dan pelukis ternama lainnya. Di belakang istana ini, terhampar <b>Boboli Gardens</b> (taman Boboli) seluas 4.5 hektar, yang dihiasi patung-patung klasik, air mancur, pondok-pondok kebun, bahkan sebuah gua buatan dan amphitheatre. <br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1XMVs41NGFue4Rz6mFnZoxvL7HR3ozSYg3A-RLNGaYA-3YIYeytVnLEVv4clqvcB-zNRZ4kEkOsnNu47hwhAAvWX38lHLkJTEGk23ppBhzPhOje3s5rbRruom2uLy80xI5-YEAvr_yHI/s1600/8947996842_7560878b71_z.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1XMVs41NGFue4Rz6mFnZoxvL7HR3ozSYg3A-RLNGaYA-3YIYeytVnLEVv4clqvcB-zNRZ4kEkOsnNu47hwhAAvWX38lHLkJTEGk23ppBhzPhOje3s5rbRruom2uLy80xI5-YEAvr_yHI/s400/8947996842_7560878b71_z.jpg" width="265" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Palazzo Vecchio</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Esoknya, kami mengunjungi katedral terbesar di Florence,<b> Cathedral Santa Maria del Fiore</b> atau sering disebut<b> Il Duomo</b>. Katedral yang mulai dibangun tahun 1296 ini dikelilingi oleh kompleks bangunan bersejarah lainnya, sehingga kita bisa menghabiskan banyak waktu sekedar jalan-jalan di area ini.</div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tidak jauh dari situ, adalah<b> Palazzo Vecchio</b>, balai kotanya Florence, yang sama tuanya dengan Il Duomo. Walaupun titelnya "balai kota" dan bagian luarnya kelihatan seperti benteng, interior Palazzo Vecchio ini sangat luar bisa (menurut saya paling mengesankan, dibanding bangunan lain di Florence). Gerbang masuknya dihiasi <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/David_%28Michelangelo%29" target="_blank">David</a>, patung paling terkenal karya Michelangelo (replika, karena aslinya dipindahkan ke Galleria dell'Academia biar nggak rusak).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ruangan yang paling mengagumkan adalah <a href="http://www.museumsinflorence.com/foto/palazzo%20vecchio/image/500.jpg" target="_blank">Salone dei Cinquecento</a>; dipenuhi lukisan-lukisan besar yang sangat indah, baik di dinding dan langit-langitnya. Beberapa patung karya pemahat terkenal, termasuk Michelangelo, menghiasi ruangan ini. Lantai kedua juga tidak kalah cantiknya, penuh dengan lukisan, fresco, dan pahatan yang menggambarkan kejayaan keluarga Medici.</div>
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaXwdQUCXgpcAFo_vYuix9rThnJlXeA2Pu4fR_mHCQebOgtVFpV2ovq4Q3s5C2czd2-FkkwTIJOU-5b-050nLbhMDM54P90c4JmCWoYPIGpns2yUhWvr878nXkOD50_P5eVak7tHj6nek/s1600/Salon+dei+Cinquecento.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="234" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaXwdQUCXgpcAFo_vYuix9rThnJlXeA2Pu4fR_mHCQebOgtVFpV2ovq4Q3s5C2czd2-FkkwTIJOU-5b-050nLbhMDM54P90c4JmCWoYPIGpns2yUhWvr878nXkOD50_P5eVak7tHj6nek/s320/Salon+dei+Cinquecento.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salone dei Cinquecento</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Kami melanjutkan berjalan menyusuri Florence, menikmati gelato, melewati rumah Dante Alighieri, melihat pasar malam mulai dibuka di Piazza della Republica. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu, malam itu kami diundang dinner oleh seorang penduduk asli Florence, Samuele, yang juga anggota dewan regional Tuscany.</div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Partner Samuele, Eliana, memasak spaghetti dan mereka sibuk menerangkan pada kami tentang hal-hal yang sangat penting, masalah hidup-mati<i>,</i> untuk orang itali: bagaimana memilih olive oil yang terbaik, cara merebus spaghetti yang benar (<i>al dente -nggak boleh terlalu empuk!</i>), juga merek pasta yang enak (<i>buatan Itali! yang di supermarket itu nggak enak semua- menurut mereka..</i>.)</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sekilas Samuele menyebutkan kalau apartemen yang ia tinggali adalah milik ibunya dan beliau tinggal di sebelah. Ternyata, seperti di Indonesia, di Itali, pria single akan hidup dekat atau di rumah orangtuanya. Hal ini sangat lucu di Eropa. Eliana memberikan pandangan sinis, dan kami cuma bisa senyum-senyum saja sambil menikmati ciabatta, sejenis roti italia, dengan olive oil yang dibuat sendiri oleh Samuele dengan zaitun yang dia petik dari desa kakeknya (saya yang dulu benci banget sama olive oil, sekarang ketagihan). </div>
<div style="text-align: justify;">
Malam semakin larut di Florence, tapi obrolan semakin seru. Saya berbisik pada Eliana "Get him out of his mom's place". Eliana terbahak-bahak lalu memeluk saya, sementara Samuele sibuk sendiri dengan obrolan politiknya....</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-3856469037846758322012-04-11T05:49:00.000+04:002017-12-20T13:48:10.871+04:00Tabriz, Kota Jalur Sutra dan Kota sang RumiKali ini saya traveling ke tempat yang eksotik banget: Tabriz. Kota ini terletak di sebelah utara Iran, ibukota provinsi Azerbaijan Timur. Kotanya sangat tua; tidak ada yang tahu pasti kapan berdirinya. Namun, telah disebutkan di epigraf raja Sargon II dari Assyria pada tahun 714SM! Tabriz juga adalah tempat di mana Jalaluddin Rumi bertemu dengan gurunya, Shams-e-Tabrizi, yang sekaligus mengubah Rumi menjadi sufi yang sekarang kita kenal.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh5IZViLxFVUZESq_nKAYmTFsl84B1j2uGo9wKOLjDfZ5qFFRcGRrYPI1PgsTH1a2pCJW1cd_35LjNIxIhEHawKZz1P6-6b6QiS1_d32pk7ZrcJvsP0VhbIH6edqF0_B8RxskY10Lfazg/s1600/blemosq.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh5IZViLxFVUZESq_nKAYmTFsl84B1j2uGo9wKOLjDfZ5qFFRcGRrYPI1PgsTH1a2pCJW1cd_35LjNIxIhEHawKZz1P6-6b6QiS1_d32pk7ZrcJvsP0VhbIH6edqF0_B8RxskY10Lfazg/s400/blemosq.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tabriz Blue Mosque</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tabriz terletak sekitar 530 km dari Tehran (dan sekitar 7400km dari Jakarta, hehehe). Dari Tehran, bisa dicapai sekitar 6 jam dengan mobil. Bisa juga sih pakai pesawat atau kereta, tapi untuk melihat pemandangan dan foto-foto memang lebih pas dengan mobil. Jalannya highway yang mulus dan lebar, mantap banget pokoknya. Pemandangan sepanjang jalan menarik banget dan kontras, mulai dari daerah pertanian, landscape bukit-bukit batu beragam warna yang sangat spektakuler, sampai akhirnya gunung-gunung salju ketika semakin mendekati Tabriz. <br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLl_l6wBx5h1Cych7acn8m37myDTsqdAJFKXi7G-td3q0-c-TkhpNCHj0YoGcY-HhVmQ7DSP3ogm8M5yozAveGNEysDE1q-2FRGciaJGUcBtt26wcXESBHfphAJYo9apooS-TCo_6dVdM/s1600/snow1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="131" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLl_l6wBx5h1Cych7acn8m37myDTsqdAJFKXi7G-td3q0-c-TkhpNCHj0YoGcY-HhVmQ7DSP3ogm8M5yozAveGNEysDE1q-2FRGciaJGUcBtt26wcXESBHfphAJYo9apooS-TCo_6dVdM/s200/snow1.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Shamsi kedinginan, saya kegirangan</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saat itu memang sedang puncaknya musim dingin. Kami disambut badai salju sewaktu memasuki Tabriz. Sementara penumpang lain di mobil mengomel karena badai, saya malah excited banget. Maklum, belum pernah lihat salju, hehehe... Kami berhenti sebentar karena saya pingin foto-foto dengan salju. Shamsi, teman seperjalanan saya yang notabene asli Tabriz, ribut merutuk kedinginan padahal saya sedang asyik foto-foto narsis. Lho mbak Shamsi, yang dari Tabriz itu siapa ya? hahahaha...<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4K-RPHUKzQa9f55kp57HfK_GVCNsInHnNm81Ip5Q7lKhSj3n-OnwabMaaJHkhdTFXOWnQO6KtqCRTijd7Q_H-KgSeboWcgt-7O-ugMi31K0ZAQxXUjnrBxiErmYQTRfQrYbs4ZCtpKk4/s1600/barbari.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4K-RPHUKzQa9f55kp57HfK_GVCNsInHnNm81Ip5Q7lKhSj3n-OnwabMaaJHkhdTFXOWnQO6KtqCRTijd7Q_H-KgSeboWcgt-7O-ugMi31K0ZAQxXUjnrBxiErmYQTRfQrYbs4ZCtpKk4/s320/barbari.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Barbari bread untuk sarapan</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Esok paginya, saya diundang makan pagi di rumah Shamsi. Kami duduk ramai-ramai di atas karpet, ngobrol-ngobrol (lebih banyak cengar-cengir karena lost in translation), sarapan dengan <i>barbari</i>, roti khas Tabriz, dengan keju dan madu. Benar-benar sarapan a la local! Oh iya, mayoritas penduduk Tabriz adalah keturunan Azerbaijan dan berbahasa Azeri yang termasuk kelompok bahasa Turki. Tapi secara umum, buat saya yang dari Asia ini, secara fisik maupun budaya perbedaannya tidak terlalu mencolok dengan etnis mayoritas Iran, yaitu Farsi. Mereka juga sangat ramah, terbuka, dan rendah hati.<br />
<br />
Selesai sarapan, rencana hari itu adalah mengunjungi beberapa tempat penting di Tabriz. Karena Tabriz adalah kota yang sangat tua, dengan sendirinya Tabriz kaya dengan sejarah. Sayangnya, banyak bangunan bersejarah telah hancur karena serangan musuh maupun gempa bumi yang terjadi berulang-ulang dalam sejarah Tabriz.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwW4KsB1Z6XlWqvqintzjmK2pn3IZeqkenMPg8U7bqg4vDWDT01X1nwVETvOYH23i1KRWgijVmPIfXkJFMPZU-6vbzS0hxNaqwtxYYAP2gAH8PmKCAtnqHWnYot7AIlwpy9yTlBkGUq0A/s1600/jewels.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwW4KsB1Z6XlWqvqintzjmK2pn3IZeqkenMPg8U7bqg4vDWDT01X1nwVETvOYH23i1KRWgijVmPIfXkJFMPZU-6vbzS0hxNaqwtxYYAP2gAH8PmKCAtnqHWnYot7AIlwpy9yTlBkGUq0A/s320/jewels.jpg" width="256" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perhiasan dari tahun 1000 SM, Azerbaijan Museum</td></tr>
</tbody></table>
Jalan-jalan dimulai dengan <b>Blue Mosque</b>, masjid paling terkenal di Tabriz yang dibangun sekitar abad ke-15. Pada abad ke-18 masjid ini hampir seluruhnya runtuh akibat gempa bumi hebat. Sampai sekarang masjid ini belum bisa digunakan sepenuhnya, walaupun sedang berusaha dibangun lagi.<br />
<br />
Selanjutnya saya menghabiskan waktu di <b>Azerbaijan Museum</b>, yang katanya menyimpan koleksi sejarah Iran terlengkap kedua setelah National Museum of Iran. Koleksi museum ini menunjukkan sejarah Tabriz yang sangat panjang, termasuk beberapa koin dan seal dari 3000 SM hingga era Islam.<br />
<br />
Tempat paling terkenal di Tabriz, pastinya adalah <b>Tabriz Grand Bazaar</b>. Sudah diakui sebagai UNESCO World Heritage Site, pasar ini adalah covered bazaar terbesar di dunia dan salah satu yang tertua juga. Tabriz Bazaar adalah pusat perdagangan yang sangat penting dari abad ke-13 sampai ke-18, apalagi karena letaknya di Jalur Sutra. Bazaar raksasa ini melingkupi area seluas 75 hektar, dengan bagian-bagian khusus seperti bazaar karpet, bazaar sepatu, bazaar perhiasan, dll. Dijamin gempor.<br />
Saya sih nggak terlalu niat shopping, tapi sempat juga beli kacang-kacangan panggang (almond, cashew, macadamia, hazelnut, etc) yang memang specialty-nya Tabriz. Waktu lewat bazaar perhiasan, sempat juga sih mampir dan "mencoba" sebuah cincin berlian solitaire 5 karat. Hadoooh, slrppp... <br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5kTpTuE7g2gAemdf1_4GAbMfF0Po-HYuKT75YD1pwPfDk7Nu3BMbhUNOFK-TB3VhFvxMfJBJ4avJpN5LYToEm0CqTLGqifWwYQtK_8hwJLaFv1U3-iop_Pt8nR3zoKBH-pGdvlF7G08/s1600/bazaar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5kTpTuE7g2gAemdf1_4GAbMfF0Po-HYuKT75YD1pwPfDk7Nu3BMbhUNOFK-TB3VhFvxMfJBJ4avJpN5LYToEm0CqTLGqifWwYQtK_8hwJLaFv1U3-iop_Pt8nR3zoKBH-pGdvlF7G08/s400/bazaar.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bazaar perhiasan di Tabriz Grand Bazaar</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY2x9c5_L9M3QTpWij-zGcQK6Chj033HIu5hKgjIwjYRz0IbHT0mvMpqWIem6xMdbJXK8zaCjz1hLh33FmkFFRQAJfTVyurpJRFxIwznSJvT8V38pTNcP3ud1EoBQKpTDnYwPNI8VFCHo/s1600/tabriz.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY2x9c5_L9M3QTpWij-zGcQK6Chj033HIu5hKgjIwjYRz0IbHT0mvMpqWIem6xMdbJXK8zaCjz1hLh33FmkFFRQAJfTVyurpJRFxIwznSJvT8V38pTNcP3ud1EoBQKpTDnYwPNI8VFCHo/s320/tabriz.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">El Goli Park dengan Tabriz di latar belakangnya</td></tr>
</tbody></table>
Sebelum meninggalkan Tabriz, saya sempat memutari<b> El-Goli Park</b> yang menjadi favorit penduduk Tabriz di musim panas. Taman seluas 54 hektar ini dibangun pada abad ke-18. Aslinya, taman ini dibangun untuk irigasi dengan sebuah danau buatan di tengahnya, namun kemudian diperluas menjadi taman. Walaupun saat itu musim dingin dan taman ditutupi salju, masih banyak orang yang berjalan-jalan di taman yang sangat indah ini. Romantis banget, terutama di sore hari dengan sinar matahari yang orange dan salju yang turun perlahan. Asal tahan dingin aja mbak, mas...<br />
Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-15023732253737087482012-03-31T17:59:00.004+04:002017-12-20T13:38:49.755+04:00Luang Prabang, Kota Kecil yang Damai dan Zen<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV2yVkyMjl13hOrF7qp-uwF6DSmB5UdrFC624gGsBI8zg97ZtjmsrapEybLGOWzDZ4XQmPHtMhTW85SuBRhM8gZ3FWPqzn3Ypn4wAATdhTA8Xg1-8uYvsVb3M6T0cvvlCbtG_GL-gPPTo/s1600/LPmonk.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV2yVkyMjl13hOrF7qp-uwF6DSmB5UdrFC624gGsBI8zg97ZtjmsrapEybLGOWzDZ4XQmPHtMhTW85SuBRhM8gZ3FWPqzn3Ypn4wAATdhTA8Xg1-8uYvsVb3M6T0cvvlCbtG_GL-gPPTo/s320/LPmonk.jpg" width="212" /></a></div>
Awalnya penasaran dengan Luang Prabang, karena sempat disebut oleh Lonely Planet sebagai number one destination in Asia. Setelah browsing sana-sini, makin pingin jalan ke sini karena semua review nya keren-keren. <br />
<br />
Saya terbang dari Luang Prabang lewat Hanoi. Memang agak ribet rutenya, Jakarta- HCMC- Hanoi- Luang Prabang, jadi bagusnya trip ini digabungkan dengan visit ke Vietnam biar lebih ekonomis. <br />
<br />
Luang Prabang memang bukan tourist destination pada umumnya. Ketika saya sampai pada malam hari, kota kecil itu sudah lengang. Di sini, nggak ada clubs, kalau adapun harus tutup cepat karena semua tempat wajib tutup jam 11. Partygoers, go somewhere else! Wajar sih, karena sebenarnya Luang Prabang adalah kota yang religius, tempat para bhiksu Buddha belajar. Di Luang Prabang kabarnya ada sekitar 32 Wat (temple) yang semuanya masih aktif. Oh iya, Luang Prabang juga termasuk salah satu UNESCO World Heritage Sites lho.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_IWSFUURzKrhFQ3qDzKWdad2O49tfa1Q0bMr2VnSgV_UGgPx402xwXgXLGC4CWw2qBrTEsdWYmp-SyMRUwFoDVFC5zdg04ZJsTxzXqBgZnGFp6Nzh_HU7KX673xmhOzL8aNQkwiaFTkY/s1600/LPriver.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_IWSFUURzKrhFQ3qDzKWdad2O49tfa1Q0bMr2VnSgV_UGgPx402xwXgXLGC4CWw2qBrTEsdWYmp-SyMRUwFoDVFC5zdg04ZJsTxzXqBgZnGFp6Nzh_HU7KX673xmhOzL8aNQkwiaFTkY/s320/LPriver.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nam Khan river</td></tr>
</tbody></table>
Saya tinggal di sebuah hotel kecil yang dulunya sebuah rumah tua bergaya kolonial. Sarapan disediakan di restoran terbuka di depan hotel, di tepi sungai Nam Khan yang mengalir jernih (salah satu anak sungainya Mekong). Hawanya demikian bersih dan suasananya begitu tenang. Suara yang terdengar hanya gemericik air dan kicauan burung, yang kadang diselingi suara orang berjalan dan bercakap perlahan. Tempat ini begitu damainya, bahkan cara para penduduknya berbicara pun nyaris berbisik. Mereka juga mengemudikan sepeda motor dengan pelan dan tidak pernah menyalakan klakson. Beda banget deh dengan Jakarta atau Ho Chi Minh City. Luang Prabang adalah tempat yang tempat pas buat yang ingin mendamaikan diri, mencari zen moment...<br />
<br />
Sebenarnya, Luang Prabang tidak selalu menjadi tempat yang damai. Luang Prabang pernah menjadi ibukota Laos dari abad ke-14 sampai runtuhnya monarki di tahun 1975. Kota ini pernah diserang lalu dihancurkan oleh tentara Thailand dan Cina pada waktu yang berbeda di abad ke-19. Setelah serangan Cina, monarki Luang Prabang sempat minta perlindungan Perancis. Inilah mengapa di kota ini, banyak bangunan dengan pengaruh arsitektur Perancis berdampingan serasi dengan bangunan asli Laos.<br />
<br />
Luang Prabang kotanya kecil, sangat sangat bersih (kontras dengan kota Asia pada umumnya) dan lalu lintasnya sangat sopan. Jadinya, untuk mengelilingi Luang Prabang paling nyaman adalah dengan bersepeda. Bis-bis turis juga dilarang masuk, jadinya semakin enak.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhduTwnDy8XoL9LG1Zy5aI24cUL9jxoOjdKonbQaKkQRGhmQFz1556QM6Ze2w_mPa30W27s-ppUl5ILa1uBECLcr_HqZZ0CtA2BAyIn6riY8R9Bx92AxQDM1kbSsNZaHmv5X_RgJtG7hw4/s1600/LPWat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhduTwnDy8XoL9LG1Zy5aI24cUL9jxoOjdKonbQaKkQRGhmQFz1556QM6Ze2w_mPa30W27s-ppUl5ILa1uBECLcr_HqZZ0CtA2BAyIn6riY8R9Bx92AxQDM1kbSsNZaHmv5X_RgJtG7hw4/s400/LPWat.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Wat Xien Thong</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tempat-tempat yang harus dikunjungi di Luang Prabang di antaranya adalah:<br />
<ul>
<li>Haw Kham Royal Palace, yang sekarang menjadi museum nasional</li>
<li>Bukit Phou Si, untuk melihat Luang Prabang dari atas sekaligus menikmati sunset</li>
<li>Berbagai Wat (temple) yang tersebar di Luang Prabang. Kalau tidak banyak waktu, paling tidak kunjungilah Wat Xien Thong yang merupakan wat terbesar</li>
<li>Pasar Malam Luang Prabang yang menjual kerajinan khas Laos yang bagus-bagus. Berbeda dengan pasar Asia yang manapun juga, pasar ini begitu teratur, bersih, dan tenang. Nggak ada penjual yang teriak-teriak maupun meyakinkan pengunjung untuk membeli dagangannya. Barang yang wajib dibeli di Luang Prabang adalah sutranya, terutama yang ada dihiasi embroidery khas Luang Prabang. Harganya memang agak mahal, sesuai lah dengan kualitasnya yang memang hand made dan unik.</li>
</ul>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOYXko2UL8HfkXavDm2VIpLLQyB8oycGG0Z_UZyJfU8WgW3nYaWPdGVfigHshJPxyz4zG_BJSZVSRkO4iG7Ew86lqhy2YYwsQmk1Cb-bB_fs62BgEHBhqKSL9wogbPAJ3WM-AkYqkyLaQ/s1600/LPtakban.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOYXko2UL8HfkXavDm2VIpLLQyB8oycGG0Z_UZyJfU8WgW3nYaWPdGVfigHshJPxyz4zG_BJSZVSRkO4iG7Ew86lqhy2YYwsQmk1Cb-bB_fs62BgEHBhqKSL9wogbPAJ3WM-AkYqkyLaQ/s320/LPtakban.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tak Bat (memberi sedekah)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Satu hal lain yang wajib dilakukan di Luang Prabang adalah melihat tradisi harian Luang Prabang: Tak Bat atau memberi sedekah. Setiap pagi, ratusan biksu dari berbagai Wat (temple) di Luang Prabang, berjalan untuk mengambil sedekah dari penduduk. Sedekah ini umumnya berupa makanan sederhana seperti ketan atau pisang. Tradisi ini sekarang menjadi ikon Luang Prabang, bahkan turis-turis pun ikut duduk berbaris untuk memberikan sedekah. Tak Bat adalah acara keagamaan, jadi sebaiknya kalau mau melihat atau bergabung, tetap tenang, sopan, dan menghormati ritual ini secara keseluruhan.<br />
Oh iya, nggak semua biksu di sini akan menjadi biksu seumur hidupnya. Sebagian besar hanya menghabiskan beberapa tahun di Wat sebagai bagian dari pendidikan agamanya dan kembali ke kehidupan biasa setelahnya.<br />
<br />
Aktivitas lain di sekitar Luang Prabang yang harus dicoba:<br />
<ul>
<li>Mengunjungi Kuang Si waterfalls yang terletak sekitar 1 jam di luar Luang Prabang. Terdiri dari beberapa air terjun, Kuang Si sangat unik karena entah bagaimana air terjun dan kolam-kolam yang mengitarinya bewarna biru turqouise secara alami. Banyak juga yang berenang di sini karena airnya yang bersih sekali. </li>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9WpcrdXciBU9YNrjrPA6CkYwPMVPCmwehPOi_Gz1NgRxQn5YJO6Oj09hCTr4YXZBFXiN3obBj_baL9AbecM97TXGx0uaPkK4mVRfko2GPOzOZdVqe4ywEN3KzRD51R9EfezFkRaara20/s1600/LWkuangsi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9WpcrdXciBU9YNrjrPA6CkYwPMVPCmwehPOi_Gz1NgRxQn5YJO6Oj09hCTr4YXZBFXiN3obBj_baL9AbecM97TXGx0uaPkK4mVRfko2GPOzOZdVqe4ywEN3KzRD51R9EfezFkRaara20/s400/LWkuangsi.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kuang Si Falls</td></tr>
</tbody></table>
<li>Bersampan di sungai Mekong, sekedar melihat-lihat atau bisa melanjutkan ke Pak Ou Cave, tempat "1000 patung Buddha"</li>
<li>Yang agak norak tapi tetap saya sarankan: naik gajah mengelilingi hutan-hutan di sekitar Luang Prabang. Sekaligus kita bisa menyumbang upaya pelestarian gajah lo (hehehe, alasan sebenernya karena asyik aja) </li>
</ul>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijloK50Pfc_voZkylcE7Odt6TOd8qTOglZp9iBvwaFdcCNRiKlEpekx_FC2pG0RjTWf3IHwQdEiewUaGgXwet6-CpQ3y8wNSR0x-yK2DwFnDsuwMIgWY2zCxOGxa6CFO4PPHQ4EiNBHOI/s1600/LPsunset.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijloK50Pfc_voZkylcE7Odt6TOd8qTOglZp9iBvwaFdcCNRiKlEpekx_FC2pG0RjTWf3IHwQdEiewUaGgXwet6-CpQ3y8wNSR0x-yK2DwFnDsuwMIgWY2zCxOGxa6CFO4PPHQ4EiNBHOI/s320/LPsunset.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sunset dari Phou Si hill</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Waktu harus meninggalkan Luang Prabang, saya rasanya agak menyesal karena cuma tinggal tiga hari di sini.<br />
Buat yang butuh kedamaian dan ketenangan, saya sarankan sih paling nggak seminggu, untuk lebih meresapi zen moments di sini...Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-30353912737766498372012-03-30T18:17:00.018+04:002017-12-20T13:42:23.711+04:00Saigon: ditulis oleh seorang penduduknya :)Post pertama saya tentang Saigon aka Ho Chi Minh City*, ditulis waktu saya baru pindah ke Vietnam. Sekarang saya sudah bisa mengaku sebagai Saigoner (sebenarnya ada nggak ya istilah kayak gini). Maklum, kerjaan saya muter-muter di jalanannya, foto-foto, dan mencoba restoran-restorannya. Juga, jadi guide gratisan kalau pas ada teman yang datang ke Vietnam.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx6I3TyjqiqiZxBE5YdBJbyfwsEeJkRHYoVxqbCyfXTYr4wIHDtJlbWOMJdV9lzCF-3qHQJZBj28vHDN8YtVRx6AmgjL-WtxwIsIgBdsY4guirwqgU6liR7d5AyqXUiS6x-yDUj9TnhVA/s1600/dongkhoi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx6I3TyjqiqiZxBE5YdBJbyfwsEeJkRHYoVxqbCyfXTYr4wIHDtJlbWOMJdV9lzCF-3qHQJZBj28vHDN8YtVRx6AmgjL-WtxwIsIgBdsY4guirwqgU6liR7d5AyqXUiS6x-yDUj9TnhVA/s1600/dongkhoi.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dong Khoi street di malam Tet (tahun baru Vietnam)</td></tr>
</tbody></table>
<membayangkan lagi="">Kalau mencari bangunan tua di Saigon, kayaknya bakalan susah. Saigon bukanlah Hanoi yang sempat menjadi ibukota Vietnam selama ratusan tahun. Tapi, kalau ingin merasakan vibe<i>-</i>nya the modern Vietnam, memang Saigon tempatnya, baby! Saigon juga punya banyak cerita tentang berdirinya Republik Sosialis Vietnam yang sekarang.<br />
<br />
Pertama: tolong ya jangan membandingkan Saigon dengan Jakarta. Vietnam baru selesai dari perang yang demikian hebat di tahun 1975, terus masih diembargo Amerika hingga tahun 1995. Tapi, perkembangan di Vietnam luar biasa pesatnya, dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 7% per tahunnya. </membayangkan><br />
<br />
<membayangkan lagi="">Kesan pertama di Saigon biasanya adalah "buset, banyak bener motor ya?!". Maklum, jalan di Saigon sempit, harga mobil mahal, dan parkir susah, jadi masuk akal sih kalau sebagian besar Saigoners memilih sepeda motor. Lalu lintas di Vietnam lumayan liar, khas negara berkembang, klakson di sana-sini, merry merry merry...! Cuma, para motorbiker-nya lebih stylish ketimbang Jakarta. Termasuk gadis-gadis dengan rok mini dan high heels yang dengan keseimbangan sekelas akrobat dunia mengendarai motornya dengan santai. </membayangkan><br />
<br />
<membayangkan lagi="">Tempat favorit saya di Saigon adalah District 1. Sebagian besar atraksi Saigon ada di sekitar sini dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Akomodasi tersedia buat segala budget, mulai dari buat budget traveler (di daerah Pham Ngu Lao) sampai dengan di jantung District 1 yang dipenuhi hotel berbintang. Semua tempat yang saya sebutkan di bawah ini (kecuali Cu Chi) bisa dicapai dengan jalan kaki. Kostum yang disarankan: baju yang menyerap keringat, sandal atau keds, topi, dan kacamata hitam. <br />
</membayangkan><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH_DnZ-nGMTLBPoyKVwclyDt3nuxX7dkFrAheqoB72OXF4aO0hIOXaS4L1SNFgf6gesRPLWAt9kXlU9cZ5mH4c1AeZAp9mn1P_Va81-ioSGrtaCAGqJCWljT5kZ-xPcJk4qS5-DL7pCes/s1600/kopi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH_DnZ-nGMTLBPoyKVwclyDt3nuxX7dkFrAheqoB72OXF4aO0hIOXaS4L1SNFgf6gesRPLWAt9kXlU9cZ5mH4c1AeZAp9mn1P_Va81-ioSGrtaCAGqJCWljT5kZ-xPcJk4qS5-DL7pCes/s200/kopi.jpg" width="131" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ca phe sua da</td></tr>
</tbody></table>
Di pagi hari, cobalah memulai hari dengan pho bo <i>(baca: fe bo**)</i>: mie ala Vietnam dengan topping irisan daging sapi tipis dan berbagai macam sayuran segar. Biasanya sih banyak sekali penjual pho bo di pinggir jalan, tapi kalau ingin yang 'aman' bisa mencoba Pho 24 di Dong Khoi street (btw ini ada cabangnya di Jakarta, tapi nggak seenak yang di Vietnam).<br />
For some caffeine and sugar kick di pagi hari, jangan lupa juga mencoba ca phe sua da <i>(baca: ca fe se da), </i>es kopi ala Vietnam yang dibuat dengan mencampur kopi yang baru diseduh dengan susu kental manis dan es batu.<br />
<br />
Selanjutnya, para pecinta sejarah bisa melihat-lihat beberapa tempat bersejarah di sekitar District 1:<br />
<b>1- Ho Chi Minh City Museum</b>: menceritakan sejarah Saigon di sebuah bangunan kuno cantik.<br />
<b>2- War Remnant Museum</b>: berbagai relik tentang "American War" (di sini disebutnya bukan Vietnam War loh ya namanya). Ada beberapa foto dan display yang agak horor, siap-siap buat yang gampang punya mimipi jelek di malam hari.<br />
<b>3- Notre Dame Cathedral</b>: gereja katolik cantik di tengan kota Saigon, siapa saja boleh masuk jika tidak ada misa.<br />
<b>4- Reunification Palace</b>: bekas kediaman presiden Vietnam Selatan yang menjadi simbol berakhirnya Perang Vietnam setelah tank tentara Vietnam Utara berhasil meruntuhkan gerbangnya.<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnSD-VlslBb7Ftv9EHQHnPwxseivO0SpWBWT4o76_Bsws5by9FmhP623qiuwd49z0dpQNSgLmVniJe0GI2tOKOcrVRIxCPAIH0m3RSgk7z2UGx9hYDFzNCZwhCKzfu9O432DdTExXaDuY/s1600/church2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnSD-VlslBb7Ftv9EHQHnPwxseivO0SpWBWT4o76_Bsws5by9FmhP623qiuwd49z0dpQNSgLmVniJe0GI2tOKOcrVRIxCPAIH0m3RSgk7z2UGx9hYDFzNCZwhCKzfu9O432DdTExXaDuY/s320/church2.jpg" width="213" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Notre Dame de Saigon</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah sukses menghayati sejarah Vietnam dan kaki pegal, paling enak makan siang di salah satu restoran favorit saya, <b>Quan An Ngon</b>. Letaknya di jalan Pasteur yang cuma beberapa langkah dari Ho Chi Minh City Museum. Restoran ini menghidangkan street food Vietnam, di setting sebuah gedung kuno yang cantik. Kita bisa memilih dan melihat para pedagang memasak makanannya. Makanannya enak semua, saya aja sekarang agak ngiler membayangkannya. Untuk minta makanan tanpa pork, kita bisa bilang "no pork" atau "khong heo". Biar lebih aman, gambarlah Miss Piggy, terus dicoret... hehehe..<br />
<br />
Favorit saya yang lain, cocok untuk yang nggak pede dengan makanan Vietnam yang memang banyak unsur pork-nya, adalah <b>Halal @ Saigon</b>. Letaknya persis di depan Hotel Sheraton dan Masjid di jalan Dong Du, cuma beberapa langkah dari jantung district 1. Restoran ini juga menyajikan makanan vietnam yang enak-enak semuanya, plus masakan melayu juga (malaysian owned). Favorit saya di sini adalah Ca Kho To, ikan dimasak dalam hot pot. Duh... <membayangkan lagi=""><br />
<br />
Sore hari bisa dihabiskan di <b>Ben Thanh market</b> yang penuh dengan pernak-pernik khas vietnam yang lucu-lucu. Buat para wanita, bisa memilih kain dan sekaligus menjahitkan ao dai, baju khas Vietnam yang charming banget. Baju ini terdiri dari atasan dan celana panjang, jadi enak sekali untuk bergerak.Warning: baju ini didesain buat para perempuan Vietnam yang memang langsing-langsing, jadi yang punya "love handles" agak tebal tolong lebih sadar diri, hehehe...<br />
Balik ke masalah menjahitkan ao dai, para penjahit Vietnam ini bisa menyelesaikan baju dalan 1x24 jam, jadi baju Anda bisa diambil besoknya. Harganya pun lumayan masuk akal (bargain hard, ladies!)<br />
<br />
Yang masih punya ambisi shopping bisa melanjutkan ke <b>Saigon Square</b>- semacam ITC Kuningan a la Saigon. Saya suka banget tempat ini karena nggak terlalu besar, tapi banyak barang branded bagus-bagus seperti factory outlets, including Samsonite, Crumpler, dan NorthFace. Keasliannya? Yee, kok nanya saya hehehehe... Silakan dipilih dan dianalisa sendiri yaa.. </membayangkan><br />
<membayangkan lagi=""><br />
</membayangkan><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji3nE4sspA6yUnkCI8jj44gXMQTJ9r2ruRBAPo7lnMv94PromsjWwWONXriNyd8RanRBpH_D42OoX3TeFD_v5dpMMdLeFS0Ephf-gY5K_x132c9q_aazWq3lSYCyr_tTni0-2NxAKl7VM/s1600/parlemen.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji3nE4sspA6yUnkCI8jj44gXMQTJ9r2ruRBAPo7lnMv94PromsjWwWONXriNyd8RanRBpH_D42OoX3TeFD_v5dpMMdLeFS0Ephf-gY5K_x132c9q_aazWq3lSYCyr_tTni0-2NxAKl7VM/s400/parlemen.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Parliament Building</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Malam hari di HCMC bisa dimulai dengan foto-foto di depan<b> Parliament Building</b> dan patung Uncle Ho yang memang bagus pencahayaannya. Untuk cultural show, bisa melihat <b>Water Puppet Show</b> atau menghadiri konser di Opera Building (kalau pas ada karena nggak setiap hari). Untuk menutup malam di Saigon, kita bisa makan malam di rooftop-nya Rex Hotel atau some mocktails di rooftop bar-nya Hotel Caravelle (ini buat saya... I'm a mocktail girl... hehehe). <br />
<br />
Buat yang belum bisa tidur dan ingin melihat Saigon nightlife, District 1 pun tempatnya. Banyak clubs yang super stylish di District 1. Tapi, tempat favorit masih <b>Apocalypse</b>; di sini party starts after 12 and the crowds are here for dancing!<br />
<br />
Hari selanjutnya di Saigon, saya sarankan untuk langsung menuju <b>Cu Chi tunnel</b>. Cu Chi terletak sekitar 1-2 jam dari Saigon (tergantung traffic), jadi enaknya menyewa mobil untuk pulang-pergi ke sana. Di Cu Chi ada terowongan yang dulu digunakan tentara Vietnam utara pada masa perang. Konon terowongan ini membentuk network yang lumayan rumit dan membentang lebih dari 121 km. Sebenernya kita nggak perlu guide di sini, karena dengan membeli tiket otomatis kita akan langsung diberikan guide (yang pakai seragam tentara Vietnam, tapi ramah banget).<br />
Tour dimulai dengan menonton video pendek tentang sejarah perang Amerika-Vietnam, dilanjutkan dengan melihat-lihat beberapa jalan masuk ke terowongan, booby traps, dan lubang bekas bom. Bahkan kita bisa masuk beberapa bagian terowongan, melihat ruangan-ruangan di dalam. Tour diakhiri dengan snacking a la Viet Cong jaman dulu, yaitu makan ketela rebus...<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE2qr_a_WUe1ylh93hFYxh7GX4ZamGX3nu7twc6zIGbg6rSPJMqpoLFCmffxjnGVjQGWyiv8fV28GCzhfiYzWsL4MdmaNbgoLRvcSnwwnXi2qygTpNcUAXxKg4CFyj1pneycipgVqbmao/s1600/vgirl.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE2qr_a_WUe1ylh93hFYxh7GX4ZamGX3nu7twc6zIGbg6rSPJMqpoLFCmffxjnGVjQGWyiv8fV28GCzhfiYzWsL4MdmaNbgoLRvcSnwwnXi2qygTpNcUAXxKg4CFyj1pneycipgVqbmao/s320/vgirl.jpg" width="320" /></a></div>
Balik ke Saigon, bisa dilanjutkan dengan jalan ke <b>Chinatown</b> dan beberapa pagoda (Giac Lam, Cao Dai, Jade Emperor). Terus terang saya nggak terlalu menyarankan, karena menurut saya biasa-biasa aja. Lebih enak strolling di Dong Khoi street, melihat-lihat toko di situ yang banyak menjual barang-barang seni. Mungkin duduk-duduk sambil menyeruput ca phe sua da. Mungkin sambil people watching (vietnamese girls are very pretty and slim; I always envy them, huhuhuhuhu)....<br />
<br />
<br />
<membayangkan lagi="">Hmm... jadi kangen sama Saigon...</membayangkan><br />
<br />
<br />
<br />
<membayangkan lagi="">* Saigon secara resmi berubah nama menjadi Ho Chi Minh City sejak 1976 </membayangkan><br />
<membayangkan lagi="">** bahasa vietnam termasuk bahasa yang menggunakan nada; artinya kata yang sama jika berbeda nada akan berbeda arti. Siap-siap untuk lost in translation. I mean, super lost.</membayangkan><br />
<membayangkan lagi=""><br />
</membayangkan>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-12091128035535015462010-01-22T01:23:00.008+04:002017-12-20T13:55:16.882+04:00Isfahan: Separuh Dunia<div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbEJ4MEvRFXzOlBtBTTOkDALJI5wQ9KzLGKfRYrJa3XatzoRWvJwuxPp8msfL0B_pIih5RTqprEpO4zc_PdgxK2xaMQafzFapC_r6bqSKT9thFgZp_4n0y9s2uJ4R4P28t7SD0rzBjwm0/s1600-h/Imam+Square+2.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429537939302748242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbEJ4MEvRFXzOlBtBTTOkDALJI5wQ9KzLGKfRYrJa3XatzoRWvJwuxPp8msfL0B_pIih5RTqprEpO4zc_PdgxK2xaMQafzFapC_r6bqSKT9thFgZp_4n0y9s2uJ4R4P28t7SD0rzBjwm0/s400/Imam+Square+2.JPG" style="cursor: hand; display: block; height: 268px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a>Dengan city square yang menakjubkan, jembatan-jembatan cantik, masjid-masjid yang indah, dan taman yang menawan, penduduknya dengan bangga menyebut "Isfahan adalah separuh dunia".<br />
Tidak heran sejak abad ke 10, Isfahan telah tercatat sebagai salah satu kota terpenting, terbesar, dan terindah di dunia, sekaligus sebagai ibukota kekaisaran Persia. Hingga kini Isfahan masih diakui sebagai salah satu contoh terbaik arsitektur Persia dan tercatat dalam daftar UNESCO World Heritage Site.<br />
<br />
Isfahan memang salah satu kota tercantik yang pernah saya kunjungi. Tempat paling menkajubkan, tentu saja, adalah <b>Imam Square</b> (namanya dulu Shah Square atau Naghsh-e Jahan Square-- sepertinya nama berganti sesuai nama penguasa).<br />
<div>
<br />
Square ini adalah salah satu town square terbesar di dunia, dikelilingi oleh berbagai bangunan bersejarah dari masa dinasti Safavid. Bagian tengahnya dihiasi taman luas dan kolam air mancur, sedangkan salah satu sisinya terhubung dengan Grand Bazaar Isfahan. Sempatkan beberapa jam berjalan mengelilingi Imam Square, mengunjungi <b>Masjid Sheik-Lotfallah</b> dan <b>Masjid Shah</b> serta <b>Istana Ali Qapu</b> yang berdiri di sisinya, juga mengagumi berbagai cendera mata khas Iran di toko-toko seni yang mengitari Imam Square. Hasil kerajinan Isfahan bagus-bagus sekali, antara lain enameled copper, karpet, kilim, inlaid works (tapi nggak murah, kualitasnya benar-benar tinggi).</div>
<div>
Suasana di sini benar-benar damai dan tenang, terlebih karena mobil tidak diizinkan masuk ke Imam Square. Untuk menutup hari, jangan lupa mampir ke salah satu restoran tradisional dan memesan kabab atau beryooni khas Isfahan plus teh dengan aroma mawar. Hari yang sempurna di Isfahan!</div>
<br />
<div>
</div>
<div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8ij28g8b7ZnJRujxyBgV3I3M7BQ1ZqCu-vBzDl3xWWc51Szsa2OeWCRyt6kOAO72E2Al5xuUYApUj6Pa_CIqTnCYuuYxF0UFsaTAsKk-84ZN1vgB5862rz1St9yTB2RwTZ7hyphenhyphenxcOw_zU/s1600-h/Sis-o-Se-Pol.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429545378468637602" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8ij28g8b7ZnJRujxyBgV3I3M7BQ1ZqCu-vBzDl3xWWc51Szsa2OeWCRyt6kOAO72E2Al5xuUYApUj6Pa_CIqTnCYuuYxF0UFsaTAsKk-84ZN1vgB5862rz1St9yTB2RwTZ7hyphenhyphenxcOw_zU/s320/Sis-o-Se-Pol.JPG" style="float: left; height: 213px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jembatan Sis-o-Se-Pol</td></tr>
</tbody></table>
Malam hari atau tepat setelah matahari terbenam adalah saat terbaik mengunjungi jembatan-jembatan cantik yang melintasi sungai Zayandeh. Jembatan yang paling terkenal di antaranya adalah <b>Pol-e-Khaju</b> dan<b> Sis-o-Se-Pol</b> (33 Arches Bridge). Karena jembatan-jembatan ini sangat fotogenik di malam hari, yang suka fotografi jangan lupa bawa tripod!<br />
<br />
Tempat lain yang harus dikunjungi adalah<b> Chehel Sotoon</b>, istana peristirahatan yang dibangun Shah Abbas II di Abad ke-17. Pilar-pilarnya yang menjulang dibuat dari kayu chenar utuh, memantul di kolam depan istana memberi kesan jumlah pilar dua kali lipat dari sesungguhnya yang cuma dua puluh; demikianlah nama Chehel Sotoon: "empat puluh pilar" didapatkan.<br />
Bagian dalam istana dihiasi dengan fresco dan lukisan di atas keramik yang sangat indah. Di samping fresco yang melukiskan perang, sebagian besar anehnya menggambarkan para bangsawan sedang menikmati anggur (meskipun diharamkan dalam Islam yang notabene agama resmi Pkekaisaran Persia masa itu)<br />
</div>
<div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6aM7RYd_SQ3VvWBkMaY8w8wIRIMCtA28oU8SnN5kA1_PbaHkHIJR2us5sUgcMqUHXoEvQwY0ZQ6wxjLSO-XY4fsq2TFPnq-y2Jq97klijCenaY7-Usjcu9-FpW3zAmvBzxRmMnI1IK-o/s1600-h/_DSC0537.JPG" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429542659460646578" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6aM7RYd_SQ3VvWBkMaY8w8wIRIMCtA28oU8SnN5kA1_PbaHkHIJR2us5sUgcMqUHXoEvQwY0ZQ6wxjLSO-XY4fsq2TFPnq-y2Jq97klijCenaY7-Usjcu9-FpW3zAmvBzxRmMnI1IK-o/s320/_DSC0537.JPG" style="float: left; height: 213px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fresco dalam istana Chehel Sotoon</td></tr>
</tbody></table>
Sekedar info; berlawanan dengan keyakinan Islam di beberapa negara lain yang tidak mengizinkan penggambaran makhluk hidup (manusia/ binatang), kebudayaan Islam Persia tidak memepermasalahkannya. Monumen religius maupun istana dihiasi dengan gambar (dan patung) yang bewarna-warni serta sangat detail.<br />
<br />
Tempat menarik lain adalah <b>Vank Cathedral</b>, gereja katolik Armenia abad ke-16 yang dari luar sangat sulit dibedakan dengan masjid kalau saja tidak ada salib kecil yang nangkring di atas kubahnya. Bagian dalamnya dipenuhi fresco warna-warni yang sangat indah (sayang tidak boleh memotret di sini).<br />
<br />
Kalau budget mengizinkan, cobalah menginap di Abbasi Hotel yang sebenarnya adalah caravanserai berusia 300 tahun yang sudah dipugar menjadi hotel modern. Atau paling tidak makan malam di salah satu restoran Abbasi Hotel yang sambil mengagumi interiornya yang spektakuler, dihiasi fresco and mosaik-mosaik kaca khas Iran. Daaaannn, hari sempurna lagi di Isfahan!</div>
<br />
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-3685106817676751522010-01-21T11:49:00.011+04:002017-12-20T15:01:03.369+04:00Tehran: Ibukota yang Penuh Kontras<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUZ3zalBmDBNwl4KpAgNqYAgkrkMstoEL-q9BxHUubjrln4Y4igss0jdJCESRg67xKWZo_jjBsxh7GT0J2VcfHsY0A2EAzVphhFgNS7XMseAo5HiCjk7pQEkbTyP__Rd4BCWrtyxUECF8/s1600-h/Museum+Post.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429300966905891906" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUZ3zalBmDBNwl4KpAgNqYAgkrkMstoEL-q9BxHUubjrln4Y4igss0jdJCESRg67xKWZo_jjBsxh7GT0J2VcfHsY0A2EAzVphhFgNS7XMseAo5HiCjk7pQEkbTyP__Rd4BCWrtyxUECF8/s320/Museum+Post.jpg" style="cursor: hand; float: left; height: 203px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px;" /></a> <br />
<div>
Ibukota Iran dan kota terbesar di Iran, Tehran identik dengan kemacetan, gaya menyetir gila-gilaan, gadis-gadis trendy, restoran keren, dan (sssttt..) underground parties.<br />
<br />
Tehran dipilih pertama kali sebagai ibukota Iran pada masa dinasti Qajar di tahun 1796. Sayangnya, di zaman Mohammad Reza Pahlavi, banyak bangunan dan taman bersejarah dihancurkan demi "modernisasi". Hanya sedikit sekali bangunan bersejarah yang tersisa dan skyline didominasi bangunan apartemen "soviet style" yang kelabu coklat.Meskipun demikian, Tehran punya banyak museum yang menarik, highway yang lebar dan mulus, metro system, dan bus rapid transfer system (sejenis busway). Nggak kelihatan seperti negara embargo deh. Kalau bisa survive dengan gaya menyetir gila-gilaan di sini, Tehran bisa lah jadi tempat tinggal yang nyaman. </div>
<div>
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6R9137Bn1yCPb2S9i_hTerCPfvcYD1-HDVP7bsKa6IBV3HiMRzjYzdA-1G3mqtX4xSfsdgpb4PpjToQ3PIZ7ggJQ0RM-SaE4vQUQqHzOriN3Lk-BWfrHbxBlaUxV3aop0T9-8dg_AB-4/s1600-h/fashion.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429300866888040242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6R9137Bn1yCPb2S9i_hTerCPfvcYD1-HDVP7bsKa6IBV3HiMRzjYzdA-1G3mqtX4xSfsdgpb4PpjToQ3PIZ7ggJQ0RM-SaE4vQUQqHzOriN3Lk-BWfrHbxBlaUxV3aop0T9-8dg_AB-4/s320/fashion.JPG" style="cursor: hand; float: left; height: 205px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px;" /></a> Berjalan di Tehran atau hang-out di salah satu cafe-nya, kita bisa merasakan kontras yang menarik di Tehran. Meskipun pemerintah mengontrol pelaksanaan "hukum Islam" dengan ketat, sangat mudah melihat gadis-gadis berdandan super-stylish (kadang dengan make-up super tebal yang membuat mereka kelihatan teatrikal) dan kerudung disampirkan sekenanya cuma demi peraturan, bergandengan tangan atau flirting dengan para pemudanya yang tidak kalah trendy.<br />
<br />
Night life di Tehran saya kira cuma berputar di sekitar hang-out di restauran atau coffee-shop, tapi the youngsters tertawa mendengar ini ("kami bikin pesta sendiri di rumah lah!")<br />
Saya juga menemukan, walaupun channels yang bisa diakses di TV jelas-jelas cuma channel yang direstui pemerintah dan disensor super ketat, tapi satellite receiver adalah barang normal di setiap rumah. Isinya? Semuanya ada!<br />
<br />
Kontras inilah yang menggambarkan tegangan yang luar biasa antar generasi muda dan pemerintah. Tampak tenang di permukaan namun bergolak di bawah, persis seperti suasana di sekitar Sharif University yang teduh namun dimonitor ketat oleh pemerintah (lokasi berbagai demonstrasi, termasuk tempat ditembaknya Neda Agha-Soltan, mahasiswi yang sedang memprotes pemilu presiden). Kaum muda berpendidikan yang saya ajak mengobrol jelas bukan fans berat pemerintah dan menginginkan emigrasi ke negara lain. Saya cuma menghibur "Guys, pemerintahmu mungkin jelek tapi negaraku juga nggak kalah kacau kok"<br />
<br />
Mereka tidak terlalu terhibur. Ternyata, Iran di tahun 2016 ada di peringkat 131 corruption perception index (CPI) sedangkan Indonesia masih "agak lumayan" di peringkat 90 dari 176 negara (saya nggak bangga loh). CPI ini mengukur peprsepsi korupsi tiap negara; makin rendah makin bagus.<br />
<br />
Walaupun hal favorit saya di Tehran adalah orang-orangnya yang asyik, banyak juga tempat yang wajib dilihat di Tehran:<br />
<br />
<b>1- Golestan Palace</b><br />
Kompleks istana peninggalan dinasti Qajar yang mulai dibangun abad ke-16 dan sekarang semuanya menjadi museum. Terdiri dari 10 museum, setiap museum membutuhkan tiket terpisah. Cek juga dulu masing-masing jadwal bukanya karena tidak semua dibuka tiap hari.<br />
<br />
<b>2- Museum of National Jewels</b><br />
Salah satu museum paling menakjubkan yang pernah saya kunjungi, omaigatttt! Museum ini memamerkan koleksi perhiasan nasional Iran, termasuk perhiasan legendaris dari masa kekaisaran Persia dan Safavid. Koleksinya mulai dari vas dan cangkir emas yang "biasa banget", cuma 1-2 kilo emas solid dengan batu-batu mulia, sampai mahkota bertatahkan berlian-berlian besar dan singgasana emas dengan ribuan batu mulia *mulut menganga*<br />
Bintang museum ini adalah berlian Darya-i-Noor (sea of light), salah satu berlian terbesar di dunia (182 karat; sekitar 36 gram) dengan warna merah muda pucat yang sangat langka.<br />
Museum ini terletak di bawah tanah National Bank of Iran, tanpa tanda maupun petunjuk. Pokoknya misterius banget deh. </div>
<div>
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMJ9fejlwcT-pIna7hzN3Sdg63DO5gZX1eX_MFwdrJoN4zWf6Q5B3UMEp5NMU1WXnXRkb32eeUEUlvLaJO7Hxi4yXSG1QxzZIR6GRuyI_VJPPDDEqENSOUKahyQk0vuGdB_2pVJXwT0tY/s1600-h/Iran+museum.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429300698474122706" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMJ9fejlwcT-pIna7hzN3Sdg63DO5gZX1eX_MFwdrJoN4zWf6Q5B3UMEp5NMU1WXnXRkb32eeUEUlvLaJO7Hxi4yXSG1QxzZIR6GRuyI_VJPPDDEqENSOUKahyQk0vuGdB_2pVJXwT0tY/s320/Iran+museum.JPG" style="cursor: hand; float: left; height: 320px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 222px;" /></a> <b>3- National Museum of Iran</b><br />
Museum ini mengkoleksi 300 ribu relik mulai dari zaman pre-historik 9 milenium BC, masa pra-Islam, hingga post-Islam. Lengkap banget, sayang panduannya minim jadi kalau bisa mendapatkan buku panduan atau membaca sejarah in advance bakal lebih menarik. Salah satu koleksi favorit saya adalah tablet Darius I yang isinya memuji-muji dirinya sendiri dan dewa Ahura Mazda. Juga sebuat tablet dari seorang raja yang isinya kutukan terhadap siapapun yang merusak tablet bikinannya itu.... <br />
<br />
<b>4-Park e-Jamshidiyeh</b><br />
Tehran yang kering dan lebih sering kelabu dilatarbelakangi oleh Pegunungan Alborz yang cantik dengan puncaknya selalu bersalju. Park e-Jamshidiyeh adalah tempat di kaki pegunungan ini, banyak restoran keren di mana kita bisa melihat pemandangan lampu-lampu Tehran di malam hari. Suasanya asik banget tapi pas winter begini terlalu dingin buat saya (maklum asli jogja). Dari sini, kita bisa juga naik cable car ke puncak pegunungan Alborz.<br />
<br />
<b>5-Azadi Monument</b><br />
Dibangun masa Reza Pahlavi untuk memperingati 2500 tahun Persian Empire. Untuk menyainginya, rezim sekarang membangun Milad Tower yang desainnya pasaran, mirip banget dengan CN Tower-Toronto atau Kuala Lumpur Tower-KL.<br />
<br /></div>
<div>
<div>
<div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPXBOzXhAhjSsbyaognGCirhPCn6sW9y3qqK_73aFRCwIZ-kFcXoRguCMjeohDA_68vVpUvmLX8efPnWHmpl7og0ytYH-BmdOMZoOfaYyHh1-i81WPrVy8tJo5ho_V1cQ6DtYFVpfsy3w/s1600-h/Bazaar.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429300600255431842" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPXBOzXhAhjSsbyaognGCirhPCn6sW9y3qqK_73aFRCwIZ-kFcXoRguCMjeohDA_68vVpUvmLX8efPnWHmpl7og0ytYH-BmdOMZoOfaYyHh1-i81WPrVy8tJo5ho_V1cQ6DtYFVpfsy3w/s320/Bazaar.JPG" style="cursor: hand; float: left; height: 320px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 214px;" /></a> <b>6- Tehran Bazaar </b><br />
Bazaar raksasa yang digerakkan oleh pedagang-pedagang kaya raya yang konon membiayai Revolusi Iran tahun 1978. Walaupun ada bagian yang berusia sekitar 200 tahun, sebagian besar hasil pembangunan di abad ke-20.<br />
<br />
<br />
Oh ya, saya sudah menyebutkan tentang traffic kan?... Jangan lupa siapkan mental untuk menghadapi lalu lintas Tehran yang brutal (menurut saya cuma bisa dibandingkan dengan keliaran Cairo). Walaupun Tehranis umumnya lembut dan baik, mereka otomatis berubah kepribadian di balik roda setir!</div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-81127396263650902092010-01-21T10:55:00.006+04:002017-12-20T14:02:22.688+04:00Iran (what the hell you are doing there, dude?)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOosq1iIEtTEEc15A-vC-yokMSwN-NwkK8V39T-M2pkOX7z28mp8UBOjWEpDH_hyphenhypheng_1CB1LiYGeK2K4Q_A9J-0xdGQ-dVG9ezBpZkeDRRBs1OP-U55xGe39RDyM3eML2kDVckVI7SmksI/s1600-h/Fin+Garden.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429417115850887458" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOosq1iIEtTEEc15A-vC-yokMSwN-NwkK8V39T-M2pkOX7z28mp8UBOjWEpDH_hyphenhypheng_1CB1LiYGeK2K4Q_A9J-0xdGQ-dVG9ezBpZkeDRRBs1OP-U55xGe39RDyM3eML2kDVckVI7SmksI/s400/Fin+Garden.jpg" style="cursor: hand; display: block; height: 284px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<div>
What the hell you are doing there, dude?-- Begitulah komentar sahabat saya ketika saya kabari kalau saya mau jalan ke Iran.<br />
Tapi hey, Iran adalah rumah dari salah satu peradaban tertua di dunia sejak 9 milenia sebelum Masehi. Bahkan, pada masanya, kekaisaran Persia di bawah Cyrus & Darius The Great merupakan kerajaan terbesar di dunia. So yeah, wajib dikunjungi!<br />
<br />
Tapi dengan image media yang agak suram sekarang plus embargo, jalan-jalan ke Iran memang nggak gampang. Positifnya, ini berarti saya nggak bakal ketemu dengan rombongan turis masal dan bisa lebih merasakan keaslian suasananya. Negatifnya, ini berarti infrastruktur dan informasi bakal terbatas sekali.<br />
<br />
<b>VISA</b>. Sebelum terbang ke Iran saya sudah mengecek ke banyak pihak (informasinya lumayan simpang siur) dan akhirnya berkesimpulan kalau warga negara Indonesia bisa mendapatkan visa on arrival di Imam Khomeini Airport, Tehran. Ketika memasuki imigrasi, jangankan saya, para officer-nya pun bingung saya butuh visa atau tidak. Akhirnya setelah menunggu sekitar dua jam tanpa tahu mereka sedang diskusi apa (biasa lah, lost in translation), saya bisa masuk Iran juga. Lesson learnt, guys: dapatkan turis visa sebelum datang ke Iran ketimbang repot di airport, atau resiko nggak bisa masuk (siapa tahu si officer lagi nggak mood hari itu. Peraturan rada abu-abu)<br />
<br />
Untuk yang berencana jalan ke Iran, saya menyarankan mengikuti tur (saya sih nggak terlalu suka) atau dengan seorang teman Iranian.<br />
Kalau jalan dengan teman, saran saya:<br />
- riset mendalam sebelum pergi, di sini nggak ada panduan turis atau toko buku yang jual Lonely Planet Guide. Jalan dengan locals bukan berarti mereka tahu tempat-tempat yang menarik dikunjungi, jam & hari buka museum (jadwal buka agak aneh- cek sebelum pergi)<br />
- bawa cash (dollar atau euro) karena Visa atau MasterCard atau jaringan ATM internasional tidak berfungsi (embargo bok!)<br />
- dress code untuk wanita: kerudung (disampirkan ke kepala sudah terhitung memadai), baju longgar yang panjang. Supaya terlihat membaur dengan cewek lokal, pakai make-up yang tebal banget ya! Hehehehe, ini mah saran iseng; tapi beneran cewek-cewek di Tehran suka terlalu berlebihan kalau dandan.<br />
<br />
Meskipun jalan-jalan di Iran nggak terlalu gampang, tapi Iran adalah tempat paling ramah dan welcoming yang pernah saya kunjungi. Keramahan orang-orangnya juara banget deh dari seantero penjuru dunia yang pernah saya kunjungi... seriously!<br />
<br />
-- Yang saya kunjungi Iran: Tehran, Khashan, Isfahan, Tabriz (posting berikutnya)</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-16378367158058701462009-11-17T08:23:00.022+04:002017-12-20T14:07:06.327+04:00Hue, Kota Kerajaan Tua Vietnam <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6WfYSuhpsTLJX5APOLxsXL5eNyzpN-tKLckePht-T9rhm7hzTcpknJH6p2S9StU0jlT8hEtYX9vR8AwjjBMPn8LrOEbcufkDnJPFZaBXG0zlzPKKHTwEO5pLY43aQTWr775csDQ5H7PA/s1600/Imperial+enclosure.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5406427882221988274" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6WfYSuhpsTLJX5APOLxsXL5eNyzpN-tKLckePht-T9rhm7hzTcpknJH6p2S9StU0jlT8hEtYX9vR8AwjjBMPn8LrOEbcufkDnJPFZaBXG0zlzPKKHTwEO5pLY43aQTWr775csDQ5H7PA/s320/Imperial+enclosure.jpg" style="cursor: hand; float: right; height: 214px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 320px;" /></a><br />
<div>
</div>
<div>
Kenapa Hue termasuk di daftar must-visit-in-Vietnam? Jelas karena Hue (kota kuno lagi nih) dipenuhi bangunan bersejarah dan tentu saja termasuk UNESCO World Heritage Site. Hue dulunya ibukota Vietnam dari abad ke-17 sampai tahun 1945. Saat itulah Vietnam terpecah, Kaisar Bao Dai diturunkan dan ibukota Vietnam dipindah oleh pemerintah komunis ke Hanoi. </div>
<br />
<div>
Meskipun sekarang terlihat damai dan romantis dengan sungai Huong atau Perfume River yang mengalir tenang melintasi Hue, Hue pernah menjadi saksi <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Hue">The Battle of Hue </a>dan <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Massacre_at_Hu%E1%BA%BF">The Massacre of Hue </a>yang hampir merata-tanahkan kota indah ini. Di jantung kota Hue, istana dinasti Nguyen yang sudah kosong, berdiri membisu di dalam citadel tua sunyi yang dilindungi tembok dan parit. Seandainya tembok bisa berbicara...</div>
<br />
<div>
</div>
<div>
Datang ke Hue bulan November bisa dibilang untung-untungan; cuaca nggak bisa ditebak. Kadang-kadang bisa hujan deras, mendung sepanjang hari, atau kalau beruntung pas cerah. Untuk photo hunting agak kurang menjanjikan. Enaknya, suhu agak enakan dan nggak terlalu lembab. </div>
<div>
</div>
<div>
</div>
<div>
FYI, Hue di musim panas terkenal panas lembab; cocok untuk photo hunting dengan hasil langit biru tapi dijamin kita basah kuyup keringetan dan nggak keren dipotret... hehehe...</div>
<br />
<div>
Akomodasi di Hue, seperti semua tempat di Vietnam, back-packer friendly banget. Kalau mau yang hotel berbintang, juga banyak. Terserah budget... Tapi, buat keliling Hue, meskipun tinggal di hotel mewah, menurut saya cuma satu cara yang paling sip: <i>naik sepda motor!</i></div>
<div>
Cukup dengan $5 (manual) atau $8 (automatic) per hari (nggak pake nawar), puas-puasin deh keliling Hue. Ajaibnya, saya sama sekali nggak ditanyai driving license atau disuruh ninggal passport. Bayar trus weeennngggg.... Lah, beneran nih..? Antara seneng dan takjub, apa muka saya segitu innocent-nya?</div>
<br />
<div>
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Ikp_d1eQYTgwT6oh6yzyR9HglPhIUqm-Km5ZOS6clccT9ESqyyuPyT5lB-ttb3qZpQ9Ah8oBC6PpTgWU9Oj6Mh4KGNcAkSwVgnTS2PASkxARLr2zUoE3J-MGQ2WO3ccgsZQP2BVor0k/s1600/Old+gate.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5406429578910105058" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Ikp_d1eQYTgwT6oh6yzyR9HglPhIUqm-Km5ZOS6clccT9ESqyyuPyT5lB-ttb3qZpQ9Ah8oBC6PpTgWU9Oj6Mh4KGNcAkSwVgnTS2PASkxARLr2zUoE3J-MGQ2WO3ccgsZQP2BVor0k/s320/Old+gate.jpg" style="cursor: hand; float: left; height: 214px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px;" /></a> <b>Must do di Hue:</b> </div>
<br />
<div>
- mengunjungi <b>The Imperial Enclosure</b> yang terletak di dalam citadel (di sini semua yang bersejarah-bersejarah ngumpul... mulai dari Hall of the Mandarins, The Forbidden Purple City, museum, etc..) Terus terang banyak bangunan sudah rusak dan sedang dibangun lagi karena jaman perang dulu Hue habis-habisan dibom. </div>
<br />
<div>
- muter-muter di dalam citadel yang dikelilingi tembok tua dan penuh bangunan bersejarah</div>
<br />
<div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxRhRQ-YqRYURPFZuTWCM0O7voowwy79OLzsm_lKnqVAw5bdxQxg5UKKYkSjJXZIkEkPWQsAJVd44h-7JYiCn4sYzc493PIF6MBJln0BtXabnrWXuICiSeE8f5IfxvCAuIuXJjKz9tmJ0/s1600/Thien+Mu.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5406430187247406402" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxRhRQ-YqRYURPFZuTWCM0O7voowwy79OLzsm_lKnqVAw5bdxQxg5UKKYkSjJXZIkEkPWQsAJVd44h-7JYiCn4sYzc493PIF6MBJln0BtXabnrWXuICiSeE8f5IfxvCAuIuXJjKz9tmJ0/s320/Thien+Mu.jpg" style="cursor: hand; float: left; height: 228px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px;" /></a> - ke <b>Pagoda Thien Mu</b> yang menjadi pagoda simbol Hue (sekitar 10 km dari Hue)<br />
</div>
<div>
</div>
<div>
</div>
<div>
- jalan ke salah satu dari <b>royal tombs yang tersebar di sepanjang Perfume River</b> yang membelah Hue. Saking banyaknya,cukup mengunjungi 1-2 saja. Satu makam aja udah sekitar 2 jam belum termasuk jalan ke sana dan kesasarnya! Eh jangan salah, walaupun makam, areanya lumayan spektakuler; biasanyanya dikelilingi taman, danau, temple, etc. Tempat orang hidup pun kalah deh.</div>
<br />
<div>
<br />
- makan di salah satu <b>restoran tradisional Hue</b>. Coba deh Hue rice pancake (versi favorit saya: khong heu= no pork, hehehehe). Btw, makanan Hue terkenal enak-enak (apa sih yg nggak enak...?) Pham Ngu Lao area sekitarnya dipenuhi restoran... just pick one.</div>
<br />
<div>
<b>Warning</b>: untuk para pecinta kehidupan kota, skip it; Hue bukanlah tempatmu, nak. Tapi untuk traveler yang antusias dengan sejarah dan arsitektur, jangan lewatkan Hue walaupun cuma sebentar. </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-70255090351198253172009-02-26T14:18:00.010+04:002017-12-20T15:09:06.474+04:00Hoi An: Kota Pelabuhan Tua yang Penuh Cobaan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXVHUGR56fhIH2Tp8Ech8nIfJkN5jfU7Gnv_KEzy00MfaVCsQCCuaNjDINjYdrkfK6kqnEMaHydBFTXyT8SFbQOGZnbC8UxHzBJh5bwhYwgNTOPoLdICR4SOuTLCv9dUx3E6lzDWnvleI/s1600-h/Hoian.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307357440416067298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXVHUGR56fhIH2Tp8Ech8nIfJkN5jfU7Gnv_KEzy00MfaVCsQCCuaNjDINjYdrkfK6kqnEMaHydBFTXyT8SFbQOGZnbC8UxHzBJh5bwhYwgNTOPoLdICR4SOuTLCv9dUx3E6lzDWnvleI/s400/Hoian.JPG" style="cursor: hand; display: block; height: 268px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a> <br />
<div>
<b>Hoi An adalah kota yang terletak di Central Vietnam; pada abad ke 14-19 pernah menjadi salah satu bandar perdagangan terpenting di Asia Tenggara. Setelah memudar perannya sebagai kota niaga, sekarang kota ini menjadi musium raksasa berkat kota kuno cantiknya yang dirawat dan dilestarikan (salah satu UNESCO World Heritage sites). Walaupun tidak bisa dibantah Hoi An sudah menjadi kota turis, tapi kharisma dan keasliannya masih tetap hidup. Buat pecinta sejarah, Hoi An adalah tujuan impian di Vietnam. Tapi siapa sangka, Hoi An juga mengungkap sisi gelap saya... hehehehhe tebak apa...</b></div>
<br />
<div>
</div>
<div>
</div>
<div>
Hoi An tidak punya airport maupun stasiun kereta, tapi gampang dicapai dari Da Nang airport/ stasiun dengan mobil. Akomodasi gampang banget, konon sih memang surga back-packer saking murah dan bagus kualitasnya. Dan buat female traveler kayak saya, gampang banget dan aman! </div>
<br />
<div>
</div>
<div>
Jalan-jalan di Hoi An old town kecil dan sempit, tidak boleh dilewati mobil. Benar-benar nyaman buat pejalan kaki. Rumah-rumahnya semua dijaga keasliannya ,walaupun sebagian besar berubah fungsi menjadi toko atau restoran, dengan lampion warna-warni menggantung. Walaupun jumlah turis yang keluyuran luar biasa jumlahnya, tapi suasana tradisional menyelimuti Hoi An dengan kuat. Perempuan dengan ao dai dan caping, anak-anak bersepeda, warung pinggir jalan menyajikan makanan lokal, juga pasar tradisional yang hingar-bingar. Setiap bulan purnama, Hoi An old town ditutup untuk semua kendaraan bermotor ("only primitive vehicles allowed" begitu bunyi peraturannya, hehehe) dan jalanan dipenuhi pertunjukan tradisional... keren....<br />
</div>
<div>
</div>
<div>
Selain suasananya yang back to 15th century, ada hal lain yang membuat Hoi An menggoda. <b><i>Baju</i></b>. Lho kok? Begini ceritanya. Hoi An dipenuhi dengan toko-toko pakaian. Nah, terus apa bedanya dengan tempat lain? Di Hoi An, toko pakaian ini menyodorkan katalog-katalog ready-to-wear terbaru (Next, Mango, Zara,...), terus kita tunjuk yang kita naksir, pilih kainnya, kita pun diukur, dan <i>voila!</i> baju impian pun jadi dalam waktu 3-4 jam saja. Kurang puas, nggak cocok, kesempitan, tinggal dibenerin saja...</div>
<br />
<div>
</div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisIQrdKIfd_xW_xU6sOdQgNGhY1P60YLTxwgvico3bHc7M8EWE5w5wTUF374VRF9kQFL_4FkmcMySLM78wXQi8zuoJ65bmQGAVqKdoqyJOHBKHhwyZ0DyieDwy35AOJW_W1JXGFSkbhxI/s1600-h/DSC_0448.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307358828103005666" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisIQrdKIfd_xW_xU6sOdQgNGhY1P60YLTxwgvico3bHc7M8EWE5w5wTUF374VRF9kQFL_4FkmcMySLM78wXQi8zuoJ65bmQGAVqKdoqyJOHBKHhwyZ0DyieDwy35AOJW_W1JXGFSkbhxI/s320/DSC_0448.JPG" style="cursor: hand; float: left; height: 320px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 234px;" /></a> Nah... di sinilah letak godaan Hoi An yang paling <i>evil. </i>Coba datanglah ke sini, kita lihat seberapa daya tahanmu melawan godaan! Bagaimana enggak, disodori katalog designer yang super keren, ditimbuni kain-kain dengan corak dan bahan yang puluhan jumlahnya, ditawari harga seperlima harga baju aslinya, dihujani rayuan-rayuan maut ("ooo, ini warna ini bagus banget deh di kulitmu"), berakhirlah saya menyerah dan nggak sanggup menerima cobaan.<br />
<br />
Jangan tanya berapa biji baju yang akhirnya saya jahitkan di Hoi An. Hanya Tuhan yang tahu, saya aja takut mau ngitung. Salah satu baju saya jahitkan tepat 3 jam sebelum penerbangan saya balik ke HCMC, karena nggak kuat melawan godaan di menit-menit terakhir. Eh, jadi juga dan puassss banget deh hasilnya. Seorang ibu-ibu Canadian yang menjahitkan baju bareng saya mengaku tanpa malu-malu kalau dalam sehari dia mengkoleksi sepuluh baju baru! Anak cowoknya yang metal pun lagi sibuk mencoba <i>suit</i> terbarunya di depan kaca.... Terbersit dalam hati, kalau sampai ada perempuan yang kuat menahan godaan Hoi An, hmmm, kuat mental banget mbak-nya!<br />
<br />
<div>
</div>
<div>
Dalam perjalanan pulang (udah pakai baju baru dong, hehehe), saya seperjalanan dengan seorang wanita Belanda yang kelihatannya backpacker banget. Menurut pengakuannya sih sudah enam bulan traveling keliling dunia. Dia dengan bangga mengatakan kalau tidak bikin sepotong baju pun di Hoi An. Kontan saya nyaris memeluknya, "sweetheart, you are one tough lady!"</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<div>
</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-25987162590665908452009-02-26T09:18:00.015+04:002017-12-20T15:31:50.155+04:00Siem Reap, Bagian II: Angkor Wat dan Sekitarnya<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWZBpIeuk7izxyj-WFtpS1hf30RgwgmoSPvieZPoxVpNUkKNStm6H478nBoniC4IQokOjPWslFb6kRVpYXK2dMTndwgLk-uyUvEzt2nkv2oISBkSRpsOCSh1vjI_dMuvpEWKZyGTxszZ4/s1600-h/Angkor+Wat+1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307034937723078498" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWZBpIeuk7izxyj-WFtpS1hf30RgwgmoSPvieZPoxVpNUkKNStm6H478nBoniC4IQokOjPWslFb6kRVpYXK2dMTndwgLk-uyUvEzt2nkv2oISBkSRpsOCSh1vjI_dMuvpEWKZyGTxszZ4/s400/Angkor+Wat+1.jpg" style="cursor: hand; display: block; height: 242px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 446px;" /></a><b>Tujuan utama mendatangi Siem Reap pastinya adalah mengunjungi Angkor Wat. Sering disebut sebagai puncak arsitektur Khmer, Cambodia begitu bangganya dengan Angkor Wat sampai gambar bangunan ini dipasang di bendera nasionalnya. </b><br />
<br />
<div>
</div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT0OuPsIuPfYpLzS4-F9HbXP8QRXXPhUAteKaGGRtD2So3YoTY8Ven8uw0cdaphhyphenhypheneTfM_s1BP9LlnlooBO9YiCBgm1UuV-2zEnQJZ_iM10f5Zbuw3iqRdbcl0nBXBi-bJfndvUnJ9PmU/s1600-h/apsara.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307312596296417122" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT0OuPsIuPfYpLzS4-F9HbXP8QRXXPhUAteKaGGRtD2So3YoTY8Ven8uw0cdaphhyphenhypheneTfM_s1BP9LlnlooBO9YiCBgm1UuV-2zEnQJZ_iM10f5Zbuw3iqRdbcl0nBXBi-bJfndvUnJ9PmU/s320/apsara.JPG" style="cursor: hand; float: left; height: 240px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 151px;" /></a> <br />
<div>
Konon salah satu struktur religius terluas di dunia, Angkor Wat dibangun sekitar Abad ke-12 oleh raja Suryavarman II sebagai kuil Hindu, kemudian berubah menjadi kuil Budha di sekitar abad ke-14. Bagian utama Angkor Wat dikelilingi oleh danau buatan yang cantik dan menempati area seluas 2 kilometer persegi, sedangkan kompleks keseluruhannya mencakup area lebih dari 160 hektar.<br />
Bangunan utama Angkor Wat sendiri terdiri atas tiga tingkat. Tingkat pertama sedang ditutup waktu saya ke sana. Syukurlah jadi ada alasan nggak usah naik ke atas. Bayangin aja, kemiringannya sekitar 75 derajat dan anak tangganya kecil-kecil menukik; dulu didesain buat kaki bayi apa ya?<br />
Salah satu relief yang paling terkenal adalah "apsara" alias gadis penari. Semuanya <i>mblegedhing</i> (bahasa apa coba ini) alias topless, tapi kok ya ukiran mukanya jelek-jelek semua; bikin ilfeel, hahaha... </div>
<br />
<div>
</div>
<div>
Di sekitar Angkor Wat, masih banyak monumen lainnya yang rugi kalau nggak didatangi. Mengitarinya jelas butuh ketabahan. Soalnya, nggak mungkin kan dateng malam-malam; pasti deh harus siang waktu matahari menyengat. Jadi panas-panas kering Cambodia pun tetap jangan menyurutkan niat mengunjungi: </div>
<div>
<br /></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPx_iRB-eG7tLZr6UY0LTNviJVZPuRnCQw7ysvXbFdbx3Z-rn7NF3YsJ4Jptlfzdm3_4IhEQ13djS55Hr4Whok3DSupJ3D2exlBdAGsew6YbLlIiGLzHf3Vbl92F8ALKNQgtmeD10f4D4/s1600-h/Bayon+1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307047372333067490" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPx_iRB-eG7tLZr6UY0LTNviJVZPuRnCQw7ysvXbFdbx3Z-rn7NF3YsJ4Jptlfzdm3_4IhEQ13djS55Hr4Whok3DSupJ3D2exlBdAGsew6YbLlIiGLzHf3Vbl92F8ALKNQgtmeD10f4D4/s400/Bayon+1.jpg" style="cursor: hand; float: right; height: 212px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 307px;" /></a> <br />
<div>
<b>- Bayon Temple</b> yang dulu terletak di pusat ibukota Khmer Angkor Thom; terkenal dengan struktur empat muka raksasanya. </div>
<div>
<br />
<b>- Baphuon, Royal Palace, dilanjutkan ke Terrace of the Leper King</b>; konon dulu tempat sang Raja menonton parade angkatan peran. </div>
<br />
<div>
- ditutup dengan <b>Phnom Bakheng</b>. Untuk mencapainya, kita harus naik ke atas bukit, bisa jalan kaki atau kalau mau lebih gaya naik gajah , lalu terengah-engah mendaki candi tua 75 derajat, barulah bernapas lega melihat pemandangan hutan yang spektakuler dan Angkor Wat dari atas.<br />
Sebenarnya, sunset dari Phnom Bakheng bagus sekali, cuma kalau melihat jumlah turis dibanding luas Phnom Bakheng, haduh menyeramkan, takut runtuh deh tuh candi kuno! <i><br /></i></div>
<br />
<div>
</div>
<div>
Jika masih belum puas dengan historical visit, masih ada <b>Angkor Museum</b> yang cukup modern. Lalu, jangan lupa jalan-jalan di downtown Siem Reap, nyobain makanan Khmer yang ternyata enak banget. Di sini banyak banget restoran keren dan harganya nggak terlalu mahal.</div>
<br />
<div>
</div>
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5996345036180471562.post-79609276009895387962009-02-01T04:45:00.011+04:002017-12-20T15:31:35.066+04:00Siem Reap, Bagian I: Danau Tonle Sap & Ta Prohm<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0bmtEqV4f8vMLl8xsHYP0BnjjcqP9Vn4yz1tD6phR5585hhtBhtg1rjcXbjRHBtwGo-tNq8Glu4vR8t6Ldgv8UPcECk9q7Z3hbqx7qb6j23hui1glMYJ_L6AqocTE4qih8ZoMMKhF3bg/s1600-h/Bayon+2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5297679572247866882" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0bmtEqV4f8vMLl8xsHYP0BnjjcqP9Vn4yz1tD6phR5585hhtBhtg1rjcXbjRHBtwGo-tNq8Glu4vR8t6Ldgv8UPcECk9q7Z3hbqx7qb6j23hui1glMYJ_L6AqocTE4qih8ZoMMKhF3bg/s400/Bayon+2.jpg" style="cursor: hand; display: block; height: 268px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a> <br />
<div>
<b>Sebagai pecinta reruntuhan bersejarah (hehehehe), Siem Reap sudah lama ada di daftar must-visit saya. Siem Reap adalah bekas pusat pemerintahan Khmer Empire yang berkembang sekitar Abad ke-7 higga Abad ke-15. Karena itu, di sini kita bisa menemukan banyak sekali situs bersejarah, yang kini terkubur atau terselip di antara tanah pertanian dan hutan. Makin terkenal setelah menjadi setting film Tomb Raider yang pertama (... bayangin deh Angelina Jolie loncat-loncat di sini) </b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
</div>
<div>
Mengunjungi Siem Reap sebenarnya gampang sekali. Jumlah penerbangan internasional ke Siem Reap cukup banyak dan dari berbagai negara pula, mulai dari Bangkok, Singapore, KL, Laos, HCMC, Hanoi, sampai Seoul.... Masuk ke Cambodia pun lumayan gampang, bisa dapat visa on arrival dengan membayar 20 USD dan selembar foto 4x6. </div>
<div>
</div>
<div>
</div>
<div>
Untuk hotel, Siem Reap punya pilihan yang luar biasa banyak; mulai dari yang super fancy sampai budget option. Saya tinggal di sebuah guest house mid-range yang menawarkan paket all-in: akomodasi, meal, transport, dan guide, dengan harga yang terjangkau sekali. Tempatnya bersih, dilengkapi dengan pemilik yang sangat bersahabat, plus staff yang ramah-ramah. Love it! (kalau mau tahu nama tempatnya, tulis ke saya ya)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Karena tiba di Siem Reap menjelang sore, rencana pertama adalah melihat sunset di Tonle Sap ("the Great Lake"), sekitar 30 menit dari Siem Reap. Danau ini sangat unik, karena selain luasnya yang berubah dramatis dengan pergantian musim, arah alirannya pun turut berubah sesuai musim. Di musim kemarau, Tonle Sap mengalir ke arah Sungai Mekong, mengerut ke ukuran sekitar 3000 km2. Setelah musim penghujan datang, arah aliran berbalik, dan Tonle Sap pun mengembang lima kali lipat lebih, membanjiri hutan dan area sekitarnya. Tonle Sap kaya dengan ikan, menjadi tempat tinggal ribuan orang di atas rumah terapung, juga mejadi habitat bebagai jenis fauna hingga ditetapkan menjadi UNESCO biosphere.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
</div>
<div>
</div>
<div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYl3NtMfg5S3tYwHdDtTqxdWOyIQrwMLLAjNU7JyejgciZWKlduhp9ufuHIExDx3DFFWbsCpbEr6ydJTAnRwn_eTuGmP-EpF8Zi59cyqj9mNF1GUGrStGPGVLsldMayZ8BpXZdcnT9FQ0/s1600-h/Tonle.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5297674592707754850" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYl3NtMfg5S3tYwHdDtTqxdWOyIQrwMLLAjNU7JyejgciZWKlduhp9ufuHIExDx3DFFWbsCpbEr6ydJTAnRwn_eTuGmP-EpF8Zi59cyqj9mNF1GUGrStGPGVLsldMayZ8BpXZdcnT9FQ0/s400/Tonle.JPG" style="cursor: hand; float: right; height: 268px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 400px;" /></a> Menyusuri sungai menuju Tonle Sap, kita bisa melihat kehidupan orang-orang di atas rumah terapung. Anak-anak kecil yang berdayung dengan perahu atau bermain air dengan riang, orang bersiap untuk pesta malam harinya, mengantri beli barbecue ular (!), atau sekedar bersantai di atas hammock tanpa peduli turis-turis norak yang lewat. Tonle Sap sendiri sangat luas, lebih mirip laut ketimbang danau, sampai kita tidak bisa melihat tepi-tepinya. Setelah memotret sunset di atas sebuah restoran terapung, kami pun kembali ke Siem Reap melintasi sungai yang kini gelap, hanya diterangi semburat sisa cahaya matahari terbenam di balik gerumbulan bakau.<br />
<br /></div>
<div>
</div>
<div>
</div>
<div>
Esok harinya, kami berangkat menuju Ta Prohm pagi-pagi buta untuk mengejar sunrise dan menghindari rombongan turis masal. Di sinilah Tomb Raider dulu dibikin, makanya jadi tempat favorit turis deh. Disinari cahaya matahari terbit yang keemasan dan kesunyian pagi, reruntuhan kuil batu yang sebagian ditelan oleh akar raksasa pepohonan ini benar-benar misterius sekaligus fotogenik. Justru karena belum direnovasi 100%, Ta Prohm malah jadi makin keren.</div>
<br />
<div>
</div>
<div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmyB2TbpWhof8EI3JqnQ07DG8A8SmrLBqIeTVUNVeTz0iGjjFydTHxRUPIsBaXNP7ixQO32ODvGv-s8tn6JXE13yEJKFzV6esaTH54LUF8UTubjYverMChyphenhyphenhKXS9K_M419uuhAQg_5RVg/s1600-h/Ta+Prohm+1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5297675998335418402" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmyB2TbpWhof8EI3JqnQ07DG8A8SmrLBqIeTVUNVeTz0iGjjFydTHxRUPIsBaXNP7ixQO32ODvGv-s8tn6JXE13yEJKFzV6esaTH54LUF8UTubjYverMChyphenhyphenhKXS9K_M419uuhAQg_5RVg/s400/Ta+Prohm+1.jpg" style="cursor: hand; float: right; height: 262px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 400px;" /></a>Aslinya sih, Ta Prohm didirikan sekitar Abad ke-12 oleh Raja Jayavarman VII sebagai kuil Budha; konon dulunya menjadi tempat tinggal 12,500 orang termasuk para pendeta dan penari. Sulit membayangkan, apalagi dalam kesunyian pagi di tengah reruntuhan batu Ta Prohm kini...</div>
<div>
<br />
Untungnya kami datang pagi-pagi buta, jadi bisa foto-foto sampai puas. Sebentar matahari meninggi, rombongan turis yang berisik pun memenuhi Ta Prohm dan tempat ini sudah nggak ada mistis-mistisnya lagi deh...</div>
<div>
</div>
<div>
<br />
<br /></div>
<div>
(lanjut ke Siem Reap, bagian II)</div>
Unknownnoreply@blogger.com1