Luang Prabang, Kota Kecil yang Damai dan Zen


Awalnya penasaran dengan Luang Prabang, karena sempat disebut oleh Lonely Planet sebagai number one destination in Asia. Setelah browsing sana-sini, makin pingin jalan ke sini karena semua review nya keren-keren. 

Saya terbang dari Luang Prabang lewat Hanoi. Memang agak ribet rutenya, Jakarta- HCMC- Hanoi- Luang Prabang, jadi bagusnya trip ini digabungkan dengan visit ke Vietnam biar lebih ekonomis.

Luang Prabang memang bukan tourist destination pada umumnya. Ketika saya sampai pada malam hari, kota kecil itu sudah lengang. Di sini, nggak ada clubs, kalau adapun harus tutup cepat karena semua tempat wajib tutup jam 11. Partygoers, go somewhere else! Wajar sih, karena sebenarnya Luang Prabang adalah kota yang religius, tempat para bhiksu Buddha belajar. Di Luang Prabang kabarnya ada sekitar 32 Wat (temple) yang semuanya masih aktif. Oh iya, Luang Prabang juga termasuk salah satu UNESCO World Heritage Sites lho.

Nam Khan river
Saya tinggal di sebuah hotel kecil yang dulunya sebuah rumah tua bergaya kolonial. Sarapan disediakan di restoran terbuka di depan hotel, di tepi sungai Nam Khan yang mengalir jernih (salah satu anak sungainya Mekong). Hawanya demikian bersih dan suasananya begitu tenang. Suara yang terdengar hanya gemericik air dan kicauan burung, yang kadang diselingi suara orang berjalan dan bercakap perlahan. Tempat ini begitu damainya, bahkan cara para penduduknya berbicara pun nyaris berbisik. Mereka juga mengemudikan sepeda motor dengan pelan dan tidak pernah menyalakan klakson. Beda banget deh dengan Jakarta atau Ho Chi Minh City. Luang Prabang adalah tempat yang tempat pas buat yang ingin mendamaikan diri, mencari zen moment...

Sebenarnya, Luang Prabang tidak selalu menjadi tempat yang damai. Luang Prabang pernah menjadi ibukota Laos dari abad ke-14 sampai runtuhnya monarki di tahun 1975. Kota ini pernah diserang lalu dihancurkan oleh tentara Thailand dan Cina pada waktu yang berbeda di abad ke-19. Setelah serangan Cina, monarki Luang Prabang sempat minta perlindungan Perancis. Inilah mengapa di kota ini, banyak bangunan dengan pengaruh arsitektur Perancis berdampingan serasi dengan bangunan asli Laos.

Luang Prabang kotanya kecil, sangat sangat bersih (kontras dengan kota Asia pada umumnya) dan lalu lintasnya sangat sopan. Jadinya, untuk mengelilingi Luang Prabang paling nyaman adalah dengan bersepeda. Bis-bis turis juga dilarang masuk, jadinya semakin enak.
Wat Xien Thong

Tempat-tempat yang harus dikunjungi di Luang Prabang di antaranya adalah:
  • Haw Kham Royal Palace, yang sekarang menjadi museum nasional
  • Bukit Phou Si, untuk melihat Luang Prabang dari atas sekaligus menikmati sunset
  • Berbagai Wat (temple) yang tersebar di Luang Prabang. Kalau tidak banyak waktu, paling tidak kunjungilah Wat Xien Thong yang merupakan wat terbesar
  • Pasar Malam Luang Prabang yang menjual kerajinan khas Laos yang bagus-bagus. Berbeda dengan pasar Asia yang manapun juga, pasar ini begitu teratur, bersih, dan tenang. Nggak ada penjual yang teriak-teriak maupun meyakinkan pengunjung untuk membeli dagangannya. Barang yang wajib dibeli di Luang Prabang adalah sutranya, terutama yang ada dihiasi embroidery khas Luang  Prabang. Harganya memang agak mahal, sesuai lah dengan kualitasnya yang memang hand made dan unik.
Tak Bat (memberi sedekah)

Satu hal lain yang wajib dilakukan di Luang Prabang adalah melihat tradisi harian Luang Prabang: Tak Bat atau memberi sedekah. Setiap pagi, ratusan biksu dari berbagai Wat (temple) di Luang Prabang, berjalan untuk mengambil sedekah dari penduduk. Sedekah ini umumnya berupa makanan sederhana seperti ketan atau pisang. Tradisi ini sekarang menjadi ikon Luang Prabang, bahkan turis-turis pun ikut duduk berbaris untuk memberikan sedekah. Tak Bat adalah acara keagamaan, jadi sebaiknya kalau mau melihat atau bergabung, tetap tenang, sopan, dan menghormati ritual ini secara keseluruhan.
Oh iya, nggak semua biksu di sini akan menjadi biksu seumur hidupnya. Sebagian besar hanya menghabiskan beberapa tahun di Wat sebagai bagian dari pendidikan agamanya dan kembali ke kehidupan biasa setelahnya.

Aktivitas lain di sekitar Luang Prabang yang harus dicoba:
  • Mengunjungi Kuang Si waterfalls yang terletak sekitar 1 jam di luar Luang Prabang. Terdiri dari beberapa air terjun, Kuang Si sangat unik karena entah bagaimana air terjun dan kolam-kolam yang mengitarinya bewarna biru turqouise secara alami. Banyak juga yang berenang di sini karena airnya yang bersih sekali. 
  • Kuang Si Falls
  • Bersampan di sungai Mekong, sekedar melihat-lihat atau bisa melanjutkan ke Pak Ou Cave, tempat "1000 patung Buddha"
  • Yang agak norak tapi tetap saya sarankan: naik gajah mengelilingi hutan-hutan di sekitar Luang Prabang. Sekaligus kita bisa menyumbang upaya pelestarian gajah lo (hehehe, alasan sebenernya karena asyik aja)

Sunset dari Phou Si hill

Waktu harus meninggalkan Luang Prabang, saya rasanya agak menyesal karena cuma tinggal tiga hari di sini.
Buat yang butuh kedamaian dan ketenangan, saya sarankan sih paling nggak seminggu, untuk lebih meresapi zen moments di sini...

2 comments

  1. Halo saya mau mengadakan kerjasama. Bisa minta public emailnya? Thankyou.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Fenny, contact saya di candra_sutama@yahoo.com ya.
      Cheers!

      Delete