Hoi An: Kota Pelabuhan Tua yang Penuh Cobaan


Hoi An adalah kota yang terletak di Central Vietnam; pada abad ke 14-19 pernah menjadi salah satu bandar perdagangan terpenting di Asia Tenggara. Setelah memudar perannya sebagai kota niaga, sekarang kota ini menjadi musium raksasa berkat kota kuno cantiknya yang dirawat dan dilestarikan (salah satu UNESCO World Heritage sites). Walaupun tidak bisa dibantah Hoi An sudah menjadi kota turis, tapi kharisma dan keasliannya masih tetap hidup. Buat pecinta sejarah, Hoi An adalah tujuan impian di Vietnam. Tapi siapa sangka, Hoi An juga mengungkap sisi gelap saya... hehehehhe tebak apa...

Hoi An tidak punya airport maupun stasiun kereta, tapi gampang dicapai dari Da Nang airport/ stasiun dengan mobil. Akomodasi gampang banget, konon sih memang surga back-packer saking murah dan bagus kualitasnya. Dan buat female traveler  kayak saya, gampang banget dan aman!

Jalan-jalan di Hoi An old town kecil dan sempit, tidak boleh dilewati mobil. Benar-benar nyaman buat pejalan kaki. Rumah-rumahnya semua dijaga keasliannya ,walaupun sebagian besar berubah fungsi menjadi toko atau restoran, dengan lampion warna-warni menggantung. Walaupun jumlah turis yang keluyuran luar biasa jumlahnya, tapi suasana tradisional menyelimuti Hoi An dengan kuat. Perempuan dengan ao dai dan caping, anak-anak bersepeda, warung pinggir jalan menyajikan makanan lokal, juga pasar tradisional yang hingar-bingar. Setiap bulan purnama, Hoi An old town ditutup untuk semua kendaraan bermotor ("only primitive vehicles allowed" begitu bunyi peraturannya, hehehe) dan jalanan dipenuhi pertunjukan tradisional... keren....
Selain suasananya yang back to 15th century, ada hal lain yang membuat Hoi An menggoda. Baju. Lho kok? Begini ceritanya. Hoi An dipenuhi dengan toko-toko pakaian. Nah, terus apa bedanya dengan tempat lain? Di Hoi An, toko pakaian ini menyodorkan katalog-katalog ready-to-wear  terbaru (Next, Mango, Zara,...), terus kita tunjuk yang kita naksir, pilih kainnya, kita pun diukur, dan voila! baju impian pun jadi dalam waktu 3-4 jam saja. Kurang puas, nggak cocok, kesempitan, tinggal dibenerin saja...

Nah... di sinilah letak godaan Hoi An yang paling evil. Coba datanglah ke sini, kita lihat seberapa daya tahanmu melawan godaan! Bagaimana enggak, disodori katalog designer yang super keren, ditimbuni kain-kain dengan corak dan bahan yang puluhan jumlahnya, ditawari harga seperlima harga baju aslinya, dihujani rayuan-rayuan maut ("ooo, ini warna ini bagus banget deh di kulitmu"), berakhirlah saya menyerah dan nggak sanggup menerima cobaan.

Jangan tanya berapa biji baju yang akhirnya saya jahitkan di Hoi An. Hanya Tuhan yang tahu, saya aja takut mau ngitung. Salah satu baju saya jahitkan tepat 3 jam sebelum penerbangan saya balik ke HCMC, karena nggak kuat melawan godaan di menit-menit terakhir. Eh, jadi juga dan puassss banget deh hasilnya. Seorang ibu-ibu Canadian yang menjahitkan baju bareng saya mengaku tanpa malu-malu kalau dalam sehari dia mengkoleksi sepuluh baju baru! Anak cowoknya yang metal pun lagi sibuk mencoba suit terbarunya di depan kaca.... Terbersit dalam hati, kalau sampai ada perempuan yang kuat menahan godaan Hoi An, hmmm, kuat mental banget mbak-nya!

Dalam perjalanan pulang (udah pakai baju baru dong, hehehe), saya seperjalanan dengan seorang wanita Belanda yang kelihatannya backpacker banget. Menurut pengakuannya sih sudah enam bulan traveling keliling dunia. Dia dengan bangga mengatakan kalau tidak bikin sepotong baju pun di Hoi An. Kontan saya nyaris memeluknya, "sweetheart, you are one tough lady!"










1 comment

  1. huahahaha.... kliatannya menyeramkan Ndra !!! coba kita bawa Ais kesitu yak hihihi :p

    ReplyDelete