Alhambra, Istana Negeri Dongeng di Andalusia

"... Alhambra, rumah para pecinta kedamaian dan juga para kesatria;...
Katakanlah, sebuah benteng, dan juga sebuah rumah yang penuh kebahagiaan
Sebuah istana yang kemegahannya dibagikan
di antara langit-langit, lantai, dan keempat dindingnya;"

(petikan puisi yang tertulis di salah satu dinding Alhambra)

Patio de la Acequia, Generalife


Keindahan istana Alhambra di Granada, Andalusia, Spanyol, telah menginspirasi para penyair, sastrawan, dan artis, selama berabad-abad. "Mutiara yang tersusun di atas emerald", demikian para penyair Moor menggambarkan keindahan istana yang terletak di atas perbukitan yang hijau ini. 
Setelah memimpikan tempat ini sejak lama, akhirnya kesampaian juga saya mengunjungi Granada pada musim gugur ini...

Mengunjungi Alhambra, kurang berkesan jika kita tidak tahu sedikit sejarahnya. Istana ini dibangun pada abad ke-14 oleh dinasti Nasrid, pada periode terakhir Islam di Semenanjung Iberia. Saat itu Cordoba sudah ditaklukkan Spanyol, dan Granada adalah satu-satunya kota di Andalusia yang masih dikuasai dinasti Islam. Pada akhir abad ke 15, Sultan Muhammad XII menyerahkan Granada pada Spanyol, setelah melalui berbagai perang yang panjang, baik dengan Spanyol maupun perebutan kekuasaan melawan ayahnya sendiri. Ia lalu mengasingkan diri ke Maroko. 

Hall of the Kings, Istana Nasrid
Meskipun melewati sejarah yang berliku mulai dari kemakmuran, kejayaan, hingga diakhiri kekalahan yang pahit, namun keindahan Alhambra tidak pudar dikagumi siapapun penguasanya. Beberapa saat setelah gempa bumi merusak Alhambra cukup parah pada tahun 1821, raja Spanyol Ferdinand VII memerintahkan arsitek José Contreras untuk memerbaiki dan memugar Alhambra. Nggak main-main, si arsitek berkutat dengan teliti di proyek ini sampai ia meninggal, dan anak sampai cucunya (yang juga arsitek) melanjutkan perbaikan Alhambra ini hingga tiga generasi!

Untuk mengunjungi Alhambra, benar-benar diperlukan seharian penuh dengan stamina prima. Maklum, istana berikut taman yang mengitarinya, luasnya 142,000 meter persegi. Lokasinya di atas bukit, jadi untuk mencapai Alhambra dari pusat Granada, harus berjalan sekitar 1 km. Tanjakannya lumayan, tapi pemandangannya indah banget. Naik bis atau taksi juga bisa, buat yang males jalan.
Oh iya, tiket Alhambra hanya dijual dengan jumlah terbatas dan sebagian hanya untuk jam-jam tertentu. Oleh karena itu, saya sarankan beli tiketnya online dan baca info jam bukanya baik-baik sebelum mengunjungi, di sini: www.alhambradegranada.org

Alhambra terdiri dari beberapa bagian, namun bagian yang tercantik dan paling utama dikunjungi Istana Nasrid, yaitu istana asli pada masa dinasti Islam sebelum penguasa selanjutnya menambahkan bangunan lain.  Bagian tercantik berikutnya adalah istana musim panas Generalife, dari nama arab Jennat al-Arif, "istana sang arsitek", beserta taman-taman yang mengitarinya. Konon nama al-Arif, atau "sang arsitek" ini merujuk kepada Tuhan, arsitek alam semesta.


Detail dekorasi di Palace of the Lions, Alhambra
Bangunan dengan arsitektur nasrid yang menakjubkan ini didesain dengan prinsip bahwa setiap detail, seberapapun kecilnya, harus dipenuhi dengan dekorasi. Alhasil, ke manapun kita melihat, setiap sudut dipenuhi dengan detail dekorasi yang sangat indah. Tipe dekorasi yang terbanyak digunakan adalah motif floral bertautan, motif, serta kaligrafi. Kalimat-kalimat di dinding Alhambra diambil dari ayat-ayat kitab suci Al-Quran maupun puisi karya sastrawan pada masa itu, termasuk Ibn Zamrak. Ada sekitar 10,000 tulisan di dinding-dinding Alhambra. Sehingga, setiap melangkah, kita seakan membuka lembaran sebuah buku.

Selesai mengunjungi Alhambra, jangan lupa sisihkan tenaga untuk berjalan ke Mirador de San Nicolas. Melintasi kota tua Granada (Albaicin) dengan jalannya yang sempit, menanjak dan berbatu, di sinilah kita bisa melihat pemandangan mengagumkan saat matahari terbenam menerangi Alhambra, dengan pegunungan Sierra Nevada di latarnya. Spektakuler! 
Menurut saya, inilah salah satu tempat terindah yang pernah saya kunjungi. Diam-diam saya teringat kata-kata Alexander Dumas, "Aku mulai bertanya-tanya, apakah ada hal yang lebih membahagiakan dalam hidup dibanding dengan mengunjungi Granada? Mungkin ada, yaitu kembali mengunjunginya lagi."  

Alhambra dilihat dari Mirador de San Nicolas

Catatan akhir, rada pahit: sebenarnya, setelah Granada saya berencana mengunjungi Sevilla. Tapi apa daya, karena passport saya dicopet, terpaksa saya harus membelokkan tujuan ke Madrid untuk mendapat surat jalan pengganti passport di kedutaan Indonesia. Untunglah dompet uang saya utuh, karena memang nggak saya bawa jalan-jalan. Kebetulan passport saya bawa jalan, sebagai bukti identitas untuk mengambil tiket pesanan. Bungkus passport-nya memang rada cakep, dari kulit, merk LV pula...belinya aja di Tanah Abang! Apes deh.

No comments