Spanyol: Cordoba, Mengenang Peradaban Muslim di Andalusia

Di Spanyol selatan, pada abad ke-8 Masehi, Cordoba adalah ibukota kekhalifahan Al-Andalus. Kota ini selanjutnya berkembang menjadi salah satu kota terbesar dunia masa itu dengan kebudayaan, politik, dan ekonomi yang sangat maju. Ilmu kedokteran, matematika, astronomi, dan botani berkembang melampaui negara-negara lainnya di Eropa. Tiga agama (islam, kristen, dan yahudi) hidup saling berdampingan dan terlibat dalam pemerintahan.

Meskipun selanjutnya Cordoba mengalami kemunduran dan akhirnya ditaklukkan oleh raja Spanyol Ferdinand III pada masa reconquista pada abad ke 13, namun peninggalan peradaban Islam di Cordoba hampir semuanya utuh. Di sinilah saya ingin mengenang, sekaligus belajar, dari sejarah kota yang indah ini.
 


Di musim gugur yang dingin di Cordoba, saya memasuki halaman La Mezquita yang dihiasi pohon jeruk yang tengah berbuah dengan lebatnya. Bangunan yang menjadi simbol Cordoba ini, memiliki cerita yang sangat dramatik. Konon tempat ini awalnya adalah kuil penyembahan dewa Janus yang kemudian diubah menjadi gereja, lalu dibeli dan dibangun kembali oleh khalifah Abd Al-Rahman I pada abad ke-8. Saat itu La Mezquita disebut Masjid Agung Cordoba. Bangunan indah ini dikagumi oleh seluruh penduduk Andalus dan selama tiga abad menjadi jantung kota Cordoba. Setelah reconquista (pengusiran seluruh muslim dan yahudi dari Spanyol), Ferdinand III mengubah tempat ini menjadi katedral.

Karena saya datang pagi sekali, La Mezquita masih sunyi dari pengunjung, sehingga menambah kesyahduan tempat ini. Disinari cahaya pagi dan lampu yang remang, terlihatlah bagian dalam La Mezquita yang dihiasi ratusan pilar (lebih dari 850 buah) dari jasper, onyx, marmer, serta granit. Pilar-pilar ini memiliki lengkungan ganda di bagian atasnya, berwarna merah dan putih. 

Bagian tercantik La Mezquita, menurut banyak orang, adalah mihrab yang  dihiasi mozaik, ukiran detail, motif floral serta kaligrafi ayat-ayat suci bewarna emas. Namun tidak kalah menakjubkan adalah kubah yang persis berada di depan mihrab, dihiasi oleh motif geometrik yang sangat indah. Interior unik ini menunjukkan pengaruh campuran berbagai kebudayaan yang menghasilkan gaya khas arsitektur Islam.

Tapi mungkin, hal yang menjadikan La Mezquita sangat unik adalah bagian tengahnya yang berupa sebuah katedral cantik bergaya renaissance. Bagian ini terlihat sangat kontras karena gaya arsitekturnya sangat berbeda, di tengah bangunan seluas 24,000 meter persegi dengan arsitektur bergaya timur tengah! Kok bisa? Beginilah ceritanya...

Sejak Cordoba jatuh ke tangan Ferdinand III pada tahun 1263, La Mezquita dialihgunakan menjadi katedral. Namun, arsitektur La Mezquita sendiri tidak banyak diubah, karena tetap diakui keindahan dan nilai arsitekturnya yang luar biasa. Barulah pada abad ke-16, Bishop Alonso Manrique de Lara mendapat restu dari Charles V, Kaisar Roma saat itu, untuk membangun katedral baru di tengah La Mezquita dengan merusak bagian aslinya. Konon pada saat itu, bahkan penduduk setempat pun menentang dan mengadu pada sang Kaisar untuk berubah pikiran dan menghentikannya.
Katedral baru tersebut tentulah sangat indah. Namun setelah melihat hasilnya, Charles V sangat kecewa dan berkata: "Seandainya aku tahu, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh bagian kuno ini. Engkau telah membangun apa yang bisa dilakukan di tempat lain; tapi telah merusak hal yang sangat unik di dunia ini!"

Selain La Mezquita, masih ada beberapa tempat bersejarah lain yang wajib dikunjungi di Cordoba, salah satunya Alcázar de los Reyes Cristianos. Berasal dari kata arab al-qasr, alcazar kurang lebih artinya istana atau puri. Alcázar ini dulunya adalah salah satu tempat tinggal utama Isabella I dari Castille, ratu yang menyelesaikan reconquista sekaligus mendanai pelayaran Colombus. Dari sini pulalah Isabella dan suaminya, raja Ferdinand, melancarkan serangan ke Granada, dinasti Moor terakhir yang tersisa di Peninsula Iberia saat itu.

Sore itu saya menikmati pemandangan La Mezquita dari jembatan romawi yang melintasi sungai Guadalquivir yang tenang, sambil mengenang sejarah Cordoba yang tidak setenang aliran sungai senja itu. Esok harinya, saya akan menuju ke tujuan utama saya di Spanyol: Granada.



 











No comments