Travelthon di Bangkok

Waktu saya di Bangkok cuma satu hari. Jadi inilah cerita saya, satu hari traveling marathon (=travelthon, hehehe) mengunjungi Bangkok dan sekitarnya.

Pagi itu saya bangun pagi sekali, langsung mandi dan turun untuk sarapan. Rombongan tur saya akan berangkat pukul 7, jadi masih ada 45 menit untuk menikmati makan pagi a la Thailand. Tom yum buat sarapan.. ehm...
Beberapa saat kemudian, saya sudah ada di atas bis yang membawa rombongan tur. Tidak banyak, cuma empat pasangan suami istri setengah baya dan saya. Dulu saya freaked out dengan ide traveling sendirian. Tapi setelah dilakoni, wow, it's great!

Bis membawa kami menembus jalanan Bangkok yang masih lengang. Di sudut-sudut jalan terlihat orang membakar dupa dan meletakkan sesajen. Tujuan pertama kami adalah desa Damnernsaduak, lokasi pasar terapung yang terletak di pinggiran Bangkok.
Sesampainya di desa Damnernsaduak, kami pun melanjutkan perjalanan dengan kapal motor kecil. Kapal itu membawa kami menembus perkampungan yang berdiri di sepanjang kanal yang bercabang-cabang (klongs). Beberapa kali kami bertemu dengan penduduk setempat yang sedang bersampan untuk belanja sayuran di pagi hari.



Ketika kami tiba di pasar Damnernsaduak, terus terang saja saya lumayan kecewa. Masalahnya, di pasar ini lebih banyak turis ketimbang penjualnya. Jelas sekali kalau Damnernsaduak sudah dikomersialisasi habis-habisan oleh industri turis masal di Thailand (foto kanan atas).
Walaupun agak kecewa, saya sempat membeli ketan dengan mangga khas Thailand, lalu duduk di bangku panjang, makan bersama-sama beberapa penduduk lokal yang juga sedang menikmati sarapan. Banyak juga makanan yang lain juga bikin saya ngiler, cuma karena saya tidak terlalu yakin kalau halal, saya cuma berani ngicipin si ketan mangga.

Perjalanan kami dilanjutkan dengan mengunjungi Pagoda Nakhon Pathom yang kabarnya tertua di Thailand (foto kiri atas). Kali ini kami benar-benar bertemu dengan local dan biksu, jumlahnya mengalahkan turis walaupun persaingan masih tetap ketat....

Rombongan pun kembali ke Bangkok dengan empat pasangan yang kelelahan gara-gara jalan ke pagoda yang benar-benar menanjak. Tapi buat saya perjalanan masih panjang. Next destination: Bangkok Grand Palace.

Bangkok Grand Palace adalah istana raja Thailand pada abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-20. Walaupun King Bhumibol sekarang tidak tinggal di sini, istana ini masih tetap terawat baik dan wajib dikunjungi. Istana ini arsitekturnya sangat menarik, campur sari antara gaya Thailand, Cambodia, Renaissance, agak susah menjelaskannya dengan kata-kata (foto bawah).

Malam itu saya akhiri dengan mengunjungi pasar malam Suan Lum ditemanai seorang teman Thai (yang tadinya saya harap bisa disuruh nawar, tapi ternyata nggak bisa diandalkan) untuk mencari oleh-oleh. Lumayan juga, saya menemukan tea set khas Thailand yang dari dulu saya cari, plus lukisan kopi penari Thailand.

Paginya, saya sudah berada di airport meninggalkan Bangkok. Cuma satu hari, travelthon, capek, tapi puas! Mungkin kapan-kapan balik lagi? Terus terang, sebenarnya nggak terlalu pengen tuh...

1 comment